Leyna, Banner dan Selly sudah sampai di perusahaan Kettchi sebuah perusahaan distributor peralatan dapur, yang baru berdiri 2 tahun ini. Perusahaan terus menagalami kerugian sementara penjualan cukup banyak hal itu membuat kecurigaan bagi pihak eksternal khususnya para pemegang saham yang merasa dirugikan. Jensen mengakusisinya sejak sebulan yang lalu, mereka memakai jasa perusahaan tempat Leyna bekerja untuk memperbaiki setiap pembukuan dan mengaudit nya. Mereka sudah sampai di perusahaan tersebut sejak jam 9 pagi, sebuah ruang meeting di ubah untuk menjadi tempat mereka dalam mengaudit setiap laporan. Data yang diperlukan dalam proses audit dan printer sudah di siapkan.
Ruang meeting ini berada di sebelah kanan ruang kerja perusahaan bagian administrasi dan keuangan, yang memisah dengan dinding kaca yang di tutupi kerai kain. Mereka dapat melihat para pegawai dari dalam sini, ekspresi penasaran yang di tunjukan para pegawai tak pelak membuat Leyna dan kawan-kawannya merasa tak enak hati. Hal ini sudah menjadi bagian dari pekerjaannya.
“Ya tuhan. Lihat betapa kacaunya ini apa mereka benar-benar bisa bekerja!,”seru Selly nampak sangat terkejut dari nada suaranya dan bagaimana ekspresinya yang terlihat terheran-heran menatap layar laptopnya, laptop milik dari salah satu karyawan yang menangani pembukuan. Ia mengerutkan kening lalu beralih menatap Leyna dengan ekspresi masam. “aku harap kau melihatnya.”
Leyna dibuat sangat penasaran dengan apa yang baru saja Selly temukan, pelaporannya sudah menggunakan sistem namun pengerjaannya tak sesuai dengan apa yang seharusnya diterapkan. Selly beranjak dari kursi agar Leyna bisa melihatnya, mengambil kursi kosong di sebelah kiri yang sebelumnya ia tempati. Leyna menempati kursi yang Selly tempati untuk melihat laporan itu, matanya membesar terkejut namun kemudian bibirnya merekah, senyum lebar menghiasi wajahnya. Oh ini akan menjadi favoritenya untuk mencari tahu lebih detail. Leyna sangat menyukai nya, ia tak bisa menahan rasa senangnya mengetahui pekerjaannya akan menjadi sangat menarik.
“ooh.. sepertinya ada yang sangat menyukai kekacauan.”Gumam Selly yang duduk tepat di sisi kiri nya. Banner terkekeh, pandangannya masih tertuju pada lembar kertas arsip laporan perusahaan. Kini mereka akan di sibukkan pada berbagai hal, Leyna sangat menyukainya dan dia sangat bersemangat untuk memulai hal ini.
“Drake tak jadi datang?.”ucap Selly yang mulai mengambil setumpuk arsip bulan januari 2020. Sementara itu Banner tengah melihat laporan tahun 2018. Leyna sudah mulai di tahun 2019 di bulan awal. Mereka saling berbagi pekerjaan agar semuanya bisa segera di selesaikan dengan cepat.
“Apa kau percaya dia akan datang? Bukankah dia selalu mengatakan hal itu namun tak pernah benar-benar datang. Bahkan aku tak yakin jika kita benar-benar akan bergantian besok.”ucap Banner, Leyna sudah tahu hal itu begitu pula dengan Selly yang tak heran lagi dengan ucapan Drake yang penuh dengan janji.
“kupikir dia tidak akan melakukannya karena status Jensen.”gerutu Selly. Bibirnya tersenyum ketika menyebut nama itu. Sementara Leyna dan Banner saling melempar pandang dengan eskpresi terheran.
“Apa kabar dengan calon suamimu?.”ucapan Leyna seketika membuat Banner tertawa. Sementara Selly menatapnya tidak percaya, Leyna benar-benar memukulnya telak dengan mengingatkannya pada calon suaminya.
“dia ada di sini?.”Selly memamerkan cincin pernikahannya yang tersemat di jari manisnya. Menunjukkan punggung tangannya ke dapan Leyna dan Banner.
“dia ada di sana? Bukan di hati atau di kepalamu. Oh hebat sekali.”Banner tertawa ketika mendengar ucapan Leyna sementara Selly ternganga tak percaya dengan apa yang baru saja Leyna katakan,
“Hei Leyna. Kau ini benar-benar.”gerutu Selly wajah nya memberenggut getir. Merasa malu, pintu terbuka dan ketiganya langsung menoleh ke arah pintu bersamaan. Jensen berada di sana dengan setelan jas yang membuatnya nampak bersinar. Leyna bersandar di balik tubuh Selly yang lebih berisi di bandingkan dirinya. Hanya Jensen yang membuatnya menghindar seperti ini, Leyna dapat melihat Jensen mengedarkan pandangannya menyapa Banner, lalu melihat ke arah Selly sebelum mengambil satu langkah maju dan pandangan mereka benar-benar bertemu.
Leyna menyapa dengan menganggukkan kepala, Jensen masuk lebih dalam ke ruang meeting lalu melihat sekilas laporan yang terbuka di atas meja. Wajahnya nampak masam, sepertinya ia sudah tahu betul apa isinya dan tak menyukai apa yang tertera di dalam sana.
“aku harap kalian tidak kekurangan apapun? Butuh hal lainnya?.”
“Semua ini cukup.”ucap Banner.
“Terima kasih tuan Harden.”ucap Selly.Bibirnya tak bisa berhenti menunjukan senyum lebarnya kepada Jensen.
“Bagaimana denganmu Leyna?.”Leyna nampak terkejut ketika Jensen menyebut namanya, rasanya ia tak harus merasa seperti itu dan hal ini terasa sangat berlebihan. Namun kelihatannya Selly juga sangat terkejut karena wanita itu menoleh padanya dengan tampang bingung.
“cukup untuk saat ini, terima kasih tuan Harden.”Leyna menatap Jensen sebentar sebelum kembali memusatkan perhatiannya pada layar laptopnya.
“kalau ada perlu apa-apa. Katakan saja? Tommy akan mengurus semuanya.”Jensen pergi dari sana meninggalkan mereka bertiga di dalam, tiba-tiba Selly mendekati Leyna dan menatapnya penasaran. Leyna menegrjapkan matanya bingung, Selly nampak sangat antusias, Leyna sudah bisa menduga apa yang ingin ditanyakan wanita itu, ekspresi wajahnya sangat jelas terbaca.
“Apakah kalian berdua dekat?.”kening Leyna menyerngit seolah terkejut, ia sudah bisa menduganya.
“eh. Tidak. Yang benar saja. kita baru bertemu kemarin bersama-sama mengenalkan diri apa kau lupa! Cepat kerjakan, kita hanya diberikan waktu selama 2 minggu.”Leyna mengingatkan hal itu diam-diam mencoba untuk mengalihkan topik, 2 minggu adalah keinginan Drake untuk bisa menyelesaikan semuanya namun secara perjanjian mereka diberikan waktu selama 1 bulan. Lebih cepat lebih baik, beberapa perusahaan lainnya sudah menunggu mereka tidak bisa mengerjakan hal ini terlalu lama.
***
Makan siang di sediakan sehingga mereka tidak perlu keluar dari ruagan. Leyna terlihat lebih sibuk dan sangat fokus untuk menyelesaikan semuanya secara cepat, Selly dan Banner tak kalah serius. Waktu berjalan begitu cepat ketika mereka tenggelam ke dalam kesibukkan, entah sudah berapa kali ia membuat kopi agar tetap menjaga fokus dan rasa kantuknya.
Banner tertawa melihat Leyna membawa satu kotak kopi miliknya sendiri, ia tidak ingin perusahaan kehilangan begitu banyak kopi akibat ulahnya. Sesekali Leyna merenggangkan tubuhnya berajalan berkeliling ruang meeting seraya memperhatikkan laporannya dan menandai hal-hal yang menurutnya tidak masuk akal.
Waktu berjalan semakin mendekati jam 7 malam, Selly merapikan dokumen-dokumennya untuk dikerjakan esok. Leyna masih sibuk mengerjakkannya, wanita itu selalu larut dalam pekerjaannya. Kadang-kadang membuat Selly terheran-heran karenanya. Salah satu alasan kenapa mantannya pergi meninggalkannya adalah Leyna terlalu menomorsatukan pekerjaannya. Tidak salah, wanita itu memang workaholic.
“Lanjutkan besok Leyna. Jika kau terus memaksakan dirimu medalinya akan tetap terpasang di d**a Drake sementara kau hanya akan berakhir di peti mati. Sekarang kita pulang dan istirahat karena masih ada hari esok.”Selly menepuh bahu Leyna dan membuka pintunya lebar-lebar.
Leyna tak bisa menahan tawanya ketika mendengar Selly menggerutu. “okey mam. Tadi kuncinya ada di siapa? Banner?.”sahut Leyna yang mulai membereskan laptopnya.
“Ya. Apa kau sudah selesai? Langsung pulang? Atau mau ke kantor dulu?.”Selly melototkan matanya pada Banner, kedua tangannya yang tengah terlipat di depan d**a lantas berubah menjadi bertolak pinggang.
“Apa kau sudah gila! Tentu saja langsung pulang."Tidak mungkin jika Banner berpikir mereka akan kembali bekerja bukan.
“oke.. oke...”seru Banner. Sepertinya ada yang lebih bersemangat di bandingkan Leyna. Banner berdiri dan memakai ranselnya di punggung, laki-laki itu sudah siap untuk pulang. Leyna memastikan dokumen itu tertata dengan rapih di atas meja sebelum benar-benar pergi meninggalkan ruang. Ketika Leyna berdiri ia mengedarkan pandangannya, bahkan jika satu kertas terasa miring di pandangannya maka ia akan membenarkannya dulu menjadi lurus sebelum pergi keluar.
Selly berjalan keluar lebih dulu, Banner menyusulnya dengan kunci ruangan yang berada di sebelah tangannya, kunci ini hanya ada dua. Satu di Tommy seseorang yang bertanggung jawab pada tim audit dan orang yang Jensen percaya, dan satunya lagi ada pada Banner. Agar tidak ada yang bisa masuk dan mengacaukan jalannya audit.
Leyna memastikan lampu ruangan sebelum keluar dari pintu dan membiarkan Banner menguncinya. Setelah terkunci Banner meminta Leyna untuk memasukannya ke dalam kantung tas terdepannya yang memiliki ruang kecil berseleting. Mereka bertiga berjalan keluar ruangan, gedung ini berlantai 3 dengan tangga sebagai jalan penghubung antara satu lantai ke lantai lainnya.
Hentakan sepatu highheels Selly setinggi 7 cm terdengar cukup keras menggema keheningan ruang. Sudah beberapa kali Banner meledeknya untuk memakai sepatu yang lebih kecil. Leyna selalu merasa Selly tak terbiasa mengenakannya tapi wanita itu selalu memaksakan diri agar terlihat lebih tinggi dan kakinya terlihat jenjang.
“kau memakai sepatu itu lagi. tidakkah itu menyakitkan, kau kelihatan seperti menahan rasa sakit.”Leyna tak bisa menahan diri untuk tidak berkomentar tentang sepatu tersebut, Banner setuju ia menurunkan pandangannya menuju sepatu Selly dan ikut mengomentarinya.
“Itu terlihat menyakitkan.”
“ini pemberian Alex. Aku tidak bisa tidak memakainya dia akan merasa sedih.”Selly mencoba menghargai apa yang calon suaminya berikan. Jujur saja ia memang tak merasa nyaman dengan hal itu, tapi ia tak bisa tidak memakainya. Alex terus menerus bertanya bagaimana sepatunya dan kenapa tidak dipakai, tidak ada yang bisa Selly lakukan selain memakainya.
“Kau seharusnya mengatakan padanya untuk membeli sepatu yang bisa membuatmu lebih nyaman.”Selly melirik Banner sebelum memutar kedua bola matanya malas. Jika dilihat-lihat keduanya sangat dekat, Leyna mencurigai keduanya memiliki hubungan lebih dari sekedar rekan kerja namun ketika Leyna mencoba untuk bertanya dengan sindiran halus mereka tak mengakuinya.
Ketika sampai di depan pintu Alex sudah ada di parkiran dengan mobil audi silver. Berdiri di samping pintu menatap ke arah Selly yang baru saja keluar. Sebelah tangannya terangkat menyapa, Selly pamit dan berjalan cepat menuju Alex yang menyambutnya dengan kedua tangan terbuka lebar.
Leyna dapat melihat Banner yang berdiri menatap kearah mereka berdua, hal ini semakin membuatnya bertanya-tanya tapi Leyna tidak peduli dengan hubungan itu, ia hanya terlalu penasaran karena mereka berdua selalu menyangkalnya dan bersikap tak menyukai satu sama lain.
“Mau pulang bersama?.”Banner menoleh pada Leyna yang baru saja ingin pergi lebih dulu. Leyna menggelengkan kepalanya, rumah mereka tidak satu arah.
“pulanglah. Ada tempat yang harus ku kunjungi?,”Leyna menaikan tali tas selempangnya yang melorot di bahunya. “hati-hati di jalan dan sampai besok.”Leyna pergi lebih dulu meninggalkan Banner yang masih berdiri di tempatnya berdiri.
Leyna menyusuri trotoar, berlari-lari kecil menuju salah satu penjual buritto di sebuah mobil van. Sepertinya Leyna menyesal telah menolak ajakan Banner untuk pulang bersama karena saat ia sedang menunggu penjual menyiapkan burrito miliknya ia dapat melihat sosok yang sama menguntitnya kemarin malam dari bayangan kaca spion mobil.