"Kamu asli mana?" "Ngabang, Pak." "Kedua orang tua kamu masih ada?" "Masih." "Usia kamu berapa?" "Sembilan belas." "Berapa bersaudara?" "Lima." "Kamu anak ke berapa?" "Anak ke lima." "Libur ini pulang." "Insya Allah pulang." "Kapan?" "Besok." Arini menyandarkan tubuh pada salah satu kursi bus yang membawanya menuju kampung kelahiran sembari memejamkan mata. Bayangan percakapannya dengan Bira kemarin pagi beberapa kali masih saja berkelebat dalam pikirannya. Percakapan yang aneh sekaligus mengesalkan menurutnya. Permulaan yang tidak jelas, akhirnya pun tidak jelas. Menggantung tanpa pangkal dan ujung. "Ya, sudah. Kamu boleh keluar," ucap laki-laki itu saat mengakhiri beberapa pertanyaan yang dia ajukan. Arini diperbolehkan keluar, tanpa diberi penjelasan apa fungsi dari per