Tak berapa lama terjadi sesuatu yang aneh. “Aaarrrrrggggggghhhhh…” suara seseorang berteriak dari kamar Ahmad. Rey dan teman-teman yang sudah mengawasi sedari tadi langsung berlarian ke kamar ahmad. Karena pintu kamar masih terbuka lebar, maka terlihat jelas … Teman ku Ahmad kerasukan.
Dia terus berteriak-teriak ga jelas. Matanya melotot, tangannya membentuk cakar dan giginya di tampakkan semua. Satupun dari kami tidak ada yang berani mendekat. Padahal pada saat itu ada 8 orang yang berada di depan kamar Ahmad sedang menyaksikan. Mereka malah saling dorong mendorong untuk maju menenangkan si Ahmad.
Akhirnya dengan sedikit keberanian mereka semua maju memegang masing-masing tangan dan kaki Ahmad agar tenang. Mereka berusaha keras mengendalikan tubuh Ahmad. Namun begitu keras dan sulit di kendalikan, dia melakukan perlawanan. Akhirnya Rey sempat teringat pesan abahnya tindakan jika melihat orang kesurupan, iseng-iseng ia pencet jempol kaki kanan si Ahmad dengan jari jempol dan telunjuk tangannya. Tanpa ragu-ragu ia langsung menyentuh jempol kaki Ahmad sambil membaca shalawat dan takbir.
Ternyata si Ahmad makin menjerit kesakitan, “Ahhhh, ampun, ampun, ampun…” Jelas itu bukan suara asli Ahmad yang biasa Rey kenal. Wajah yang tadinya marah dan mata yang melotot seketika itu juga tertunduk. Tidak berani menatap Rey yang masih memegang jempol kaki Ahmad. Teman-teman yang lain pada bingung mengapa bisa begitu.
Ketika dipegang lagi jempol kakinya, disitu juga dia makin kesakitan. Satu sisi Rey juga agak takut, satu sisi lagi keisengan ia membuahkan hasil. (Rey mungkin lupa kalau dibelakangnya ada siapa). “Ayo sambil bebacaan semua, apa saja yang kalian hafal … ” pinta Rey pada teman-teman yang ada di dekatnya.
Si Ahmad makin bereaksi tak menentu arah, ia merasa seperti kepanasan. Sejenak tubuh Ahmad lemas tak berdaya terbaring di kasurnya. Anak-anak kos masih berusaha menyadarkannya dan alhamdulillah akhirnya Ahmad bisa sadar kembali. Ada sedikit kekhawatiran dalam diri Rey melihat kejadian saat itu. Ia teringat dengan pesan sang mbah dukun tentang Ahmad dan santet dari pacarnya.
Keesokan harinya, ada sedikit perubahan pada diri Ahmad. Wajahnya tidak sekusam biasanya, agak sedikit cerah dibandingkan sebelumnya. Dia pun mulai rajin berinteraksi dengan teman-teman se-kos. Hari itu juga anak-anak di kos menyambut si Ahmad baru, mereka mengira Ahmad sudah sembuh dari pengaruh pacarnya.
Anak-anak semua keluar kos cari makan sama-sama untuk merayakan perubahan pada diri Ahmad. Sampai di warung langganan kami, sedang asik-asiknya bercanda, tiba-tiba HP Ahmad berbunyi. Sepertinya itu dari si Diana pacarnya. Rey dan teman-teman mencoba diam, sambil menyimak pembicaraan si Ahmad.
Rupanya terjadi perdebatan kecil, terlihat si Ahmad berani membantah suara di telpon itu. Teman-teman semua agak kaget juga, ternyata si Ahmad memang telah berubah. Selesai dia menutup telpon, kamipun memberi applaus untuk Ahmad. Tampak ia jadi bingung dengan tingkah anak-anak yang sedari tadi selalu memberi semangat pada dirinya.
Selang beberapa menit kembali berbunyi sebuah Hp, ternyata dari Hp si Edo dan itu sebuah SMS dari si Diana pacarnya Ahmad. Memang Edo adalah teman yang paling akrab dengan Ahmad, makanya Diana tahu juga nomor HP Edo. Doi tahu kalau Ahmad telah berubah dan mereka semua temannya mendapat ancaman dari Diana. Dalam sms itu Diana mengancam kepada mereka semua termasuk Ahmad, bila terus mengusik dan menghalangi hubungan dia dan Ahmad.
Edo dan Rey hanya menganggap sms itu sebagai angin lalu. Teman yang lain tidak ada yang tahu, hanya aku dan edo yang tau mengenai sms itu. Mereka belum menyadari ada bahaya yang sedang mengintai mereka.
Sehari, dua hari hingga seminggu telah terlewati. Si Ahmad sudah mulai jarang bertemu dan jalang bareng Diana lagi. Lebih banyak ia berkumpul bersama teman-teman satu geng. Kegiatan kuliahpun sudah mulai ia jalani meski masih ada bolongnya. Dibandingkan dulu lebih parah, ia malah lebih malas jika disuruh ke kampus. Dan akhirnya kabar terakhir mereka bubaran.
Teman-teman sangat senang mendengar kabar tersebut, tapi tidak dengan Rey dan Edo. Dua sahabat Ahmad yang sangat tahu keadaan temannya. Mereka masih tetap was was dengan kondisi Ahmad, karena masih menyimpan rahasia SMS itu.
Baru siang berita itu menyebar, malamnya sudah terjadi hal yang ku takutkan. Ahmad suhu badannya tiba-tiba panasnya tinggi. Dia lalu terbaring lemah di kamarnya tanpa bisa bergerak kemanapun. Teman-teman kemudian mau membawa Ahmad ke dokter atau rumah sakit, tapi si Ahmad masih keberatan.
Mungkin karena doi merasa kalau itu hanya panas biasa. Jadi doi hanya meminum obat turun panas biasa. Rey dan Edo jadi khawatir, karena hanya mereka berdua yang mengetahui pesan dari SMS Diana. Semakin lama semakin naik panas tubuh si Ahmad dan akhirnya Rey dan teman-teman yang lain memutuskan untuk membawa edo ke rumah sakit.
Begitu sampai di rumah sakit, Ahmad langsung di periksa secara intensif oleh dokter jaga saat itu. Aneh, hasilnya nihil, Ahmad dinyatakan sehat, dokter dan perawat di rumah sakitpun heran. Mereka tak menemukan penyakit Ahmad. Singkat cerita Ahmad pun di sarankan pulang untuk rawat jalan. Dokter hanya memberi obat turun panas dan beberapa vitamin untuk immune tubuhnya.
Rey dan Edo semakin yakin kalau ini ada yang tidak beres, pasti ada hubungan dengan Diana kekasihnya Ahmad. Baru mereka membahas Diana, tak lama dari Hp Edo kembali masuk sebuah SMS. “Aku tak akan pernah lepaskan dia, siapapun yang menghalangiku, akan rasakan juga akibatnya.” Begitu bunyi singkat sms dari Diana.
Rey yang diperlihatkan sms itu dari Edo, cuma bisa mengelus d**a dan istighfar. Rey dan Edo bingung harus berbuat apa lagi untuk melindungi temannya. Merekapun semakin meningkatkan kewaspadaannya terhadap Ahmad dan sementara rahasia itu masih tersimpan diantara mereka.
Sampai pulang di kos, mereka memutuskan untuk menjaga Ahmad, dengan bergantian dua orang harus berada di dekat Ahmad malam itu juga. Sementara yang lain tetap di minta untuk waspada jika terjadi apa-apa dengan Ahmad.
Semalaman mereka berdua tidak bisa tenang menjaga si Ahmad. Rasa lelah yang mendera sudah tidak mereka rasakan lagi demi seorang sahabat. Selama Ahmad tidur, ia terus mengigau tidak jelas. Dan yang anehnya lagi terkadang ada menyebut nama Diana pacarnya. Belum lagi aroma khas melati yang turut menambah keseraman malam itu.
Sampai saat si teman jaga yang menemani Edo, sebut saja namanya Adi, pergi ke toilet, dengan sangat terpaksa dia pergi sendiri ke toilet tersebut. Awalnya ketika keluar dari kamar si Ahmad, dia tidak melihat apapun, tidak ada sesuatu yang aneh malam itu. Dengan bergegas dia melangkah ke toilet yang terletak diujung kamar. Kebetulan toilet di kos tersebut ada 2. Karena 1 toilet dilihat si Adi tertutup, maka dia gunakanlah satunya lagi. Ia mengira jika toilet ada yang mengisi.
Saat mulai kencing si Adi sudah merinding terus sebadanan. Namun karena sudah kebelet, dia berusaha melupakan hal itu. Baru mulai kencing beberapa detik, tiba-tiba ada suara air seperti diguyur dari toilet sebelah. Adi mengira jika itu ada anak kos yang lagi mandi malam. Tapi seketika itu ia juga tersadar jam di tangannya menunjukkan waktu yang sudah larut, rasanya ga mungkin ada anak kos yang mandi jam segitu, pikirnya.
Tanpa berpikir panjang lagi si Adi yang mendengar langsung terkejut, buru-buru dia menyelesaikan buang air kecilnya. Air guyuran seperti orang mandi itupun bunyinya terus menerus seperti orang yang sengaja membuang air. Adi tidak lagi bisa berpikir dengan tenang siapa yang mandi di malam yang sudah larut begini. Selesai kencing segera dia berhambur keluar.
Apesnya lagi ketika dia keluar dari toilet, dengan wajah pucat pasi dia lihat lagi pemandangan yang tidak lazim. Sesosok hitam yang melangkah tanpa menginjak lantai menuju kamar si Ahmad. Tanpa pikir panjang lagi si Adi langsung mengambil langkah seribu. Dia pergi ke kamarnya sendiri, tanpa menghiraukan si Edo yang sudah menunggu di kamar Ahmad. Alhasil jadilah malam itu Edo hanya sendiri menjaga Ahmad.