Takluknya Raja Habib bin Malik

1585 Words
Takluknya Raja Habib bin Malik Sekalipun Rasulullah SAW telah membelah bulan menjadi dua bagian, dan masing-masing bagian dimasukan ke lengan bajunya, Raja Habib bin Malik belum mengakui kerasulan beliau. Bagaimana kisahnya sehingga ia bisa takluk? Pada jaman jahiliyah hiduplah seorang raja bernama Habib bin Malik yang berkuasa di negeri Syam. Namanya sangat terkenal hingga ke kota Mekkah dan orang-orang kafir sangat menghormatinya. Mereka mengaguminya karena Raja Habib bin Malik itu termasuk penyembah berhala yang sangat fanatik sehingga ia sangat menentang dan membenci setiap agama-agama baru yang didakwahkan ke muka bumi. Kesempatan ini dipergunakan oleh Abu Jahal untuk mengadu domba Raja Habib bin Malik dengan Rasulullah SAW. Suatu ketika Abu Jahal mengirim surat kepada Raja Habib bin Malik yang isinya menceritakan tentang Rasulullah dan agama baru yang dibawanya. Isinya tentu saja dibuat sedemikian rupa oleh Abu Jahal sehingga membuat Raja Habib bin Malik penasaran dan ingin bertemu langsung dengan Rasulullah SAW. Ternyata dugaan Abu Jahal tidak meleset, karena begitu Habib bin Malik mendapat suratnya, ia segera mengirim surat balasan melalui seorang utusan bahwa dalam waktu dekat akan berkunjung ke Mekkah untuk bertemu langsung dengan Muhammad SAW dan mengujinya. Pada hari yang ditentukan, berangkatlah Habib bin Malik menuju kota Mekkah dengan iring-iringan sepuluh ribu pengawal. Ketika rombongan Raja Habib sampai di daerah yang bernama Abthah, ia mengirim seorang utusan untuk memberitahukan kepada Abu Jahal bahwa dirinya telah sampai perbatasan kita Mekkah. Maka Abu Jahal mendengar berita tersebut, bersama pemuka-pemuka kafir Quraisy lainnya menyambut dengan ramainya dan memberi beraneka macam hadiah. Pada pertemuan sambutan tersebut, Habib bin Malik bertanya,”Seperti apa kepribadian Muhammad?” “Sebaiknya itu tuan tanyakan saja kepada keluarga dari Bani Hasyim,” jawab Abu Jahal. Kemudian Habib bin Malik bertanya kepada kaum kerabat Muhammad dari Bani Hasyim. Apa jawabannya? “Kami mengetahui masa kecil Muhammad. Ia adalah seorang anak yang bisa dipercaya, jujur serta baik budi pekertinya. Tetapi, sejak usianya menginjak 40 tahun, ia mulai menyiarkan agama baru, dengan menghina dan menyepelekan tuhan-tuhan yang kami sembah. Ia menyiarkan agama selain dari agama warisan nenek moyang kami,” kata salah seorang keluarga bani Hasyim. Setelah mendengar penjelasan dari Bani Hasyim, Habib bin Malik lalu menyuruh utusan untuk memanggil Muhammad. “Bila ia tidak mau dipanggil dengan cara yang sopan, maka paksalah ia supaya datang kemari!” Rasulullah SAW yang mendapat panggilan tersebut, langsung menuju ke tempat Raja Habib bin Malik berada dengan ditemani sahabat Abu Bakar dan Khadijah, isteri beliau. Sepanjang perjalanan, Khadijah tidak henti-hentinya meneteskan air mata karena khawatir atas keselamatan suaminya di hadapan raja zalim itu. Perasaan yang serupa juga tampak dari raut muka sahabat Abu Bakar yang penuh kecemasan, hanya ia diam saja mendampingi langkah-langkah Rasulullah SAW yang berjalan cepat di depannya. Khadijah yang semakin cemas itu, dari belakang kemudian berkata,”Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami sangat mengkhawatirkan keadaan dan keselamatanmu dari murka orang-orang kafir.” “Kalian jangan takut, kita serahkan saja semuanya kepada Allah SWT,” kata Rasulullah SAW yang saat itu memakai jubah warna merah dan sorban hitam pemberian Abu Bakar. Sampai di tempat Raja Habib bin Malik, Rasulullah disambut dengan cukup ramah dan dipersilahkan duduk di kursi emas yang telah dipersiapkan sebelumnya. Khadijah yang hatinya masih diliputi kekhawatiran, berdoa kepada Allah,”Ya Allah. Tolonglah Muhammad dan kuatkan hatinya.” Ketika Rasulullah telah duduk di kursi yang disediakan Habib bin Malik, terpancarlah sinar kemilau dari wajahnya yang penuh kewibawaan sehingga membuat yang melihatnya tertegun keheranan. Kemudian, Habib bin Malik mengawali pembicaraannya dengan bertanya,”Wahai Muhammad, tentu engkau telah mengetahui bahwa setiap nabi pasti memiliki mukjizat. Bila engkau mengaku sebagai nabi, mukjizat apakah yang telah engkau miliki?” Mendapat pertanyaan seperti itu beliau tidak langsung menjawabnya, tetapi beliau balik bertanya kepada Habib bin Malik,”Mukjizat apakah yang tuan kehendaki?” “Aku menginginkan matahari yang sedang bersinar itu engkau tenggelamkan, kemudian munculkanlah bulan. Setelah bulan muncul, lalu turunkanlah dengan tanganmu sendiri. Setelah bulan berada di tanganmu, lalu belahkan bulan itu menjadi dua bagian, dan masukkanlah masing-masing ke lengan baju mu sebelah kiri dan kanan. Kemudian keluarkan lagi bulan itu dari kedua lengan bajumu, lalu satukanlah lagi. Dan suruhlah bulan itu mengakui bahwa kamu adalah seorang rasul. Setelah itu, kembalikanlah bulan itu ke tempatnya semula. Jika kamu dapat melakukan semua itu, aku akan beriman kepadamu dan mengakui kenabianmu,” kata Raja Habib bin Malik. Permintaan Habib bin Malik tersebut aneh sekali kedengarannya dan terlalu mengada-ada. Mendengar permintaan itu, Abu Jahal sangat gembira sebab ia sudah yakin Muhammad pasti tidak dapat melakukannya. Akan tetapi, ia menjadi waswas ketika dengan tegas dan penuh keyakinan, beliau menjawab tantangan itu dengan berkata,”Aku penuhi permintaan tuan.” Bagi Rasulullah, tidak ada sesuatu yang mustahil, selama beliau meminta pertolongan Allah SWT, pasti akan dikabulkan. Kemudian, beliau berjalan ke arah Gunung Abi Qubaisy dan melakukan shalat dua rakaat. Selesai shalat, beliau menengadahkan tangannya tinggi-tinggi berdoa memohon kepada Allah agar apa yang menjadi permintaan Habib bin Malik dapat dipenuhi dengan baik dan sempurna. Kemudian, datanglah pasukan malaikat yang berjumlah 12.000 dan tidak seorang pun yang mengetahui kedatangan malaikat-malaikat tersebut kecuali Rasulullah. “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah telah menyampaikan salam kepadamu. Allah berfirman,’Wahai kekasihku, janganlah engkau takut dan ragu. Sesungguhnya Aku senantiasa bersamamu di mana pun kamu berada. Aku telah menetapkan keputusan-Ku sejak jaman azali, tentang apa yang menjadi permintaan Habib bin Malik pada hari ini. Sekarang pergilah engkau ke hadapan mereka untuk menunjukan hujjah tentang kerasulanmu. Ketahuilah, sesungguhnya Allah yang memperjalankan matahari dan bulan serta yang mengganti siang dengan malam. Selain itu, Habib bin Malik mempunyai seorang putri yang cacat, tidak mempunyai kaki dan tangan serta buta. Allah telah menyembuhkan anak perempuan Habib bin Malik menjadi seorang yang sempurna bentuknya, bisa berjalan, meraba dan melihat,’” kata malaikat itu menyampaikan firman Allah. Maka bergegaslah Rasulullah turun dari Gunung Abi Qubaisy dan menjumpai orang-orang kafir yang sedang menantinya. Bias cahaya yang memantul dari wajah Rasulullah semakin bersinar. Sedangkan di atasnya para malaikat pimpinan Jibril berbaris mengikuti langkah-langkah Rasulullah. Waktu itu hari telah beranjak senja, matahari hampir saja tenggelam ke peraduannya sehingga suasana menjadi remang-remang. Kemudian, beliau berdoa agar bulan segera keluar maka keluarlah bulan dengan sinarnya yang benderang. Dengan kedua jarinya, Rasulullah mengisyaratkan agar bulan segera turun kepadanya. Tiba-tiba suasana menjadi amat menegangkan karena suara gemuruh yang sangat menyeramkan. Awan berjalan mengiringi turunnya bulan ke tangan Rasulullah SAW, kemudian setelah bulan berada dalam tangan beliau, dibelahnya bulan itu menjadi dua bagian, yang masing-masing bagian dimasukan ke lengan bajunya. Satu di sebelah kanan dan satunya lagi di sebelah kiri. Tidak lama kemudian, beliau mengeluarkan bulan tersebut dan menyatukannya kembali maka jadilah terlihat oleh semua orang bahwa Rasulullah tengah menggenggam bulan yang sedang bersinar cemerlang. Hal tersebut membuat orang-orang yang menyaksikan semakin takjub dan terbengong-bengong. Lebih terkejut lagi karena kemudian mereka mendengar suara yang sangat keras bergema, ”Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-hamba-Nya dan utusan-Nya.” Itulah suara bulan yang bersaksi akan kerasulan beliau, seperti permintaan Raja Habib bin Malik. Kejadian tersebut telah menggoncangkan perasaan yang hadir di tempat tersebut. Kalau itu dibilang mimpi, tetapi ini adalah kenyataan. Mukjizat yang demikian luar biasa hebatnya disaksikan sendiri oleh Raja Habib bin Malik. Ia menyadari bahwa kejadian aneh ini tidak mungkin terjadi pada manusia biasa, walaupun ia mempunyai sihir yang sangat hebat. Akan tetapi hatinya belum terbuka juga untuk menerima kebenaran Islam. Ia masih hendak mencoba kembali Rasulullah dengan suatu cobaan yang sebenarnya telah terjawab melalui pemberitahuan Jibril. “Aku masih mempunyai syarat lagi untuk mengujimu.” Belum lagi Habib bin Malik melanjutkan ucapannya, Rasulullah telah terlebih dahulu memotong pembicaraan,”Engkau mempunyai seorang putri yang cacat bukan? Sekarang, Allah telah menyembuhkannya dan menjadikannya menjadi seorang putrid yang sempurna bentuknya.” Mendengar ucapan Rasulullah SAW, sangatlah girang hati Habib bin Malik. Seketika itu juga ia berdiri dan berseru di hadapan orang-orang kafir Quraisy yang belum habis keheranan mereka. Habib berseru,”Hai penduduk Mekkah, kalian yang telah beriman. Janganlah kembali kafir, karena tidak ada lagi yang perlu diragukan dengan peristiwa ini. Ketahuilah bahwa sesungguhnya aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah Yang Maha Tunggal, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan-Nya dan hamba-Nya!” Peristiwa itu diakhiri dengan masuk Islamnya Habib bin Malik serta seluruh bala tentaranya. Tiada orang yang paling jengkel dan marah melihat peristiwa selain Abu Jahal. Ia terperangkap oleh permainan yang ia buat sendiri. Dengan emosi, ia langsung mendekati Habib bin Malik dan berkata,”Wahai junjungan orang Quraisy, apakah engkau beriman kepada tukang sihir ini, hanya melihat kehebatan sihirnya?” Raja Habib bin Malik tidak menghiraukan ejekan Abu Jahal. Ia segera berkemas untuk pulang ke negeri asalnya karena tidak sabar lagi ingin segera melihat keadaan puterinya. Setiba di istana, baginda raja disambut dengan sangat meriah oleh rakyatnya. Di depan pintu gerbang ia disambut oleh puterinya yang kini mempunyai anggota tubuh yang lengkap dan berucap,”Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya.” Alangkah terkejutnya Habib mendengar kata-kata putrinya tadi. Kemudian ia bertanya,”Wahai putriku, darimana kamu mengetahui ucapan seperti ini? Siapa yang mengajarimu?” “Aku bermimpi. Dalam tidurku aku didatangi oleh seorang laki-laki rupawan. Ia berkata bahwa ayahanda telah masuk Islam. Jika aku mau menjadi muslimah, anggota tubuhku akan menjadi lengkap. Tentu saja aku mau dan kemudian aku mengucapkan dua kalimah syahadat, seperti yang barusan ayahanda dengar.” Seketika itu Habib bin Malik bersujud ke hadirat Allah SWT dikarenakan rasa syukurnya yang tiada terhingga. Sebagai tanda syukurnya kepada Allah SWT, Habib bin Malik mengirimkan berbagai hadiah kepada Rasulullah sebagai tanda terima kasih, atas pertolongan yang telah diberikan kepadanya. AST
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD