Keberkahan Hidangan Jabir Ra

774 Words
Keberkahan Hidangan Jabir Semula Jabir Radiallahu ‘Anhu merasa khawatir dengan hidangan yang ia persembahkan pada Rasulullah dan para sahabat. Namun berkah cipratan ludah dan berkah sentuhan tangan beliau yang agung makanan yang ia masak cukup untuk mereka semua Ketika perang Khandaq berkecamuk, banyak sahabat yang kelaparan. Sebab, mereka tidak dapat keluar kota untuk mencari bahan makanan dan tidak ada pula yang masuk ke dalam kota Madinah. Bersama para sahabat, Rasulullah SAW bertahan di dalam kota, sedangkan di sekeliling kota Madinah penuh dengan musuh yang siap menyerbu. Pedang kaum kafir senantiasa terhunus, berkilauan ditimpa cahaya matahari dan panah berserta anak panah siap lepas dari busurnya mengincar setiap gerak kaum muslimin. Kedua kekuatan ini saling bertahan, umat Islam bertahan di dalam, sedangkan kaum kafir menunggu di luar.Perang ini dinamakan perang Khandaq atau parit karena umat Islam menggali parit yang mengelilingi kota Madinah untuk berlindung dari serangan musuh dari kota. Setiap kaum kafir mendesak sedikit demi sedikit ke dalam kota, pasukan kaum muslimin segera membuat halangan dengan membuat parit-parit yang dalam. Alkisah, siang itu di tengah panas mentari yang membakar, pasukan kaum muslimin terus menggali parit-parit yang dalam. Rasulullah SAW tidak tinggal diam, bersama para pengikutnya, beliau tak kenal lelah turun ke dalam lubang yang telah diberi garis memanjang dan mulai menggali parit dengan tangannya yang suci. Sudah tiga hari terakhir ini beliau turun langsung membuat parit-parit yang dalam dan memanjang mengitari kota Madinah. Bahkan beliau sudah tidak makan dalam beberapa hari. Untuk mengatasi rasa lapar, perut beliau diganjal dengan batu dan sabuk. Tangan beliau yang agung terus mengerus butiran-butiran pasir dari dalam parit yang digalinya. Satu per satu batu-batu sebesar kepala orang dewasa beliau angkat sendiri. Badan beliau yang kekar telah bersimbah keringat. Jabir bin Abdullah Ra yang melihat tanda-tanda kelelahan di wajah Rasul karena beberapa hari tidak makan dan hanya mengganjal perut beliau dengan batu. Wajah beliau yang biasanya cerah bercahaya, terlihat pucat dan bulir-bulir keringat menetes satu persatu, Jabir khawatir akan kesehatan Rasulullah SAW bisa terganggu. Maka ia segera pulang ke rumah menemui isterinya. Sampai di rumahnya ia berkata pada isterinya,”Makanan apa yang kau miliki? Aku melihat Rasulullah SAW sudah sangat lapar?” “Kita hanya ada gandum yang sekitar 2 mud (2,5 kg),” jawab sang isteri. “Keluarkan semua dan masak semua. Hari ini kita mengundang Rasulullah untuk bersantap di rumah kita!” perintah Jabir. Sang isteri kemudian dengan bergegas mengeluarkan buliran-buliran gandum kering itu dari kantongnya dan menumbuknya hingga halus. Setelah itu ia memasukan tepung gandum itu ke dalam bejana. Sementara itu Jabir menuju ke belakang rumahnya dan menuju kandang anak domba. Saat itu Jabir hanya memiliki seekor anak domba. Dengan sigap, tangannya yang kekar itu mengeluarkan seekor anak dan domba dan menyembelihnya. Jabir lalu dengan sangat cekatan memotong-motong daging anak domba itu dan merebusnya dengan bejana yang penuh air. Saat akan keluar rumah, isteri Jabir berpesan agar ia mengundang Rasul dengan berbisik jangan sampai terdengar oleh para sahabat yang lainnya. Sebab, hidangan yang ia sediakan hanya cukup untuk beberapa orang. ”Jangan permalukan aku di hadapan Rasulullah SAW dan para sahabatnya,” pesan sang isteri. Jabir segera berangkat menemui Rasulullah SAW. Ia pun kemudian berbisik mengundang Rasul untuk bersantap makan di rumahnya. “Duhai Rasul, aku menyembelih anak domba dan menanak sedikit gandum.Ajaklah beberapa orang untuk makan di rumahku,”kata Jabir. Tetapi yang terjadi di luar dugaan Jabir. Rasulullah SAW mengundang seluruh sahabat yang ada di sana untuk ikut menikmati jamuan yang dipersiapkan Jabir. Rasulullah SAW berseru,”Wahai para sahabatku yang ikut menggali parit, Jabir membuat makanan lezat hari ini. Mari kita ke sana memenuhi undangannya!” Setelah melihat Jabir, Rasulullah SAW lalu memerintahkan Jabir untuk jangan menurunkan periuknya,”Jangan turunkan periukmu dari tungku sebelum aku tiba di rumahmu!” Jabir segera pulang dan menyampaikan peristiwa ini kepada isterinya. Sang isteri semula terkejut, tetapi ketika diberitahu bahwa Rasulullah SAW yang mengundang sahabat, ia menjadi tenang. Tak lama kemudian Rasulullah SAW datang. Seperti yang telah diperintahkan oleh Rasulullah SAW, maka isteri Jabir lalu mengeluarkan adonan roti dari bejana. Kemudian Rasul mendekati adonan roti itu dan meludahinya sedikit dan berdoa memohon keberkahan. Tak hanya itu, Rasul kemudian berjalan menghampiri periuk yang berisi daging anak domba itu meludahinya seperti pada adonan roti dan memberkatinya. Setelah itu beliau berkata,”Panggil tukang roti untuk membuat roti bersama ku. Ambillah makanan dai periuk itu dan biarkan dia di atas tungku!” Para sahabat kemudian secara bergantian mengambil kuah dari periuk dan roti dari wadahnya. Mereka semua makan sampai kenyang. Jabir lalu berkata,”Demi Allah, jumlah mereka yang ikut makan adalah seribu orang. Setelah mereka pulang, ternyata isi periuk itu tetap seperti sedia kala, begitu pula adonan rotinya. Subhanallah!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD