Arseno masih mematung di tempatnya, kelopak matanya sama sekali tidak berkedip. Mulutnya terbuka kecil merasa senang sekaligus kebingungan. Ia tidak menyangka kalau ia dan sang istri akan secepat ini diberikan kepercayaan untuk memiliki seorang anak. Apalagi selama ini ia memang berharap segera mendapat momongan, ingin segera melihat Arseno ataupun Metta dalam versi bayi. Pasti akan menyenangkan kalau ada suara tangisan bayi di dalam rumahnya. Bisa terbangun tengah malam hanya untuk mengganti popok atau pun membuatkan s**u untuk anaknya. Bergantian menjaganya dengan sang istri, sunggguh impian yang benar-benar membuat bibirnya tidak hentinya tersenyum. Keduanya pun sudah melangkah keluar dengan wajah berbinar, bahkan kedua mata Metta sudah mengembun, hidung pun sudah memerah menahan tang