"Ish!" Arini mendelik. Dosen Killer yang biasanya ketus dan minim ekspresi ini memang berubah jadi hangat dan banyak bicara. Akan tetapi, sama menyebalkannya. Apa dia memang sudah menyebalkan sejak masih orok? "Ayo, naik." Bira duduk terlebih dahulu di atas sepeda motornya, lalu menoleh pada Arini, meminta gadis itu untuk lekas menyusul. Setengah terpaksa, Arini menurut. Dia melangkah perlahan ke arah Bira dan duduk di jok belakang sepeda motor laki-laki itu. Mau menolak pun bagaimana, Bira sudah datang tanpa ijin. Lagi pula, barang-barang Arini sudah dia ambil alih. Jadi mau tidak mau Arini harus ikut. Paling nanti kalau Arini masih kukuh tidak mau, laki-laki itu akan menggunakan senjata andalannya untuk memaksa, "Ingat, saya bertanggung jawab untuk menjaga kamu di sini. Orang tuamu s