Kami senang bisa pindah rumah. Kami merasa keadaan sudah aman. Jadi aku tidak perlu khawatir lagi. Siang itu hari minggu, Ana menelfonku. "Mbak Kinan apa kabar?" tanya Ana. "Alhamdulillah baik," jawabku. "Mbak, bisakah hari ini kita bertemu?" tanya Ana. "Bagaimana kalau kita bertemu di luar saja?" tanya Ana. "Aku gak enak kalau ke rumah mama Mbak Kinan," kata Ana. "Oh ya, nanti jam dua ya," jawabku. "Soalnya ini Kiara masih tidur siang," kataku. "Iya, Mbak," kata Ana. Pukul 13.45 aku mengajak Kiara menemui Ana di restoran milik Putra. Bukan karena aku ingin ketemu Putra. Hanya saja itu tempat terdekat dari rumah ibu mertua. Lagi pula, Putra belum tentu ada di restorannya. Dia pasti sedang di toko baju. "Maaf ya, Mbak kalian jadi nunggu aku," kata Ana. "Oh ya An, kamu masih tingga