Kejadian di kamar belakang
Lebih dari 9 tahun ku jalani pernikahan dengan suamiku bernama Raja.
Namaku Putri Anjani, usia 29 tahun, aku memiliki anak perempuan bernama Kayla, Kayla putri Raja, usianya 8 tahun.
Di pernikahan yang ku jalani ini tak sepenuhnya berjalan mulus seperti jalan tol, banyak konflik yang ku hadapi selama pernikahan kami, meskipun selama pernikahan aku tak pernah tinggal seatap dengan Mertua, tapi bukan berarti kami tak pernah di recoki oleh ipar dan mertuaku.
Ibu Rosidah adalah nama Ibu tiriku, dan Ibu Fitri Anjani adalah Ibu kandungku, Ayahku bernama Hari putra. ya ayahku memiliki 2 istri. dengan istri keduanya beliau memiliki 2 anak 1 anak tiri dan 1 anak kandungnya.
Reva Andara adalah adik tiriku bawaan dari Ibu Rosidah, dan Reni putra adalah anak kandung ayah yang merupakan adik tiri satu ayah denganku.
Reva dan Reni meskipun lahir dari rahim yang sama, mereka memiliki sifat yang berbeda, Reva kelewat centil di usianya yang ke 21 tahun dan Reni sangat alim dan pendiam Reni kini berusia 14 tahun, duduk di kelas 3 SMP.
Ibu mertuaku bernama Mak Supiah, Bapak mertuaku bernama Pak Iwan Suprapto. Mas raja memiliki seorang adik perempuan berusia 15 tahun bernama Winda nadhiroh, duduk di bangku SMA kelas 10.
Dan mas raja juga memiliki kakak perempuan bernama Salsa Angelina berusia 3 tahun di atas mas Raja beliau sudah menikah dengan lelaki bernama Andi Fahreza, mereka memiliki seorang putra berusia 10 tahun bernama bintang Fahreza.
Sejak usahaku maju dan memiliki kedai cabang di beberapa tempat, suami ku yang notabene hanya seorang pengangguran mulai berulah.
Di suatu pagi, aku sengaja pulang berbelanja lebih cepat dari biasanya, saat aku sampai di rumah entah kenapa perasaanku mulai tidak enak.
Pintu di biarkan terbuka dan saat aku memasuki rumah menuju dapur untuk membereskan barang-barang belanjaan sayup sayup ku dengar suara dari kamar belakang tempat biasa jika ada tamu datang berkunjung dan menginap
Semakin aku tajamkan telinga semakin jelas kudengar suara desahan-desahan yang sangat meresahkan telingaku.
ternyata pintu tak terkunci rapat, ku beranikan diri untuk membukanya dan ternyata...
Sontak aku menutup mulutku agar tidak mengeluarkan suara, ternyata suamiku Mas Raja kini telah menghianatiku."Siapa perempuan itu? kenapa Mas raja begitu gila membawa selingkuhannya ke rumah ku?" batinku.
Rumah kami ini adalah murni rumah pribadiku, aku membelinya jauh sebelum pernikahanku bersama mas Raja.
"Apa yang kamu lakukan Mas?" teriakkku tak tahan lagi dengan perbuatan b***t mereka, mata ini kian panas saat mengetahui wajah perempuan s****l yang menjadi lawan mainnya di ranjang tadi. dia adalah Reva, adik tiri bawaan Ibu tiriku.
"Siallll, dia sudah mencuri perhatian ayahku dariku dulu, kini justru dia mengulangnya dengan mengambil suamiku, meski suami blangsak yang tiada punya apa yang bisa aku banggakan, tapi saat ini statusnya adalah suamiku, ayah dari anakku"
batinku tak terima.
Hatiku tak habis fikir dengan semua ini, apakah memang jiwa pelakor sudah mendarah daging di dirinya hingga dia mampu menjadi duri dalam pernikahan kami, miris memang, tapi mau bagaimana lagi? semua memang sudah nyata dan benar-benar terjadi di depan mataku.
Saat mendengar teriakan ku spontan mereka melihat ke arah kami,
"Mbak putri?" Sinis Reva seolah tak menyesali dan raut wajahnya seolah mengejekku akan perbuatannya.
"Dek" cicit mas Raja dengan wajah pucat pasinya memanggilku, tapi bukannya mengurai pelukan dan mengenakan pakaian mereka, tapi mereka justru mematung dan tak beranjak dari tempat tidur itu, bahkan tanpa sehelai benang pun.
Ya, mereka tengah main kuda kudaan di atas ranjang kamar tamu di rumahku, wajah dan tubuh polos mereka masih terekspos jelas di mataku kini.
Apakah mereka benar-benar tidak menyadarinya atau bagaimana aku tak habis fikir. Aku mulai mengeluarkan ponselku dan ku rekam serta kegiatan mereka di atas ranjang tersebut.
Saat mereka menyadari perbuatannya, mereka pun hendak berdiri dan melepaskan satu sama lain, kulihat tubuh Reva yang polos tanpa sehelai benang itu terlihat banyak cap tanda kepemilikan di sana sini, dari situ saja dapat kutarik kesimpulan bahwa mereka melakukannya memang dengan keadaan sadar dan tanpa paksaan dari siapapun juga.
Saat mas Raja hendak menghampiriku dan meraih ponsel milikku segera aku menyentaknya dan berkata.
"Diam di tempatmu dan bersihkan diri kalian, jijik rasanya aku melihatmu dalam keadaan seperti ini, bahkan sotongmu itu baru selesai nyelup di lobang yang tak seharusnya. 5 menit segera temui aku di depan, cepat mas, dan juga kamu Reva" kataku tegas sambil berlalu dari mereka.
Dengan perasaan yang campur aduk menjadi satu, aku memikirkan apa yang harus aku lakukan dengan pernikahanku, aku sebenarnya tak habis fikir dengan mereka berdua, bisa-bisanya mereka melakukan ini padaku, tak pernahkah mereka memikirkan perasaan putri kami Kayla? bukankah Kayla terlalu kecil untuk menerima ini semua?
Entah pertanyaan pertanyaan lain masih berkecamuk di hatiku menuntut untuk meminta jawaban atas apa yang barusan terjadi.
Saat suamiku semaunya sendiri dan selalu abai dalam memberi uang nafkah kepadaku juga Kayla aku masih bisa diam dan memaklumi, tapi saat Suamiku dah berani berbuat seperti ini, apa yang harus aku lakukan? jujur aku benar-benar terluka. tapi aku tak mau lemah di hadapan mereka, terutama adik tiriku itu.
Tak berapa lama muncullah Reva dan juga Mas Raja menemuiku di ruang tamu. Mas raja terlihat menunduk tapi tak untuk Reva, dia malah menatapku tajam.
"Ada apa mbak? apa mbak tadi sempat melihat adegan kami? permainan mas Raja benar-benar membuatku kewalahan, mas Raja memang perkasa mbak," Reva terlihat sengaja memancing amarahku.tapi biarlah tak ku hiraukan dia dan perkataannya tadi.
kutatap tajam wajah mas Raja yang menunduk, lalu ku lempar sebuah pertanyaan kepadanya.
"Mas, apakah selingkuh sudah menjadi tabiatmu? dan kenapa kau mengotori rumahku dengan berzina dengan Reva? tak mampukah kau menyewa hotel untuk tempat kalian berzina? tak modal kali kau itu mas ?" ucap ku bertanya masih dengan tatapan tajam ku.
Kalau aku bilang bahwa aku tak sakit, itu sangat bohong, karena pada kenyataannya aku masih sah sebagai istrinya dan cinta ini masih ada di hati untuk mas Raja, cuma dari semua itu ada yang jauh lebih penting yang ku fikirkan saat ini. yaitu bagaimana psikis Kayla nanti jika mengetahui kelakuan b***t dari ayahnya.
Lama tak jua ku dengar pembelaan dari mulut mas Raja atas pertanyaan yang kuajukan tadi,
"Angkat wajahmu wahai lelaki yang mengaku sebagai suami, jawab pertanyaan sederhana istrimu ini, jangan mendadak jadi ciut nyalimu setelah sebelumnya dengan bangga kau bermesum ria dan mengotori rumahku."