BAB 3 KETAKUTAN CLARA

1070 Words
“Kenapa diam saja? Kami tahu, kalau kau berada di bawah kolong ranjang ini!” Slah seorang pria itu melongokkan kepalanya ke bawah ranjang, sehingga Clara menjerit tekejut. Dan ia melupakan fakta, kalau dirinya berada di bawah kolong tempat tidur, sehingga kepalanya membentur ranjang dengan keras. Clara bergerak mundur menjauh dari pria itu, sampai badannya menyentuh dinding. Dan ia pun tidak bisa bergerak-gerak ke mana lagi. “Jangan mendekat! Aku membawa senjata!!” ucap Clara dengan suara yang bergetar. Penculik itu tertawa dengan nyaring mendengar apa yang dikatakan Clara. “Tentu saja, Sayang! Dan kami sampai hampir pingsan melihat senjata yang kau bawa,” ejek salah seorang pria itu. Sebelum Clara menyadari yang terjadi ia merasakan kakinya ditarik keluar dari bawah tempat tidur tesebut. Tidak rela begitu saja, Clara mencoba berontak dan ia menendang-nendangkan kakinya, sampai sendal yang digunakannya terlepas. Beberapa saat kemudian, Clara sudah berhasil ditarik keluar. Penampilannya dengan rambut acak-acakan dan pakaian yang tersingkap, serta mata yang menyorot takut tampak menggoda di mata penculik tersebut. Salah seorang pria yang menculik Clara memegang dagunya. Dan Clara langsung saja meludah ke wajah pria itu, yang membuatnya menjadi marah. Plak! Clara merasakan tamparan yang keras di pipi dan mengenai sudut bibirnya, sehingga terluka dan berdarah. Rekan dari pria itu hanya berdiri diam saja melihat, dengan tangan yang terlipat di depan d**a. Ia sama sekali tidak terlihat tertarik dengan apa yang dilakukan oleh rekannya. Pria yang tadi menampar Clara berkata, “Seandainya saja aku tidak mendapatkan perintah tegas dari bos, untuk tidak menyentuhmu. Aku sudah akan memperkosamu!” Clara kemudian ditinggalkan begitu saja, dengan peringatan jangan coba-coba untuk kabur, karena kalau sampai ia melakukannya tidak peduli dengan peringatan dari bosnya, ia akan melakukan apa yang dilarang bosnya. Clara menghembuskan napas lega, ketika pintu kamar kembali ditutup, setelah kedua orang pria tadi meninggalkan kamar tersebut. Bangkit dari duduknya di atas lantai, Clara melihat ada sebuah cermin besar. Dan ia menyesal, mengapa tadi ia tidak memperhatikan cermin itu. Ia bisa memecahkannya dan menjadikan sebagai senjata untuk membela dirinya. Bersin yang sedari tadi ditahan Clara, akhirnya terlontar juga. Berulangkali ia bersin dan hidungnya menjadi merah, serta berair. Tiba-tiba saja pintu kamar dibuka dan masuklah pria yang tadi hanya diam saja, sambil membawa sebuah kantong plastik. “Makanlah! Dan jangan coba untuk membuang makanan ini, karena kau tidak akan pernah tahu berapa lama berada di sini dan seberapa sering kami akan memberikan makanan kepadamu!” ucap Pria itu. Diletakkannya bungkusan di tangannya ke lantai dengan kesal, karena Clara yang tidak mau juga menyambutnya. Dengan cepat pria itu berjalan keluar dari kamar, lalu menutup pintunya dengan keras, sehingga menimbulkan bunyi yang nyaring. Clara menatap bungkusan yang ada di lantai, sambil menelan salva. Mendadak ia merasa lapar dan haus, setelah mencium aroma makanan yang menguar dari bungkusan tersebut. Diambilnya bungkusan itu, lalu ia buka kotak makan yang ada di dalamnya. Clara melihat nasi dengan mie dan ayam goreng. Langsung saja ia menyantap makanan tersebut dengan lahap. Clara sama sekali tidak menyadari, ketika pintu kamar dibuka kembali dan pria yang tadi mengantarkan makanan sudah berada kembali di dalam kamar yang sama dengannya. Selesai makan, Clara minum dari botol berisi air mineral yang juga disediakan oleh pria yang tadi mengantarkannya. Namun, sebuah suara mengejutkan Clara, sehingga membuatnya tersedak air yang sedang ia minum. “Apakah kau tidak takut, kalau air minum dan makanan tadi telah kami campur dengan obat perangsang?” Tanya pria yang tadi mengantarkan makanan. Botol air mineral yang ada di tangan Clara menjadi terjatuh ke lantai dan wajah Clara pun menjadi pucat karenanya. Dengan raut wajah panik Clara menatap pria yang berdiri menjulang di hadapannya. “Apakah itu benar?” Tanya Clara dengan suara yang lirih. Pria itu hanya mengangkat pundak, kemudian berlalu keluar dari kamar membuat Clara merasa was-was. Dimasukkannya bekas makan ke dalam kantongan plastik, kemudian ia taruh di sudut kamar, karena ia tidak berani keluar dari kamar tersebut. Clara merasa lebih aman berada di sini. Clara berjalan menuju lemari kaca yang ada di kamar tersebut, lalu dibukanya. Begitu dibukanya ada beberapa kemeja yang tergantung di hanger dalam lemari tersebut. Dengan cepat Clara menutup kembali pintu lemari itu, lalu mencari sesuatu, yang bisa digunakannya untuk memecahkan kaca yang ada pada lemari itu. Netra Clara menemukan sebuah kayu bekas patahan kursi, yang ada di kamar itu. Diambilnya kayu itu dan tangannya pun terangkat hendak memecahkan cermin tersebut. Namun, tangan Clara ditangkap oleh sebuah tangan yang besar dan memiliki rambut di lengan itu. “Kami tidak akan membiarkan kau mencelakai dirimu sendiri, sehingga membuat kami tidak mendapatkan bayaran dan kemarahan dari Bos!” Pria itu berkata tepat di belakang punggung Clara. Clara kemudian merasakan kedua tangannya ditarik ke belakang, lalu diikat menggunakan tali dengan kencang, sehingga ia merasa sakit. “Tolong, lepaskan aku! Aku tidak mengenal dan memiliki masalah dengan kalian!” ucap Clara dengan suara lirih. Pria itu tidak mendengarkan permohonan Clara, ia mendorong tubuh Clara sampai terhempas ke atas tempat tidur, sehingga membuat Clara menjadi ketakutan. Terlebih lagi, ketika pria itu ikut meringsek naik ke atas tempat tidur. Tiba-tiba saja, pria yang sedari tadi diam memperhatikan apa yang dilakukan oleh temannya membuka suara dan berkata, “Keluarlah kau dari sini, apa yang ada di kepalamu hanya akan membuat kita berdua berada dalam masalah saja!” Suara dengusan terlontar dari bibir pria yang terlihat bernapsu menyentuh Clara. Namun, ia menuruti apa yang dikatakan oleh rekannya. Dengan enggan ia beranjak menjauh dari tempat tidur tersebut. Clara hanya memperhatikan dengan mata yang menyorot ketakutan, ketika pria itu keluar dari kamar. Sementara pria yang satunya tidak ikut keluar bersama dengan temannya. Dengan tatapan yang menyorot tajam pria itu berkata, “Kami bukan seorang pemerkosa! Berhentilah melakukan sesuatu yang bisa memancing rekanku kehilangan kendali karena dirimu sendiri!” Setelah mengatakan kalimat tersebut, pria itu pun keluar dari kamar meninggalkan Clara yang merasa dirinya tidak akan bisa tenang, sebelum ia berhasil keluar dari rumah ini. **** Di kediaman orang tua Clara, terjadi kehebohan, setelah mereka tidak menemukan Clara di kamarnya. Ponsel Clara pun tidak dapat mereka hubungi, sementara acara pertunangannya dengan Tabah tinggal beberapa jam saja. Tadinya kedua orang tua Clara mengira, kalau Putri mereka itu berada di rumah teman kuliahnya, tetapi setelah mereka cari-cari tidak ada juga. Tiba-tiba saja ponsel Ayah Clara berdering dan pria paruh baya itu pun menjadi gugup, setelah mengetahui siapakah yang menghubunginya. “Kami akan datang dalam beberapa jam lagi, Tabah tampak bersemangat sekali untuk hadir pada pertunanganya nanti malam,” ucap seseorang di sambungan telepon.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD