Amarah dan Pujian Komanda Peleton

1026 Words
Ya Tuhan, untungnya aku tidak telat. Bisa amukan yang aku dan rekan kami terima karena telat. Karena Komandan Peleton kami ya ampun galaknya luar biasa. Kawanku Wildan yang telat, kena marah dan amukan. Wildan di marahi oleh Komandan peleton kami. "Es-tu stupide Wildan ? Depuis combien de temps êtes-vous un guerrier Wildan ? Le numéro de série de ta première femme n'est pas mémorisé, Oh mon Dieu Wildan tu es une honte pour les soldats Garuda," sindir komandan peleton sambil menatap dengan tajam ke arah Wildan. (Apakah kau bodoh Wildan? Kamu sudah berapa lama menjadi prajurit Wildan? Nomor seri istri pertamamu tak afal, Ya Tuhan Wildan kau memalukan prajurit Garuda,) "Prêt à vous tromper, commandant," jawab Wildan dengan menundukan wajahnya. (Siap salah komandan,) "En guise de punition, vous faites mille tours. Pour le déjeuner, vous mangez de la viande de lézard," ucap Komandan dengan nada meninggi mengancam. (Sebagai hukumannya, kau lari seribu putaran. Untuk makan siang kau makan daging biawak,) Alhasil kasian sekali Wildan, ya ampun iya harus lari seribu putaran. Sudah gitu makan daging biawak. Tetapi daging Biawak lumayan enak, dari pada makan daging ular hidup-hidup. Aku lebih baik makan daging biawak dari pada aku harus makan daging ular. Sekarang yang mencari masalah Iwan dan Lono, aku heran kenapa mereka bisa di marahi oleh Komandan peleton kami. "You two are so stupid, why are both of your weapons empty? How do you want to fight? You want to lose at the hands of your enemy, I'm very strange why people like you two can become soldiers, did you two bribe to join the army?"hina dan maki Komandan Peleton kepada mereka ber dua. (Dasar kalian berdua bodoh sekali, senjata kalian ber dua kenapa kosong? Kalian mau bertempur bagaimana? Kalian mau kalah di tangan musuhmu, saya aneh sekali kenapa orang -orang seperti kalian ber dua bisa menjadi Tentara, apakah kalian ber dua menyogok untuk masuk tentara?) "Siap salah Komandan," jawab Iwan dan Lono dengan sangat kompaknya.  Komandan menyuruh Lono dan Iwan, untuk memakan dan memasak tikus. Yang harus mereka makan dan masak ber dua. Aku yang mendengarnya otomatis mual, aku muntah-muntah. Aku jadi nggak nafsu makan, ketika jam makan aku tidak makan. Aku hanya muntah saja. "Kau kenapa Adrian?" tanya Iwan keheranan. "Apa kau sakit?" tanya Lono ikut menimpali. "Aku nggak apa-apa bro, kepalaku hanya pusing dan penat saja. Aku tidak nafsu makan bro," jawabku dengan tersenyum. "Yasudah bro, kalau gitu besok ikut kami saja. Kamu mau bro?" tanya Iwan kepadaku. "Besok ke mana bro?" tanya balikku kepada Iwan.  "Besok kita pergi ke pertunjukan music," jawab Iwan dengan singkat. "Semoga saja kita dapat pergi menonton, kita punya Komandan soalnya galak. Kalau-kalau kegiatan kita tidak di tambah," keluh Lono dengan tersenyum kecut. "Kalian ber dua yang sabar dan tabah, jangan sakit hati dengan ucapan Komandan. Komandan walau pun galak begitu sangat baik dan peduli," ucapku dengan tersenyum sambil memberikan ke dua spirit kepada ke dua sahabatku. Setelah selesai berbincang, kami masih berlatih berkuda. Bahkan Komandan peleton kami masih saja mengomel seperti seorang Mama. "All of you, don't be stupid, look me in the eye, you must be able to conquer this horse. Don't want to lose to a horse, as a soldier you have to be strong and tough. Conquer this horse," ucap Komandan Peleton dengan ucapan yang memberikan semangat. (Kalian semua jangan jadi orang yang bodoh, tatap mata saya kalian harus dapat menaklukan kuda ini. Jangan sampai mau kalah dengan kuda, sebagai seorang Prajurit harus kuat dan tangguh. Taklukan kuda ini,) Ketika berkuda, kawan kami Andreas, terjatuh dari kuda. Komandan bukannya menyuruhnya berkuda. Tetapi Komandan menyuruhnya untuk tetap naik kuda dan berlatih berkuda. "Andreas you keep practicing, don't cry and wince like that. You soldiers are not women, so don't be a crybaby. Be a strong and formidable warrior," ucap Komandan menatap Andreas dan kami. (Andreas kau tetap berlatih, jangan nangis dan meringgis seperti itu. Kalian prajurit bukan wanita, jadi jangan cengeng. Jadilah prajurit yang kuat dan tangguh,) Walau pun Komandan peleton kami, Pak Budi sangat tegas, galak dan nilai tegas bahkan kejam ketika membimbing kami. Tetapi Komandan ada nilai baiknya, Komandan sangat baik dan menolong Andreas seusai latihan. "Andreas now you rest, I will treat you. Do not wince or moan in pain," ucap Komandan dengan tersenyum. (Andreas sekarang kau istirahat, saya akan mengobatimu. Jangan meringis maupun merintih kesakitan,) "Terima kasih Komandan," ucap Andreas mengucapkan terima kasih kepada Komandan. "Sama-sama Andreas, sekarang kamu jangan menangis dan merintih seperti itu. Kamu harus kuat dan tangguh," ucap Komandan dengan tersenyum ramah. Ternyata menilai seseorang, tak baik hanya menilai dari cover booknya saja. Ternyata Komandan kami berhati baik, walau pun terkadang komandan kami berhati dingin. Aku kira Komandanku, tak bisa tersenyum. Ternyata ada kalanya dia tersenyum, tersenyum memukau. "Adrian kau melamun?" tegur Komandanku dengan tersenyum. "Tidak Komandan, aku hanya kangen dan rindu dengan ke dua orang tuaku di Manado. Aku juga sangat merindukan anak-anak dan istriku," jawabku dengan tersenyum. "Telepone dan hubungi mereka, selagi masih ada waktu. Kamu pergi ke pusat Kota guna mendapatkan sinyal yang lebih baik," ucap Komandan dengan tersenyum. "Saya boleh izin telepone Komandan, tetapi bukannya kita akan berpatroli?" tanyaku dengan ragu-ragu. "Go Adrian, move fast Adrian. You can't be on the phone for a long time with your wife, your children and your two parents? Come on, Adrian, after your phone can return and join the patrol with the troops," jawab Komandan peletonku dengan senyuman. (Pergilah Adrian, cepat gerak cepat Adrian. Kamu kan nggak mungkin telephone lama-lama dengan istrimu, anak-anakmu dan ke dua orang tuamu? Ayo cepat Adrian setelah telephone kamu dapat kembali dan beegabung berpatroli bersama pasukan,) "Ready Commander, thank you Commander." ucapku sambil memberikan penghormatan kepadaku. (Siap Komandan, terima kasih Komandan.) Aku sangat bahagia sekali, tak dapat di ucapkan dengan kata-kata. Aku sangat bahagia, aku bergegas ke pusat kota. Aku segera menghubungi istri, dan anak-anakku terlebih dahulu di Papua. Tetapi sayangnya, ketika aku menghubungi istriku. Ponsel istriku tak aktif. Aku langsung menghubungi Debora putriku. "Halo Debora," sapaku kepada Debora putriku. "Halo Papa," sapa Debora kepadaku. "Mama waar is mijn dochter schat? Heeft mama het druk?" tanyaku kepada putriku Debora dengan menggunakan Bahasa Neterland. (Mama ke mana putriku sayang? Apakah Mama sedang sibuk?) Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD