"Aarrgh!" Sebuah terikan terdengar di malam hari, sehingga membuat seisi pondok terbangun. "Ada apa, Pak?" "Dia mengamuk lagi. Sepertinya ngelindur, Buk." "Ayo dilihat dulu, Pak! Kasihan." Anung berjalan ke arah sumber suara dan mendapati Kamandanu berteriak sambil memegang kepala. "Sadar, Panglima! Sadar!" Laki-laki paruh baya itu mencoba menenangkan. Namun, tubuhnya malah tersungkur karena tendangan yang cukup keras. Perutnya terasa ngilu dan berdenyut terus. Kamandanu terbangun dan mengusap peluh di wajah. Lalu dengan cepat dia membantu Anung berdiri. "Maaf, Paman," katanya. "Tidak apa-apa, Panglima." "Aku bermimpi yang sama," katanya sambil terduduk di pinggir ranjang kayu. "Dibunuh Raden?" tanya Anung. Sejak Kamandanu tersadar dari pingsan setelah dia menemukannya di pin