Hirato membuka matanya yang masih terasa berat. Pemuda itu melihat sekitarnya yang gelap dan samar-samar melihat meja kayu berwarna cokelat yang diterangi cahaya rembulan. “Sudah malam, ya?” gumamnya. Ia memaksakan diri untuk bangun. Rasa sakit di tubuhnya sudah tidak terlalu terasa. Dirinya langsung berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. *** Hirato berjalan keluar untuk mengecek keadaan kamar asramanya usai mandi. Pemuda itu penasaran apakah teman sekamarnya, Axton dan Aidyn, sudah datang atau belum. Cahaya di lantai dua sudah menyala. Sepertinya dua teman sekamar sekaligus satu timnya itu memang sudah datang. Ia menuju lantai satu untuk menemukan sesuatu yang bisa diminum. Begitu turun, ruang tamu kamar asramanya itu terlihat masih kosong. Lampu menyala, tetapi t