When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Tolong pesan satu kopinya lagi, ya!” teriak seorang tamu pria kepada pelayan wanita kafe yang hilir mudik mengambil piring-piring kotor di meja seberang. “Kak Keenan! Satu kopi lagi di meja sebelas!” teriak karyawan wanita tadi ke arah seorang pria di konter display yang sibuk memotong kue tart dengan sangat hati-hati. “Baik! Tunggu sebentar!” balas Keenan penuh semangat. Ketika Keenan tiba di meja tersebut, dengan cepat memasang wajah tersenyum lebar. “Maaf, mau tambah kopi, ya?” tanyanya sopan, segera menuang kopi hitam ke cangkir di atas meja begitu sang tamu pria menganggukkan kepala sopan. Di meja itu juga ada tiga tamu wanita, dan mata mereka dengan cepat menangkap wajah tampan Keenan, bahkan salah satunya memotret Keenan secara diam-diam. “Ehem! Maaf, nona, di sini dilarang m