When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Aku dengan jantung yang berdetak kencang, berjalan berdampingan dengan mas Haris masuk ke dalam restoran. Rupanya mas Haris sudah memesan tempat untuk kami. Dan...meja kami berada di depan mantan suamiku! Aku menahan napas ketika berjalan ke meja itu. Awalnya aku melihat kalau mas Haikal tak melihat ke arahku dan mas Haris. Mantan suamiku itu sedang serius bicara dengan dua orang pria. Tapi, ketika aku dan mas Haris tiba di meja kami, tatapanku dan tatapan mas Haikal bertemu. Aku melihat sorot mata yang kaget terpancar jelas di sana. Apalagi saat mas Haris menarik kursi untukku, dan mempersilakan aku duduk. “Terima kasih, Mas,” ucapku pada mas Haris dengan senyuman yang terbit dari bibir ini. Mas Haris tersenyum dan mengangguk padaku. “Aku sudah memesan steak, agar kita bisa langsung ma