♡︎ Living Flawless 5

1159 Words
“Gu – gue beli sendiri lah.” Balas Vianka semakin gugup karena tatapan tajam dari Axel. Axel menatap mata Vianka tajam, ‘DEG’ tatapan yang Axel berikan melembut membuat Vianka merasa sedikit lebih tenang. “Kayaknya gue kenal.” Ucap Axel seraya meraih bandul kalung yang di pakai Vianka, dan mengeluarkan bandul kalung miliknya dari dalam kaos hitam polosnya. Kedua bandul itu bertemu, jika dipasangkan bandul mereka sangat pas milik Vianka berbentuk mahkota raja yang di tengahnya terdapat bolongan yang bentuknya menyerupai mahkota milik ratu dengan ukuran kecil yang dimiliki Axel. ‘I got you Pow’ Batin Axel sambil tersenyum. “Lo Vika kan?” “Gue Pika bukan Vika, V not P.” Balas Vianka dengan cepat. “Gue bener, lo Vika alias Vianka. Cewek dengan segala kecerobohannya yang kedua kalinya nabrak gue. Pertama, lo nabrak gue di parkiran Toko Kue nyokapnya Zacky. Posisinya lo ada—“ “Stop it Xel!” Ucapan Axel dipotong Vianka, hal itu membuat Axel tersenyum sinis seraya menatap Vianka. “See, lo itu Vianka yang berubah jadi Pika si gadis cupu.” Ledek Axel. “Lo mau apa?” Tanya Vianka langsung. “Lo harus tanggung jawab.” Enteng Axel. “Gak, gak mau gue.” Geleng Vianka. “Terserah, berarti gue bakal bongkar di depan anak sekolah lo siapa Pika sebenarnya.” Ancam Axel. “Ish, lo mah gitu mainnya ngancem.” “Suka-suka gue lah, jadi gimana? Kalo engga ya gue cabut dulu. Tunggu kabar baiknya besok di sekolah.” “Eh gak bisa gitu, “ Ucap Vianka menghentikan langkah Axel yang sudah menjauh. “Sini dulu ih.” Pinta Vianka pada Axel sambil melambaikan tangannya. “Siapa yang butuh sih?” “Ck, iya – iya gue yang butuh.” Balas Vianka sambil berjalan menghampiri Axel, “Jadi gue harus gimana?” Lanjutnya saat sampai di depan Axel. “Lo harus ikutin perintah gue selama dua bulan penuh.” Titah Axel. Vianka menatap Axel jengah, “Kok lama banget sih, seminggu deh.” “Ga.” Jawab Axel menggeleng. “Seminggu tiga hari?” Mohon Vianka seraya menatap Axel penuh cinta, mengharapkan belas kasihan dari Axel. “Gak usah masang wajah gitu, pokoknya dua bulan.” “Seminggu empat hari?” Pinta Vika semakin memajukan wajahnya ke depan untuk merayu Axel, tak lupa dengan senyuman ciri khas yang dia keluarkan. Axel menyilangkan kedua tangannya di d**a, menatap Vianka dengan tajam. “ga.” “Sebulan deh.” Pinta Vianka sedikit putus asa , membuat Axel mengangguk setuju. “Ish, tau gitu nawar dua minggu aja.” Ucap Vianka kesal. Axel tertawa melihat gadisnya merenggut kesal, “Lo gak ada bakat buat tawar – menawar.” “Berisik lo.” Jutek Vianka. “Udah gak usah cemberut gitu, mana sini kunci mobil lo.” Pinta Axel. “Mau ngapain lo?” “Mau gue jual buat beli boneka panda yang gede.” Ucap Axel. “Enak aja lo, ish ya.” Sentak Vianka sambil mencubit perut Axel. “Lo gak suka ya?” Tanya Axel menjadi sedikit murung. Vianka menatap Axel heran, “Eh lo kenapa? Kok jadi sedih sih, sakit ya gue cubit?” “Pow!” Lirih Axel sedih, matanya mengabur, Vianka melihat Axel menangis di hadapannya. “Pow! Peluk.” Ucap Axel menundukkan kepalanya. Vianka kebingungan, kenapa Axel menangis dan memanggil nama seseorang. “Axel kenapa? Inget Pow ya? Emangnya siapa dia?” Tanya Vianka sedikit kepo. Axel tidak menjawab, dia semakin menundukkan wajahnya, kedua jari telunjuknya dia satukan. Vianka yang tidak tega melihat Axel menangis menarik tubuh Axel ke pelukannya. Di pelukan Vianka, Axel merasakan ketenangan. Pelukan inilah yang selalu dia rindukan, pelukan ini juga yang mengingatkan dia pada sosok gadis kecil yang sangat amat dia cintai. “Lo gue anterin ya Xel.” Ucap Vianka mengajak Axel menuju mobil. “Sebentar aja.” Pinta Axel merekatkan pelukannya. Tak sampai lima detik, Axel menghempaskan pelukannya. Dia menatap Vianka tajam, seolah Vianka telah menyentuh barang berharga miliknya. “Ngapain lo meluk gue?” Sinis Axel. Vianka kaget dengan penuturan Axel, ‘lah? Kenapa ni bocah?’ Batin Vianka bertanya-tanya. “Heh Bunglon! Seenaknya bilang gue meluk lo, yang ada lo yang meluk gue sambil nangis kayak anak kecil.”Balas Vianka tak kalah sinisnya dari Axel. “Ngeles aja lo, mana sini kunci mobil.” Titah Axel sambil merebut kunci yang sedang Vianka pegang. Vianka masih belum sadar saat Axel merebut kunci mobil darinya, dia masih bingung dengan lelaki itu. Batinnya selalu bertanya, ‘kenapa Axel, pertama dia senyum gak jelas, tiba – tiba sedih, nangis, terus apa tadi kenapa marah secara tiba – tiba?’ “VIANKA SI POWL GUE KEMANA?” Teriak Axel membuat Vianka tersadar kembali. “Powl siapa lagi sih?” Kesal Vianka pada Axel. Axel yang sudah berada di dalam mobil, kembali keluar menghampiri Vianka. Vianka menatap Axel di hadapannya dengan tatapan semakin bingung, lelaki itu kembali memasang muka sedih pasti sebentar lagi Axel menangis batin Vianka. “Vianka, kalo si Powl ilang nanti aku dimarahin ibunya.” Ucap Axel ketakutan. Vianka mengacak rambutnya kasar, “Lo tenang dulu Xel, jelasin sama gue siapa si Powl?” “Anak anjing yang tadi ih.” Rengek Axel manja. “Oalah, gue kira siapa jir.” Kesal Vianka. ‘Gukk’ “Eh itu si Powl Vik.” Seru Axel saat melihat anak anjing miliknya. “Axel aneh.” Gumam Vianka saat melihat Axel mengejar anak anjing itu dengan sangat gembira. - “Hi! I miss you, i know you don`t miss me too.“ Lirih Vianka seraya menatap selembar foto yang berada di tangannya, air matanya hampir tumpah jika dia tidak mengusapnya, “But no problem, i`m strong.” Lanjutnya sambil terus mengusap lembaran foto itu. “Kamu pasti tingginya ngalahin aku, haha iyalah aku kan gak nyampe 160 cm. Pasti kamu kayak tiang listrik naanti, tapi awas ya kalo ketemu kamu jangan ngeledek aku.” Tawa Vianka disela kesedihannya. “Kamu tau gak? Tadi aku ketemu lagi sama cowok itu, masa dia manggil aku Pow sih kayak panggilan kamu ke aku. Terus dia nanyain kalung pemberian kamu, dia masangin bandulnya sama punya dia terus cocok gitu ---“ Ocehan Vianka terhenti, “Eh bentar, kok gue baru sadar ya.” Vianka menelisik kembali selembar foto yang menampilkan wajah seorang anak laki – laki, “kamu bilang satu seri nya Cuma ada satu pasang, jangan bilang kalo kamu Axel.” `DEGG` “Astaga! Vianka lo bodoh banget sih, aaaa mama aku ketemu cinta pertama Vianka lagi aaaa.” Teriak Vianka senang, saking senangnya dia melompat – lompat di atas ranjang. “Aaaaa pantesan Axel bilang mau beliin gue boneka panda, ternyata dia mau nepatin janjinya. Aaaaaaa, gue bahagia.” Teriak Vianka semakin gaduh. `Tok – Tok – Tok’ “Sayang, anak paling cantiknya mama. Kenapa teriak – teriak?” Teriak seseorang di balik pintu kamar Vianka. “Vianka gak papa ma, mama ngapain ikutan teriak?” “Mama juga gak papa kok sayang, “ Balas Dina ibu Vianka seraya berteriak, “Eh iya sayang, ini ada yang nyariin kamu.” “Siapa ma?” Tanya Vianka sambil membuka pintu. “Yoga.” Balas sang mama cuek. “Yoga siapa ma?” “Yo ga ada yang nyariin orang kamu gak punya pacar, hahahaha.” Ledek Dina menertawakan anaknya, seraya pergi meninggalkan Vianka yang tengah dilanda kekesalan. “Inget Vik, itu nyokap lo.” Ucap Vianka berusaha sabar saat mama nya menjahilinya. ‘BRUKK’ Pintu ditutup paksa Vianka, membuat mamanya kembali meneriakinya. “Kalo pintunya rusak, kau gak dapet jajan satu bulan.” “Terserah ma, terserah.” Teriak Vianka tak kalah kencangnya. Vianka sudah tidak mood melakukan apa – apa, “padahal tadi rencananya mau nonton drakor, aish.” Umpat Vianka. Baru saja Vianka merebahkan tubuhnya di kasur kesayangannya, tiba – tiba, “Vianka sayang, turun nak. Ada Dino datang.” Teriak Dina kembali. “Lagi ?” Gerutu Vianka. “Dino apa ma? Dino saurus hah? Basi tau ma.” Balas Vianka. “Bukan sayang, ini beneran Dino.” “Terserah mama deh, mau Dino atau siapapun terserah.” Sahut Vianka dengan malas. Dina tidak menyahut, mungkin mamanya sudah menyerah karena gagal menjahilinya kembali. Pikir Vianka. `CLIKK` Pintu kamar Vianka terbuka, tapi pemilik kamar itu mengacuhkan siapa yang membukanya, dia memilih asyik memainkan game yang ada di handphone nya. Tanpa melihat siapa yang datang Vianka berkata, “mau apa lagi sih? Gak bosen apa jailin Vika terus?” “Ma – maaf.” “Eh, lo ngapain disini?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD