Bab 6 suasana indah ke4 pasangan

1043 Words
Saat itu Key hanya menatap kearah Gandi dengan tatapan sayangnya. Lalu tersenyum. "Hati-hati dijalan ya yang." Ucap Key yang berpesan pada kekasihnya, lalu dibalas Gandi dengan anggukannya. "Nggak nambah?" tanya Gandi pada gadis itu. Dan Key hanya menggeleng sebagai jawabannya. "Simpan buat besok ya..." ucap Key dengan elusan lembut beberapa kali di samping wajah Gandi. Hingga gadis itu keluar dari dalam mobilnya, Gandi masih memikirkan kata-kata kekasihnya itu. "Maksudnya simpan buat besok? bukannya besok dia ada kerjaan? kenapa bisa buat besok?" tanya Gandi dalam hatinya sendiri, namun saat lelaki itu akan mengucapkan kata-kata lagi, Key sudah pergi dari hadapannya dan terlihat beberapa kali menoleh kearahnya. Barulah Gandi pergi ketika ia melihat Key sudah masuk kedalam Lift yang akan membawanya menuju ke apartemen yang di tinggali. Ditempat Evan, lelaki itu pun segera mengantarkan Vanya ke apartemen yang Evan sengaja berikan pada gadis itu. Terlihat lelaki itu tengah merebahkan tubuhnya diatas pembaringan dengan nyamannya. "Akh...lelah sekali..." Dengus Evan sembari memejamkan kedua matanya. Dan sesaat saja, terasa sentuhan lembut di kakinya yang tengah melepas kaus kakinya. Evan pun lalu terjaga dan menatapnya. Lelaki itu lalu menarik satu tangan Vanya agar segera duduk di sampingnya, di tepian ranjang. Evan segera mengalihkan tubuh beserta kepalanya keatas pangkuan gadis tersebut. Kedua tangannya memeluk erat pinggang ramping yang tengah memangku kepalanya. "Yang, kamu mau aku buatin minuman?" tanya Vanya pada kekasihnya, dan disambut oleh Evan dengan gelengan ringannya. "Biarkan seperti ini untuk sesaat." Ucap lelaki itu lagi. Dan Vanya hanya membiarkannya saja, kedua tangannya beralih mengelus rambut lembut Evan saat itu. "Mau menginap lagi?" tanya Vanya tiba-tiba. Dan Evan hanya mengangguk sebagai jawabannya. "Mandi gih, ganti baju dulu." Ucap Vanya yang dibalas lelaki itu dengan dengusannya saja. "Yaudah...aku mau mandi dulu...habis itu...tidur! bukannya besok kita ada perjalanan? tuh...diajak Gandi ikut serta!" ucap Vanya yang mengingatkan. "Akh...aku lupa yang...akh biarlah...nanti aku bilang sekretaris aku buat bawain pakaian ganti. Sekarang kamu mandi dulu, aku mau telephone rumah, biar bibi siapin pakaian aku." Ucap Evan yang lalu duduk dan membiarkan Vanya berlalu dari hadapannya. Barulah terlihat Evan tengah menghubungi seseorang disana. Jelas lelaki itu tengah menghubungi asistennya dan berganti menghubungi asisten rumah tangga di rumahnya. Evan lebih sering menginap di apartemen yang kekasihnya tempati, karena di rumah sekalipun tidak ada siapa-apa disana kecuali bibi asisten rumah tangga beserta suaminya yang bertugas sebagai tukang kebun, serta pak satpam yang selalu siaga di pos satpam depan rumahnya. Usai dengan mandinya, Vanya menghampiri Evan yang masih terlihat sibuk di atas pembaringan dengan ponselnya, lelaki itu terlihat menyandarkan punggungnya ke belakang, ke sandaran tempat tidur. Vanya segera menghampirinya dengan membawakan handuk mandi untuk lelaki itu, sebagai pengingat agar ia segera mandi lalu istirahat. "Yang, mandi gih..." ucap Vanya yang mengingatkan. Dan Evan saat itu hanya mengangguk sembari mengambil handuk yang gadis itu berikan padanya. Namun sebelum pergi, lelaki itu sudah mendaratkan satu kecupan lembut di pipi Vanya. Baru ia pergi menuju ke kamar mandi. Hingga beberapa saat, terlihat Evan yang sudah usai dengan mandinya dan segera menuju kearah Vanya. Terlihat gadis itu tengah tersenyum sembari terkikik disana. Senyum itu membuat Evan penasaran. Lelaki itu pun akhirnya ikut merangkak naik keatas pembaringan dan mendekat kearah kekasihnya. "Apaan yang lucu hingga bisa membuatmu terkikik begitu?" tanya Evan pada kekasihnya. Lalu Vanya terlihat menghadapkan ponselnya kearah Evan dan memperlihatkannya disana. "Hamster?" ucap Evan dengan kedua alis mengerut dan kedua mata menyipit. "Ya...hamster...lucu kan yang?" ucap Vanya dengan senangnya. "Sepertinya...kamu kesepian ya? kamu butuh hiburan? maaf ya kalau aku sering sibuk di kantor." Ucap Evan yang membuat Vanya segera memeluknya. "Kok jadi ngomong ngaco sih yang? nggak lah...aku hanya suka lihat itu tadi...lucu..." ucap Vanya dengan manjanya. "Ya yang...iya...oh ya, aku baru ingat!" ucap Evan yang membuat Vanya menyudahi pelukannya. "Sepertinya kakak iparku menyadari sesuatu, yang aku tahu sih, dia selalu bisa tahu informasi apapun yang orang lain tidak tahu, ya...kalau memang benar demikian...aku berharap...semoga saja kaka Arga bisa membantu kita untuk meyakinkan kak Nindi, kakak aku itu susah banget, tapi kadang juga gampang sih...kita doa aja ya..." ucap Evan pada kekasihnya, yang lalu membuat Vanya mengangguk mengerti. "Yasudah...ayo istirahat sayang..." ucapnya lagi yang lalu membuka selimut agar Vanya masuk kedalam bersamanya. Keduanya mengakhiri malam itu dengan terlelap. Sedangkan di tempat Eric dan Nora. Keduanya memang sepakat untuk tinggal bersama setelah tahun baru yang keduanya lewati kemarin, Eric dan Nora sepakat untuk menyusul pernikahan Reza dan Qiran secepatnya, saat itu pun sudah di tentukan tanggal pernikahannya. Karena mengingat keduanya sudah bertunangan cukup lama, dan baru sepakat untuk menikah. "Yang, udah beres semua yang akan dibawa besok?" tanya Eric pada tunangannya. "Udah, udah beres kok semua...yuk rehat..." ucap gadis itu yang lalu mendapat anggukan dari Eric. Keduanya pun memutuskan segera beristirahat malam itu. Sedangkan di tempat pengantin baru. Reza mempersilakan istrinya untuk masuk kedalam apartemen terlebih dahulu saat pintu itu sudah terbuka, dimana saat itu adalah kali pertama Reza membawa istrinya kesana, karena selama dirinya masih pacaran dan bertunangan dengan gadis itu, Qirani selalu tinggal dengan kedua orang tuanya. Belum pernah sekalipun ia membawa Qiran ke apartemennya. "Ya...kita sudah sampai istriku." Ucap Reza pada istrinya. Dan gadis itu pun masuk kedalam dengan senangnya. "Yang...ini adalah tempat biasa aku tinggal selama ini, gimana?" ucap Reza yang menerangkan, karena saat itu ia tengah melihat istrinya menatap ke segala arah. "Yang...nggak suka pajangan ya?" tanya Qiran pada suaminya. "Sengaja...biar kamu yang pilihin...aku nggak tahu selera kamu meski sudah selama ini kita bersama." Ucap Reza dengan jujurnya, karena menurut lelaki itu, sang istri tidak pernah punya kriteria untuk barang-barang ataupun makanan sekalipun. Qiran terlalu penurut menurutnya. "Yasudah...kalau begitu...nanti kita isi yang spesial ya..." ucap Reza lagi namun saat itu satu tangannya sudah menarik tubuh istrinya dan mengeratkan ke pelukannya. "Yang...sekarang sudah boleh kan?" ucap Reza pada sang istri. "Boleh apa?" tanya nya lagi yang seolah tidak mengerti apa yang suaminya katakan. "Boleh...itu tuh..." ucap Reza lagi pada istrinya. Namun sebelum Reza melanjutkan kata-katanya, kecupan Qiran sudah mendarat di bibirnya. "Yang ini kah? bukannya sudah sering?" ucap Qiran yang mencoba menggoda suaminya. "Akh...aku ingin lebih..." ucap Reza yang lalu langsung membopong tubuh sang istri menuju ke dalam ruang kamarnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD