Bab 1

1030 Words
"Ya sudah kalau kamu tidak mau pulang! arka akan aku bawa bersamaku kamu di sini saja tidak apa-apa, Arka tidak membutuhkanmu!" kalimat paksaan itu meluncur dari bibir seorang Iqbal suami dari Almira. "Tidak!! Arka tetap bersamaku, Arka masih membutuhkanku, Arka masih membutuhkan asiku, aku ibunya aku yang mengandungnya dan melahirkannya kamu tidak berhak mengambilnya dariku!" teriak Almira tak kalah sengit saat dengan sengaja suaminya ingin mengambil paksa Arkha dari pelukannya. "Kamu jadi perempuan jangan egois, Apa alasanmu minta pisah dariku? Oke fine! katakanlah aku salah, tapi tak bisakah kau memberikan aku satu kesempatan sekali saja? Lagi pula Apakah kamu punya bukti dengan kesalahan yang kamu tuduhkan kepadaku itu?" Suara Iqbal mulai melunak mencoba menggoyahkan pendirian seorang Almira. Sesaat Almira pun diam coba mencerna yang dikatakan oleh suaminya itu. Dalam hati Almira membenarkan bahwa dirinya tidak mempunyai bukti kuat bahwa suaminya berselingkuh, yang dia tahu hanyalah Iqbal berselingkuh dengan seorang wanita yang selama ini mengaku sebagai kawannya saja. Malam itu pukul 11.00 malam, saat Almira menginap di rumah ibunya dia mendapatkan chat wa dari keponakan suaminya yang selama ini memang tidak pernah akur dengan suaminya itu. Keponakannya itu bernama Dewi, tempat tinggal Dewi berada tepat di samping rumahnya Almira, oleh sebab itu dia tahu apa yang di lakukan oleh Iqbal. "Te, Apa kamu tahu kalau Om Iqbal sedang keluar rumah? Barusan aku lihat om Iqbal keluar dengan mobil selingkuhannya itu, mobil sport hitam yang dulu diakui oleh Om Iqbal sebagai mobil bosnya!" tanya Dewi dalam pesan w******p tersebut. "Tidak Wi, katanya Om kamu sedang sakit kepala, jadi dia tadi tidak mau menyusulku ke rumah ibuku di sini!" jawab Almira lewat pesan juga. "Fix ini Tante, Om pasti keluar dengan perempuan gatal itu!" jawab Dewi lagi. Almira tidak membalas lagi pesan dari keponakannya itu, hatinya terbakar emosi dan cemburu yang naik ke ubun-ubun. Jam 11.00 malam Dia pamit kepada ibunya keluar sebentar. "Mira mau keluar sebentar ya Bu? Mira kepengen martabak telor punya kang Diman di perempatan sana!" pamit Almira kepada ibunya. Bu Aminah yang tidak mencurigai sama sekali gelagat Anaknya pun hanya mengizinkannya. "Emang kamu berani sendiri Al? ini sudah malam loh! sana minta sama kakakmu Eni untuk menemani!" jawab Bu Aminah dengan kalimat memerintah untuk mengajak sang kakak menemani. "Tidak Bu, sepertinya Mbak Eni sedang sibuk, Almira bisa sendiri kok bu! nggak usah kuatir." Almira sengaja memasang senyum semerekah mungkin untuk menutupi kegundahan hatinya. Bu Aminah yang sama sekali tidak mencurigai gelagat anaknya pun mengizinkan begitu saja. "Ya sudah hati-hati, nggak usah ngebut, ini sudah malam!" jawab Bu Aminah akhirnya. Tak menunggu lama, Almira pun menstater motornya lalu mengetesnya dengan kekuatan penuh, Bu Aminah yang melihatnya sontak kaget, Dia baru menyadari Kalau Putri sapihannya itu sedang tidak baik-baik saja. Kekhawatiran menguasai hati Bu Aminah, dia menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi! "Ya Allah ya Robb lindungilah putriku, jauhkan dia dari semua bahaya yang mendekati, aku serahkan keselamatan putriku kepadamu ya Rabb ku!" dengan menengadahkan tangannya Bu Aminah berdoa dalam hati, kemudian beliau melangkahkan kaki ke kamar putrinya untuk melihat cucu-cucunya. Arka sengaja tidak dibawa oleh Almira dan tidur bersama anak dari kakaknya Eni yang bernama Naila. "Cucu ganteng Nenek, ternyata kamu masih pulas boboknya! do'ain mamamu nak, Semoga Allah melindunginya!" Bu Aminah berkata lirih sambil mengelus lembut kepala sang cucu. 5 menit setelah Almira pamit keluar, handphonenya berbunyi. "Bu tolong aku, aku kecelakaan di depan persimpangan SD! tolong aku Bu tolong mbak Eni dan Mas Aldo suruh ke sini! Aku takut Bu" Almira di seberang telepon berbicara tanpa mengucapkan salam. Bu Aminah panik lalu segera keluar mencari keberadaan Eni dan juga Aldo. "Eni, Aldo...! sekarang juga tolong susul adikmu di persimpangan SD, katanya dia kecelakaan tolong berangkatlah sekarang juga!" perintah Bu Aminah yang kebetulan melihat Aldo dan Eni sedang bersama di satu ruangan. Tanpa menunggu diperintah dua kali Mereka pun segera berangkat ke tempat yang ditunjukkan oleh Bu Aminah. Mereka hanya memakai jaket agar tidak kedinginan saja. Sementara Bu Aminah sangat tidak tenang di rumah menunggu kedatangan menantu dan juga anaknya, berkali-kali juga dia melihat jalanan menunggu sang anak pulang. 15 menit kemudian Almira dibonceng oleh Eni, Aldo membawa motor yang sudah rusak oleh kecelakaan tadi. dengan segera Bu Aminah menghampiri Almira yang sudah terlihat bengkak mukanya, Bagaimana kecelakaan itu terjadi, Bu Aminah syok bukan main. "Alhamdulillah Kamu masih selamat anakku, apa yang sakit nak? Sebenarnya ada apa? Kalau ada apa-apa cerita sama Ibu, jangan buat Ibu seperti ini!" dengan berlinang air mata Bu Aminah menanyakan perihal apa yang sedang terjadi kepada putrinya tersebut. "Sudah ya Bu Jangan ditanya dulu Almira nya, biarkan dia istirahat dulu!" Eni pun memperingatkan sang ibu untuk tidak bertanya macam-macam dulu. "Tunggu ya dek Mbak ambilkan dulu air mineral!" pamit Eni kepada adiknya. Tak lama setelah anak dan menantunya sampai di rumah, tak berselang lama datang segerombolan orang, ternyata mereka adalah lawan dari kecelakaan yang yang dialami putrinya, mereka menuntut rugi atas kerusakan motor yang dimilikinya. Bu Aminah yang sudah terbakar emosi pun berdiri lalu bertanya kepada semua orang itu, meskipun mereka datang secara ramai-ramai, tapi hal itu tidak menyurutkan keberanian Bu Aminah. "Siapa pemilik motor ini? yang mengalami kecelakaan tadi siapa?"tanya Bu Aminah menatap satu persatu ke arah semua orang yang ada di ruangan itu. Kemudian maju seorang pemuda dengan pongahnya dia berkata. "Saya tadi yang kecelakaan dengan Putri Ibu! lihat Bu motor saya rusak, saya menuntut ganti rugi! seperti kesepakatan awal di tempat tadi, Saya ingin dibantu membayar kerusakan motor saya!"jawab pemuda tersebut tanpa rasa malu. Padahal jika dilihat dari kondisinya dan juga motor yang dikendarainya, justru kondisi Almira lah yang paling parah, di mana setengah dari muka Almira bengkak entah karena apa, dan juga motor yang di kendarai Almira pun slebor beserta dek nya hancur bahkan velg-nya pun bengkong. "Almira keluar sebentar, Ibu mau ngomong sesuatu!" dipanggilnya lembut sang anak untuk keluar dan duduk karena memang kondisinya sedang sangat tidak memungkinkan untuk berdiri lama. "Kamu bisa lihat kondisi anak saya seperti apa? Kamu bisa lihat kondisi motor yang dikendarai anak saya seperti apa? Kurasa matamu tidak buta untuk melihat itu semua!" Bu Aminah menunjuk muka Almira dan juga motor yang tadi dikendarainya!. Di sini yang pantas meminta pertanggung jawaban itu saya atau Anda?" Teriak Bu Aminah tak mampu menahan emosinya lebih lama lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD