Ervin mengerang kesal saat membaca pesan yang masuk beberapa menit yang lalu. Wajahnya menyiratkan kalau bebannya bertambah. Boby menghampiri Ervin lalu menepuk pundak kawannya. “Kenapa Vin? Muka lo mirip orang nahan buang air berbulan-bulan,” ledek Boby. “Biasa, beban hidup,” sahut Ervin. Boby membuka loker lalu mengeluarkan tas punggungnya. Ditutupnya loker itu kemudian duduk di kursi panjang. “Kalau nggak ada beban, bukan hidup namanya. Beruntung lo punya beban jadi masih hidup.” Ervin menyimpan ponselnya ke dalam tas lalu membuka apron yang masih melingkar di pinggangnya. Hari ini ia bekerja full time, seperti hari biasa restaurant selalu ramai menjelang malam. “Aku pulang duluan, ya. Mau ngerjain tugas. Dosennya mendadak nggak jadi libur besok.” Boby mengacungi jempolnya.