Nana memapah tubuh besar El yang sedang mabuk dengan dibantu oleh seorang pria muda pegawai club yang tadi meneleponnya. Memasukkan El ke dalam jok belakang mobilnya. Nana menggerutu dalam hati. Harusnya El dia masukkan ke bagasi saja. Pria tua itu tetap tidak bisa berubah. Dia masih saja suka pergi ke club dan mabuk-mabukan. Mungkin juga dia main perempuan disana. Sungguh gadis itu kesal membayangkannya. Meskipun dia sudah berjanji tidak akan mempedulikan El lagi, tapi dia bisa apa jika rasa khawatir dan cemas terus dia rasakan. Juga cintanya pada El yang tak kunjung pergi dari hatinya. Nana menyetir mobil sambil mengomel tak jelas. Sesekali dia melirik pada El yang terus meracau dalam keadaan tidak sadar. Mobilnya melaju dengan kecepatan sedang. Membelah kota Jakarta malam itu. Tiba