Iren menghela napasnya kasar dengan masih menarik lengan Metta menjauh dari kafetaria. Gadis itu sebenarnya ingin menghajar keempatnya sampai babak belur. Tapi, dikarenakan Metta yang sudah memohon untuk beranjak pergi dari sana membuatnya mau tidak mau menurut. Iren menghentikan langkahnya di depan kamar mandi, ia menolehkan kepala ke arah sahabatnya yang terlihat merunduk dalam sudah ingin menangis. "Apa beneran ini salah aku? Karena kecerobohan aku ... bayi aku akhirnya harus mati sia-sia." Isaknya dengan bahu naik-turu. Iren mendecak samar dengan membuang muka ke samping lalu kemudian kembali menatap ke arah temannya itu. "Jangan nangis, omongan mereka gak seharusnya lo dengarin! Elo kemarin sudah ikhlas kan sama keadaan lo, kenapa sekarang mendadak galau lagi sih Metta?" Kesalnya de
Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books