Chapter 5

958 Words
Selamat membaca Tidak terasa, pernikahan mereka sudah berjalan selama dua Minggu. Hari ini mereka berdua sama-sama bangun pagi dan sholat subuh berjamaah seperti biasanya. Lalu untuk sarapan, mereka lebih suka masak sendiri-sendiri. Karena selera mereka berdua jauh berbeda. Jika Riana lebih suka masakan rasa asin seperti gorengan dan lain-lain, Alfa lebih suka masakan dengan rasa manis. Dan setelah selesai menyiapkan sarapan, mereka berdua bersiap-siap untuk membersihkan diri. Mungkin orang-orang mengira jika kehidupan mereka tenang-tenang saja, salah! Justru di sini lah letak permasalahnya. Karena memang mereka berdua masih canggung dan belum terbiasa dengan kehadiran satu sama lain. Jadi mereka melakukan apa pun secara terpisah. Misalnya Riana mandi di kamar mandi dalam, Alfa mandi di kamar mandi luar. Jadi setiap kali Alfa ingin memakai baju, ia harus menunggu Riana selesai memakai baju terlebih dahulu baru ia bisa masuk ke dalam kamar, begitu pun sebaliknya. Dan itu membuat mereka berdua saling terburu-buru mengejar waktu. Namun begitu, suasana di rumah itu justru menjadi ramai dengan suara mereka berdua yang sama-sama berisik saat pagi hari, meskipun mereka hanya tinggal berdua. Seperti sekarang ini. "Bu Riana cepat! Saya juga mau pakai baju!" teriak Alfa dari balik pintu kamar. "Iya, sebentar!" Riana memberikan jawaban yang sama seperti 10 menit yang lalu. Benar sekali, sudah selama itu pula Alfa menunggu di luar dengan bertelanjang d**a dan hanya memakai handuk sepinggang. "Bu Riana!!" Ceklek Alfa langsung masuk ke dalam. "Kenapa lama banget mandinya?! Kita telat kalau begini!" pekiknya kesal sembari berlari ke arah lemari untuk mengambil seragam. Riana membelalakkan matanya lebar saat Alfa ingin melepas handuknya. "Sebentar saya ambil tas make up dulu!" seru Riana bergegas mengambil tas make up di atas meja rias. Lalu berlari keluar dari kamar, tidak lupa menutup pintunya dengan rapat. Riana melangkah cepat ke arah sofa sembari melirik ke arah jam dinding. "Aduh, gawat!" Riana terburu-buru membuka tas make up-nya ingin mengambil pelembab. Tapi karena ia mencarinya secara ngawur, jadi ia sulit menemukan pelembab yang ia cari. Namun saat ia berhasil menemukannya, justru tasnya terjatuh ke lantai dan isinya berhamburan di mana-mana. "Arrgh!" pekik Riana frustasi sembari bergegas memasukkan kembali make up-nya ke dalam tas. Kemudian ia hanya memakai bedak, maskara, dan lipstik. Tidak lupa menyemprotkan parfum ke seluruh tubuh, agar tubuhnya wangi, harum semerbak di mana-mana. Setelah itu, ia berlari kembali menuju kamar untuk mengembalikan tas make up-nya. "Pak Alfa udah belum?!" "Udah, buka aja!" Riana membuka pintu dan mendapati Alfa sedang memakai jam tangannya dengan rambut yang masih berantakan. Ia segera masuk, lalu meletakan tasnya kembali ke meja rias. Kemudian Riana melangkah ke arah Alfa. "Rambutnya kenapa belum disisir?" protes Riana sembari merapikan rambut Alfa dengan jari-jari tangannya. "Mana sempat? Saya buru-buru ini." Alfa menunggu Riana selesai berkutat dengan rambutnya. "Ayo sarapan, habis itu kita berangkat," ujar Riana sembari berlari kecil menuju ruang makan. Alfa menyambar kunci mobil di atas nakas, lalu menyusul Riana yang sudah mulai memakan sarapannya. Uhuk Uhuk Uhuk Alfa membantu menepuk-nepuk punggung Riana yang tersedak. Kemudian ia mengambil gelas di atas meja untuk diberikan kepada Riana. "Udah dibilangin kalau makan jangan buru-buru." Alfa mulai mengomel. Riana menerima gelas yang berisi air putih di tangan Alfa, lalu segera meminumnya. "Makan pelan-pelan, saya mau manasin mobil dulu." Alfa berjalan keluar. Setelah menyalakan mobil, Alfa kembali masuk ke dalam dan melangkah menuju ke dapur untuk mengambil tempat makan. Kemudian ia memasukkan dua roti bakar coklat ke dalam tempat makan yang sudah ia siapkan. "Emang bisa nyetir sambil makan?" "Apa pun akan menjadi bisa kalau terdesak," jawab Alfa ringan. "Habiskan dulu makanannya." "Cuma tinggal satu, saya juga mau makan di mobil aja," tuturnya sembari mengambil tisu untuk membungkus sandwich yang masih tersisa di piring. Mereka berdua berjalan keluar bersama. Alfa mengeluarkan mobil dari garasi, sedangkan Riana mengunci pintu rumah. Setelah Riana masuk ke dalam, Alfa mulai melajukan mobilnya dengan cepat, tapi masih batas wajar. Ia tidak ingin mengambil resiko jika melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, walaupun sekarang ia sedang mengejar waktu. Tetap saja, keselamatan yang lebih utama dari apa pun. Pokoknya kita harus berhati-hati dalam berkendara, meskipun dalam keadaan mendesak sekali pun. Saat di perjalanan, Alfa belum sempat memakan sarapannya karena harus fokus meyetir. Karena itu, setelah makanan di tangan Riana habis, ia mulai menyuapi Alfa. "Jam berapa sekarang?" Alfa bertanya sembari mengunyah makanannya. Ia bertanya kepada Riana karena baterai jam tangannya habis. "Makan jangan banyak ngomong," tukas Riana balas dendam dengan kejadian pagi tadi saat Alfa mengomelinya gara-gara ia makan terburu-buru. "Tenang aja, kita masih punya waktu banyak. Malahan udah tiba di sekolah sebelum guru-guru lain datang," sambung Riana. Alfa menghela napas lega. "Itu semua berkat kemampuan Pak Alfa yang menerbangkan mobilnya dengan luar biasa hebat." Riana menyindir Alfa yang di tengah jalan tiba-tiba melajukan mobilnya seperti orang kerasukan setan. "Namanya juga terpaksa," sahut Alfa santai. "Terpaksa kok terus-terusan," cibir Riana kesal. Karena ia hampir mati ketakutan saat Alfa mengebut. Karena sangking kesalnya, Riana memasukan roti bakar asal-asalan ke dalam mulut Alfa. Sehingga selai coklat belepotan di ujung bibir Alfa. "Yah, Di mobil ada tisu nggak?" Riana bertanya sembari mengusap coklat di sekitar mulut Alfa dengan ibu jarinya. "Nggak ada, udah habis," sahut Alfa ringan. "Terus ini dibersihkan pakai apa?" Riana menunjukkan ibu jarinya yang penuh coklat. Tiba-tiba Alfa mendekatkan wajahnya dan membersihkan coklat di ibu jari Riana dengan mulutnya. Riana terkesiap. Ada desiran aneh yang tiba-tiba hinggap saat merasakan sentuhan bibir Alfa di jari tangannya. "Pak Alfa ngapain?" Riana bertanya dengan raut wajah terkejut. "Bersihin coklat," sahutnya dengan nada biasa seakan tidak terjadi apa-apa. Sedangkan Riana masih terdiam memikirkan apa yang baru saja dilakukan oleh Alfa. Ia rasa membersihkan coklat menggunakan mulut itu terlalu berlebihan. TBC.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD