Waktu berlalu seperti air yang dituang ke dalam cangkir yang berbeda setiap harinya. Leyna merasa jantungnya berdebar setiap kali ia bertemu dengan Jensen. Pria luar biasa yang ia kenal selama hidupnya, beberapa kali Leyna dan Jensen akan makan malam bersama. Beberapa kali Selly bertanya padanya tentang hubungan Leyna dan Jensen yang kian hari semakin dekat. Jensen akan tersenyum ketika berpapasan dengannya, bertanya tentang sesuatu, saling menyapa hingga membuat semua orang bertanya-tanya tentang hubungan mereka berdua.
Leyna selalu menekankan jika tidak ada hal yang terjadi tetapi tetap saja ia tak bisa mengenyahkan perasaan aneh yang mulai timbul di dalam hatinya. Jensen memiliki senyum yang menawan, sebuah lesung pipi muncul di pipinya ketika ia tersenyum, sebelumnya Leyna tak menemukan tanda manis itu di sana. Jensen jarang tersenyum ketika mereka baru pertama kali saling mengenal, namun kini ia bisa melihatnya. Jensen jarang menunjukkan nya pada siapapun, Leyna merasa terhormat bisa melihatnya.
Dua minggu adalah waktu yang benar-benar singkat untuk menyelesaikan audit laporan keuangan selama 3 tahun, mereka diberikan waktu satu bulan namun tim Selly merampungkannya dalam waktu 10 hari. Hari ini Leyna datang langsung menuju kantor karena ia harus mampir ke Mini market Edward untuk mengantarkan dompetnya yang tertinggal ketika sarapan pagi di rumah Leyna. Leyna tidak lupa membawa payungnya, pagi ini hujan lagi. Pagi ini adalah hari penting dimana ia akan melakukan presentation untuk menjabarkan hasil temuan audit laporan mereka selama 10 hari di depan para investor dan tentu saja salah satunya adalah Jensen.
"Temani aku makan malam."ucap Jensen seraya berjalan keluar berdampingan dengan Leyna yang akan kembali menuju kantornya.
Leyna mengganggukan kepalanya setuju. "Aku akan menjemputmu."setelah mengucapkan hal itu Jensen masuk ke dalam ruang meeting untuk berdiskusi dengan beberapa investor perusahaannya. Ketikan Leyna kembali menlanjutkan langkahnya tatapannya bertemu pada Banner dan Selly yang sedang menunggunya di dekat tangga dengan ekspresi geli.
"oh lihat itu? Kau berkata tidak ada hubungan apa-apa tapi bertemu setiap malam untuk makan bersama."ucapan Selly membuat Leyna berdehem lalu menghampiri mereka berdua.
"Tidak ada apa-apa. Kami hanya teman."ucap Leyna meyakinkan dua rekannya yang sepertinya sulit untuk percaya pada ucapannya.
"Aku tidak percaya."seru Selly.Dahinya mengerut, kedua matanya melemparkan tatapan sengit curiga pada Leyna.
"Aku juga."timpal Banner mendukung dan memiliki pemikiran yang sama dengan Selly. Leyna tak pernah berbicara tentang hal pribadi termasuk percintaannya, hubungan asmaranya walau sekedar pdkt, wanita itu tak pernah mau berbagi dan Selly tak pernah menyerah untuk mencari dan menggali informasi itu dari bibir Leyna sendiri, sepertinya pendirian Leyna untuk tetap bungkam.
Banner menekan kunci mobilizernya, baru saja Leyna membuka pintu ia terdiam mengingat sesuatu. "ya ampun."
"ada apa?."tanya Selly yang juga menghentikkan tangannya yang ingin membuka pintu mobil Banner.
"Aku lupa payungku tertinggal di ruangan. Tunngu sebentar aku akan mengambilnya."Leyna membuka pintu bagian penumpang di belakang sebelah kanan, memasukan tas laptop dan tas tangannya sebelum menutup pintu untuk kembali mengambil payungnya yang tertinggal. Masalahnya itu bukan miliknya, itu pinjaman dari Edward yang sudah 1 minggu tak ia kembalikan dan laki-laki itu selalu marah jika Leyna menghilangkan barang miliknya.
langkah kaki Leyna sangat cepat, bahkan ketika ia menaiki tangga ia hampir seperti melompati setiap anak tangga di bandingkan menginjaknya satu persatu untuk sampai di lantai atas. Leyna memperlambat langkah kakinya ketika hampir sampai di ruangan yang dulu ia pakai untuk memeriksa laporan. Suara Jensen berasal dari ruang kecil yang berada di sebelahnya yang terbuka, Leyna ingin segera masuk namun langkahnya terhenti ketika seseorang menyebut namanya dari ruang yang sama dengan Jensen. Leyna tak bisa melihatnya karena jika ia melongo ke dalam maka ia akan terlihat berada di sana.
"Kau sedang dekat dengan salah satu wanita itu. Leyna apa aku benar itu namanya?."Jensen tak menjawab pertanyaan itu, Leyna bersandar pada dinding, menunggu dengan sabar apa yang sedang mereka bincangkan hingga menyebut namanya.
"Aku tahu dia bukan tipemu, kau memiliki tipe high class Jensen, mana mungkin kau bersama dengan nya. Hei... itu tidak benar kan? Apa kau benar-benar menyukainya? kita semua penasaran, tiba-tiba ada kabar angin kau mengencani seorang wanita yang berbeda jauh dengan tipemu yang biasa? waniat yang melakukan presentasi itu? dia orangnya?."
Leyna penasaran dengan apa yang akan Jensen katakan. "tidak ada apa-apa. Dia memang bukan tipeku. Aku hanya menganggapnya.. selingan."
Leyna tak peduli, ia masuk ke dalam ruangan yang sebelumnya ia tempati. Mengambil payungnya dan segera pergi dari sana. Ketika ia akan keluar dari pintu seseorang ingin masuk ke dalam nya yang spontan membuat Leyna menahan langkahnya. "Maafkan aku."
"Nona Gristy ketinggalan sesuatu?."Dia adalah Tommy yang membantu mereka dalam melengkapi kebutuh audit. laki-laki itu ingin membereskan ruangan dan menguncinya.
"Ya. Payungku tertinggal. Aku permisi dulu."Tommu memundurkan langkahnya agar Leyna bisa keluar.
"Sampai jumpa lagi nona Megan."ucap Tommny.
"Leyna."Leyna dapat melihat Jensen berdiri di ambang pitnu ruangan kecil tersebut dan Leyna juga melihat teman pria yang berbicara dengannya. Leyna hanya menyapanya dengan anggukan kepala sebelum beranjak pergi dari sana.
"Sampai jumpa Tommy."Leyna merasakan sesak dihatinya, seharusnya bukan hal yang menyakitkan hanya untuk ucapan seperti itu. Leyna sudah bisa menduganya jika ya tak mungkin sesuatu terjadi antara dia dan Jensen. Leyna tak bisa menyalahkan pikirannya yang berlebihan, ini memalukan. Leyna berharap ia tak bertemu dengannya lagi dan semua ini berakhir.
Kenapa Jensen menganggapnya selingan, apa tidak bisa lebih halus seperti teman yang biasa ia ucapkan ketika bersama dengannya. Leyna tak menjawab sapaan Jensen dan pergi dengan ekspresi masam yang tak bisa ia sembunyikan. Ketika sampai di parkiran ia langsung masuk ke dalam mobil Banner. Bersamaan dengan itu sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya, itu dari Jensen..
"Jangan lupa aku akan menjemputmu jam 7."-Jensen
Bertemu dengannya setelah ini bukanlah ide yang bagus. Leyna tak menjawab pesan itu dan langsung menghapusnya bersamaan dengan nomor Jensen. Apa masuk akal jika dia merasa kesal hanya karena kalimat itu. Di sisi lain Leyna merasa itu masuk akal, namun di sisi lain ia merasa begitu kecewa. Kenapa dia merasa kecewa Leyna tak mengerti dengan perasaanya, Leyna tak bisa berhenti mengumpat dirinya sendiri di dalam hati. Leyna menaruh ponselnya di sebelah tas lalu beralih menatap ke jendela luar.
Ketika jam pulang kantor tiba Jensen benar-benar menepati apa yang ia katakan untuk menjemputnya dan pergi makan malam bersama. Leyna hanya berdiri menatapnya dari lobby dalam gedung dan dapat melihat mobil Jensen dari sana. Pria itu berada di dalam mobil, menunggunya seperti apa yang tertera dari setiap pesan yang ia kirimkan pada Leyna.
"Maaf aku tidak bisa. Ada banyak pekerjaan yang harus ku urus. Aku benar-benar menyesal karena baru mengatakannya sekarang, aku harap kau dapat mengerti. Terima kasih atas ajakannya Jensen."-Leyna
Leyna tak bisa bertemu dengannya secara langsung karena rasa sesak itu masih ada di hatinya. Jensen membalasnya dengan cepat dalam detik itu juga.
"kalau begitu besok malam."-Jensen
Butuh beberapa menit bagi Leyna untuk mencerna kalimat itu. Kenapa Jensen sangat memaksanya. Leyna tak mau bertemu dengannya lagi. Semua ini harus diakhiri sebelum ia berpikir lebih jauh lagi dan bagamana isi itu akan berkembang jika mereka kembali bertemu dan hang out bersama. Leyna tak ingin isu itu berkembang luas. Leyna tak tahu cara menolak, kenapa harus ada perasaan semacam ini.
"Maaf."-Leyna
Hanya itu yang Leyna kirimkan sebagai pesan kepada Jensen tanpa kejelasan, terlalu singkat namun jika Jensen peka seharusnya ia sudah tahu jika Leyna menolaknya untuk kembali bertemu. Leyna terus menatap ponselnya diam-diam cemas pesan yang akan masuk nanti membuat perasaannya semakin kacau tetapi ketika wajahnya mendongak untuk menemukan keberadaan Jensen mobilnya sudah menghilang dari pandangan. Sepertinya usahanya untuk menjauh dari Jensen dan tak bertemu dengannya lagi berhasil karena kini ia sudah tidak ada di sana. Leyna merasa lega, ia pikir akan menunggu lebih lama bagi Jensen untuk pergi dari sini. Leyna memutuskan untuk segera pulang.
Baru saja 3 langkah keluar dari dalam gedung ia mendapati Jensen berdiri bersandar pada pilar dan matanya mengarah kepadanya, tatapan ketika mereka pertama kali bertemu di Club. Begitu dingin. Leyna tak peduli, ia melengos pergi meninggalkan Jensen menuju gerbang luar.
"Kau bilang banyak pekerjaan, tapi sepertinya tidak begitu. Apa kau marah padaku? Kenapa kau marah?."ucapan Jensen membuat Leyna menghentikkan langkahnya, perkataan itu menohok tepat di d**a hingga membuat Leyna mencari-cari alasan untuk hal itu. Sepertinya Jensen benar, kenapa dia marah. Jensen berjalan di sisi nya lalu berdiri di hadapan Leyna dengan ponsel yang berada di sebelah tangannya.
"Kau mendengar pembicaraanku dengan temanku."Leyna hanya diam menatap kedua mata Jensen yang juga sedang menatapnya. Leyna tak berkata apapun dan membiarkan Jensen berbicara. Leyna memasukkan kedua tangannya ke dalam kantung blazer, menyembunyikkan wajahnya di balik syalnya yang menutupi sebagian wajahnya. Udara bertiup cukup kencang menandakan akan turun hujan. Jensen tak melanjutkan kata-katanya, ia hanya diam dan hal itu membuat Leyna kesal. Ia membuang arah pandangnya dan berkata..
"Tidak ada yang harus membuatku marah dari kata-kata itu. Aku tidak mau isu ini menyebar aku tahu itu sangat tidak menyenangkan diantara kita berdua. Maka dari itu lebih baik kita tidak perlu bertemu lagi. Terima kasih sudah menjadi klien kami jika butuh sesuatu kau bisa menelepon customer servis kami akan segera membantumu, untuk lebih cepat kau bisa menghubungi Drake dia sangat siap tentunya untuk membantumu. Aku permisi seperti sudah mau hujan aku tidak mau berada di jalanan ketika itu terjadi."
Tidak ada lagi yang harus Leyna katakan, ia menyetop taksi yang akan melintas di hadapannya dengan sebelah tangan yang terangkat memanggilnya. "saya duluan tuan Harden."Leyna berkata tanpa menatap Jensen yang masih menatapnya tanpa ekspresi apapun di wajahnya namun matanya begitu tajam. Sikap Leyna yang sok jual mahal dan mengabaikan Jensen pasti membuatnya kesal. Leyna tak tahu harus berbuat apa, perasaannya begitu buruk melihat Jensen saat ini.
Leyna masuk ke dalam mobil, lalu mobil taksi itu melaju meninggalkan Jensen di sana. Leyna mengamati Jensen dari kaca spion taksi hingga sosoknya menghilang tenggelam diantara mobil lain yang berada di belakang taksi nya. Hari-harinya akan kembali, senang berkenalan dengan Jensen. Leyna akui ia senang mengenalnya dan sedih ketika mengakhirinya.