Apel Dengan Gadis Pujaan

1280 Words
Aku yang mulai booring, karena menjadi nyamuk peganggu. Memutuskan untuk segera kembali ke asrama. Aku berpamitan kepada kawanku dan kekasihnya, setibanya aku di asrama. Aku langsung menuju ke kamar mandi, untuk segera mencuci muka dan menggosok gigi. Aku yang sudah mengantuk, akhirnya tertidur. Aku terbangun jam empat pagi. Segera itu aku segera mandi. Aku berolahraga pagi dengan joging dan bersepeda. Setelah selesai aku berolahraga, aku segera mengganti pakaian olahragaku dengan seragam militerku. Sekarang aku ada kelas mengajar anak-anak berbahasa Inggris dan Belajar Bahasa Mandarin. Masyarakat dan warga Papua, sangat bersemangat dalam belajar. "Children please, do the assignment from pages ten to twelve. If you have finished collecting immediately, you must be enthusiastic," ucapku dengan menyemangati anak-anak didikku. {Anak-anak tolong, kerjakan tugas dari halaman sepuluh sampai dua belas. Jika sudah selesai segera kumpulkan, kalian harus semangat,} "Okay sir," jawab murid-muridku dengan bebarengan. (Baik Pak,) Mereka sepertinya tidak mengalami kesulitan, aku melihat dan melihat nilai mereka sangat takjub nilai mereka sangat baik dan bagus. "Wow you guys are very smart, the lowest score in this class is only seven. It's great keep it up, kids." pujiku memuji anak-anakku. (Wah kalian sangat pandai, nilai terendah di kelas ini hanya tujuh. Bagus sekali pertahankan iya anak-anak,) "Ok sir, this is all thanks to you. We became very smart Mr. very patient in teaching us," ungkap mereka secara bersamaan. (Baik Pak, ini semua berkat Bapak. Kami jadi sangat pandai Bapak sangat sabar dalam mengajar kami,) "Now I have an assignment for you, if you can read poetry well and well. I'll give you a ten," titahku kepada murid-muridku. (Bapak ada tugas untuk kalian semua, jika kalian dapat membuat puisi dengan bagus. Bapak akan memberikan nilai sepuluh,) "Okay sir," jawab mereka dengan serempak. (Baik Pak,") Anak-anak muridku aku berikan waktu selama dua jam, setelah selesai mereka membacakannya satu persatu. "Lusi now you come forward, read a poem in front of us. Come on, cheer up!" titahku dengan tersenyum. (Lusi sekarang kamu maju ke depan, bacakan puisi di depan kami. Ayo semangat nak!) "Ok sir," jawab Lusi. (Baik Pak,) Lusi akhirnya membacakan puisi yang berjudul Prajurit Tangguh. "You are a valiant young man, with a striped uniform and a long-barreled weapon that you always hold in your hand. You are a Tough Soldier, who is a lamp in the dark. Which becomes an umbrella when it rains, which becomes a comfort when we are sad. You are willing to die to protect the Republic of Indonesia, O tough soldier," ucap Lusi dengan semangat empat lima membacanya. (Engkau adalah pemuda gagah perkasa, dengan seragam loreng serta senjata laras panjang yang selalu engkau genggam. Engkau adalah Prajurit Tangguh, yang menjadi pelita dalam gelap. Yang menjadi payung tatkala hujan, yang menjadi penghipur lara di saat kami bersedih. Engkau rela mati demi menjaga NKRI wahai prajurit tangguh,) Aku yang mendengarkan Lusi membaca puisi itu, aku jadi sangat semangat dan bersedih. Ternyata mereka sangat menyayangiku dan menyayangi keluarganya. Keluarga anak-anak ini rata-rata TNI. Dari tiga matra, lengkap membaur menjadi satu. "Now I want to listen to Yudha's poetry, please let me take the time to come forward. Judas Spirit," titahku kepada Yuda. (Sekarang saya ingin mendengarkan puisi dari Yudha, silahkan waktunya saya persilahkan ke depan. Semangat Yuda,) "Well, I say thank you to Mr. Adrian and friends, I want to read a poem entitled Air Force Serigala Langit. His face is very dashing and mighty, wearing a sky blue striped military uniform. Prayers are always uplifted in accompanying the steps of the Airborne Soldiers guarding the Sky. Maintaining the integrity of the Republic of Indonesia, with its thunderous claws. As if they will never get tired and tired, even if their lives are at stake," ucap Yudis dengan lantangnya. (Baiklah saya ucapakan terima kasih kepada Bapak Adrian dan kawan-kawan, saya ingin membacakan puisi yang berjudul Air Force Serigala Langit. Wajahnya sangat gagah dan perkasa, dengan mrngenakan seragam militer loreng biru langit, Doa yang selalu terpanjat dalam mengiringi langkah Prajurit Angkatsn Udara penjaga Langit. Menjaga keutuhan NKRI, dengan cakarnya yang menggelegar. Seakan mereka tak akan pernah letih dan lelah, sekali pun nyawa mereka taruhannya,) "Now it was Yaselin's turn, who read poetry. please want," ucapku dengan tersenyum. (Sekarang giliran Yaselin, yang membaca puisi. Silahkan nak,) "Thank you sir, thank you my friends. I will read a poem, entitled Mother. Mother, thank you, because of you I was able to be born into this world. Because of you, I can feel the trills and harshness of life. Mom I promise, if I succeed later. I will make you happy," ucap Yesline dengan menitikan air matanya. (Terima kasih Pak, terima kasih kawan-kawanku. Saya akan membacakan puisi, yang berjudul Ibu. Ibu terima kasih, karena engkau aku dapat terlahir ke dunia ini. Karena engkau, aku dapat merasakan getar getir dan kerasnya kehidupan. Ibu aku janji, jika aku sukses nanti. Aku akan membahagiakanmu,) "Ok, I think that's enough, for those who haven't read the poetry, you can collect it in the future. Let you judge for yourself, now it's time to rest, son." titahku kepada anak-anak muridku. (Ok Bapak rasa cukup, untuk yang belum membaca puisinya bisa di kumpulkan ke depan. Biar Bapak sendiri yang menilainya, sekarang sudah waktunya istirahat nak,) Anak-anak muridku beristirahat, aku juga memutuskan beristirahat dengan makan Nasi Uduk dengan Ayam Bakar. Enak sekali rasanya, bahkan aku mendapatkan diskon. Karena aku selalu menjadi langganan. Setelah jam pelajaran usai, aku mengajarkan anak-anak Bahasa Mandarin. "Dàjiā hǎo, shì shíhòu xuéxí pǔtōnghuàle." ucapku dengan senyuman yang menghiasi wajahku. (Halo semuanya, sekarang waktunya kita belajar bahasa Mandarin.) "Hǎo de xiānshēng," jawab murid-muridku dengan serempak. (Baik Pak,) "Xiànzài nǐ yào bùzhì zuòyè, yòng pǔtōnghuà yāyùn," titahku kepada murid-muridku. (Sekarang Bapak akan memberikan tugas, membuat pantun dengan menggunakan Bahasa Mandarin,) "*******。**********, Qǐng gěi wǒ èrshí fēnzhōng. Nǐ bìxū zài quán bān miànqián dú tā," ucapku dengan senyuman. (Bapak berikan waktu, selama dua puluh menit. Kalian harus bacakan di depan kelas,) Aku akhirnya menunggu mereka mengerjakan tugas dariku, semoga saja mereka dapat mengerjakannya. Aku menyuruh tiga orang maju, sisanya di kumpulkan biar aku periksa sendiri pekerjaan mereka. "Duō ní, xiànzài nǐ xiàng qián zǒu, érzi, dú nǐ de yùnjiǎo. Ér zǐ jiāyóu!," titahku kepada Doni. (Doni tolong maju ke depan, silahkan baca puisi kamu nak. Semangat nak!) "Rúguǒ wǒmen názhe huàbǐ, zài zhǐ shàng zuòhuà rúguǒ zhège guójiā de háizi hěn cōngmíng, nàme zhège guójiā jiù huì chūlèibácuì," ucap Doni dengan lantangnya. (jika kita pegang kuas, melukislah pada kertas jika anak bangsa cerdas, bangsa pun berprestasi,) "Shā lā xiànzài nǐ jìxù dú zhè shǒu shī," titahku kepada Sarah. (Sarah sekarang kamu maju, bacakan pantunmu.) "Dú kù guǒ kedondong guǒ, bǎocún," ucap Sarah dengan senyuman. (Buah duku buah kedondong, lestarikan pantun dong!) Setelah mereka sudah mengumpulkan tugas puisi, aku memberikan tugas teks dengan kawan mereka percakapan secara kelompok. Membuat drama tentang pendidikan, tidak terasa sudah waktunya pulang. Aku bersama anak-anak menyebrangi sungai. Aku di bantu oleh rekanku Diaz. Aku bertemu dengan gadis cantik yang bernama Tiara, aku dan Tiara saling bertatapan. Ketika kami turun dari perahu, aku dan Tiara saling berjanji jam empat sore kami bertemu. Karena aku akan menjemput Tiara di rumahnya. Tiara adalah putri seorang Prajurit Angkatan Udara yang dinas di Papua. Tiara gadis keturunan Surabaya. Setibanya di asrama, aku langsung berustirahat sejenak. Aku terbangun jam setengah tiga sore. Aku segera mandi, setelah selesai tak lupa aku menyemprotkan minyak wangi. Aku kini sedang bersiap-siap untuk apel, menemui gadis impianku Tiara. Aku berjalan melewati hutan, sebelum ke rumahnya. Karena di sini perdesaan sekali, tetapi sangat indah dan bagus. Jika kalian menyukai alam, ketika aku hendak melewati jalan. Tiba-tiba ada ular besar lewat. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD