Ditugaskan Di Kesatuan Marinir

1226 Words
Aku terbangun jam empat pagi, aku segera mandi. Aku segera mengenakan seragam militer PDL, atau Pakaian Dinas Loreng. Sekarang aku dapat mengenakan pakaian Loreng ini, aku sangat bangga karena ada namaku Adrian. Sekarang aku sudah resmi menjadi Prajurit TNI AL, dengan pangkat Letda atau Letnan Dua. Terimakasih Tuhan, engkau telah mengabulkan doaku untuk menjadi seseorang prajurit. Aku berjanji akan menjadi prajurit TNI AL yang baik, berbakti kepada nusa, bangsa dan agama. " Adrian kok kamu melamun, kamu bukannya jam lima ada apel pagi. Ayo kamu segera berangkat nak," ucap Papi sambil tersenyum. " Baik Pap, terima kasih iya Papi. Aku sangat bahagia," ucap Adrian sambil tersenyum. Setelah rapih, aku di antarkan oleh kedua orang tua kandung dan kedua orang tua angkatku. Setibanya di tempat kerjaku aku berpamitan kepada mereka, orang-orang yang aku sayangi dan cintai. Yaitu Ayah, Ibu, Mami dan Papi. " Hati-hati nak, kami pulang iya. Kami langsung terbang ke Manado," ucap Papi sambil melambaikan tanganya. " Iya Pap, hati-hati di jalan Papi. Aku berharap Papi sampai ke rumah dengan selamat," ucapku sambil tersenyum. " Kamu jaga kesehatan nak, Ibu pulang dulu iya. Ibu sayang kamu nak," ucap Ibu sambil tersenyum. " Ibu juga jaga kesehatan iya, aku juga sayang Ibu. Aku akan sehat di sini," ucapku sambil tersenyum. " Ayah akan selalu mendoakanmu nak, kamu adalah anak kesayangan Ayah. Ayah berharap kamu selalu sehat," ucap Ayah sambil tersenyum. " Iya Ayah, aku juga berharap Ayah selalu sehat. Aku akan selalu sehat di sini demi Ayah," ucapku sambil tersenyum. " Nak jaga diri di sini, jangan sampai salah pergaulan. Mami sayang sama Adrian doakan kelahiran Mami lancar iya nak," ucap Mami sambil tersenyum. " Iya Mam, Adrian pasti akan jaga diri Adrian sebaik mungkin. Mami nggak perlu khawatir semoga saja kelahiran Anak Mami berjalan lancar," ungkapku sambil tersenyum. Setelah kepergian mereka, iya mereka ke empat orang yang aku sayangi. Ada Ayah, Ibu, Mami dan Papi. Yang menjadi penyemangat dan penguat dalam hidupku. Aku memasuki gerbang markas Marinir, aku berkenalan dengan kawan-kawan di sini. Kami semua sedang melaksanakan apel pagi, bersama kawan-kawanku, Komandan dan bahkan aku sangat bahagia dan terkejud karena rupanya ada kehadiran Bapak KASAL dan Bapak Panglima TNI. Bapak Panglima dan Bapak Kasal, menghampiriku aku sangat gugup. Iya bertanya kepada kami semua, sekarang giliranku. " Kamu tau nggak ada berapa matra di TNI? Jika tau, tolong disebutkan?" tanya Bapak KASAL kepadaku. " Mohon izin menjawab, ada tiga matra Pak. TNI AD, TNI AL dan TNI AU. Terima kasih Pak," ucap aku dengan sangat tegas. " Kamu bangga menjadi pasukan Marinir?" tanya Bapak Panglima kepadaku. " Tentu saya bangga," jawabku singkat. " Tolong jelaskan lebih detail, apa yang membuatmu bangga?" tanya Bapak Panglima sambil tersenyum. " Karena Marinir tangguh, pemberani, kuat dan sanggar. Tentu saya sangat bangga," jawabku dengan sangat lantang. " Bagus sekali nak, jika kamu di tugaskan di tempat konflik apa kamu terima?" tanya Bapak panglima kepadaku. " Mohon izin menjawab Bapak, saya bersedia di tempatkan di mana saja. Saya adalah Prajurit TNI AL yang rela di tempatkan di mana saja, saya rela walaupun nyawa saya taruhannya," ungkapku sambil tersenyum. " Saya mau lihat kinerja kamu, sebagai prajurit TNI AL. Jika kamu bersunguh-sunguh saya akan kirim kamu penugasan ke Lebanon," ucap Bapak Panglima TNI. " Baik Pak, terima kasih saya akan bekerja dengan sunguh-sunguh. Saya berjanji Pak," ungkapku sambil tersenyum. " Baiklah nak, sekarang kamu kembali. Belajar lebih banyak lagi dari senior. Pelajari selama kamu sekolah militer dulu. Akan sangat berguna, ingatlah semboyan kita sebagai hantu laut," ucap Bapak Panglima TNI. " Baik Pak," jawabku dengan sangat singkat. " Adrian kamu harus buktikan, bikin nama kesatuan Marinir bangga. Kamu harus menjadi pasukan Garuda," ungkap Bapak KASAL sambil memberikan semangat. Aku menghafal sepuluh jenis senjata, aku memiliki sepuluh jenis senjata. Mereka semua adalah istri-istriku. Karena Komandan, Bapak Panglima dan Bapak Kasal. Suka tes kami, apakah kami hafal nomor seri senjata yang kami miliki. Jika kami tidak hafal, pasti akan ada hukuman menanti. Kalau tidak berlari seratus kali. Push up, skor jam dan sit up. Bahkan seniorku sangat tegas, selama sejam aku langsung menghafal semua macam jenis senjata. Aku juga di latih bela diri, oleh seniorku Bang Andy. Bang Andy orangnya sangat tegas, ia sangat emosian. Jika kami tidak dapat menjalankan instruksi. Pasti aku dan kawan kami akan mendapatkan teguran. Aku sangat menyukai memasak, Voly dan berenang. Aku mengikuti lomba, lomba bersama para prajurit lain. Aku sangat puas dengan hasil lomba memasakku, aku menjadi juara pertama untuk lomba memasak. Untuk lomba Voly, aku bersama para teamku menjadi juara ke tiga. Aku dan team kami, sungguh sanggat bangga atas pencapaian kami walau pun hanya menjadi juara ke tiga. Aku sangat ingin membuat Ayah dan Ibuku bangga, Mami dan Papi bamgga. Aku berlatih, belajar untuk menjadi prajurit TNI AL yang kuat dan tangguh. Step by step aku pelajari. Aku pelajari semuanya. Aku ingin menjadi pasukan Garuda, aku ingin membuat nama kesatuan Marinir bangga. Aku ingin membuat keluargaku bangga, aku juga ingin membuat bangga. Semoga aku menjadi pasukan Garuda, setiap sabtu dan Minggu aku rutin berdoa menghadap tuhanku di Gereja. Tatkala kawan-kawanku sedang sibuk pacaran, aku sangat sibuk belajar dan belatih. Karena niatku dan tekadku yang sangat kuat yang ingin menjadi pasukan khas Garuda. Indonesia tanah air beta, pusaka abadi nan jaya. Indonesia sejak dulu kala tetap di puja-puja bangsa. Di sana tempat lahir beta, di buai di besarkan Bunda. Tempat berlindung di hari tua, sampai akhir menutup mata. Aku bernyanyi pada saat kondisiku penat, aku sangat mencintai Indonesia. Sangat mencintai tumpah darahku Indonesia. " Kamu mau ikut nggak?" tanya Bang Andy dengan tegasnya. " Mau kemana kita bang?" tanyaku sambil menatapnya tajam. " Kita ke kawanku, yang dinas di Cijantung," jawab Abang Andy dengan tersenyum. " Aku kira mau menemani abang apel, dengan pacar abang. Jika itu aku tak mau lah bang yang ada awak ini jadi obat nyamuk," ejekku sambil tersenyum ngeledek. " Kau ini macam mana pula aku apel, pacar aku tak punya. Kau rupanya sekarang sudah berani ngeledek," cerocos Bang Andy sambil terus memanyunkan bibirnya. " Maaf bang aku hanya bercanda, jangan seperti gadis lah abang. Macam mana abang ini," godaku sambil tersenyum. " Yasudah kau mandi saja, aku juga mau mandi. Jangan lelet," titah Abang Andy kepadaku. Aku mandi, setelah selesai mandi. Aku mengenakan pakaian aku. Aku semprotkan minyak wangi, aku bercermin setelah aku rapih, aku menunggu Abang Andy. Aku menunggu Abang Andy, Abang Andy lelet sekali. Dia sudah seperti gadis saja, padahal dia memintaku untuk mandi tidak lelet. Padahal dia sendiri yang mandinya lelet. " Lama sekali kau bang," keluhku kepada Abang Andy. " Maaf aku lelet, aku ini mandi harus bersih. Iya minimal selama satu jam jadi supaya aku tampan," ungkap Abang Andy. Ke mana Abang Andy, yang biasanya garang. Sekarang di jam dinas ia suka tersenyum dan bercanda. Aku dan Bang Andy, menaiki motor menuju tempat kawannya di Cijantung. Tetapi ketika menuju di perjalanan, aku dan Bang Andy menolong gadis cantik ini. Gadis ini bernama Dewi, Dewi kasian ia mendapatkan kelakuan kasar dari kekasihnya. Aku dan Bang Andy, menolongnya dengan memukul kekasihnya supaya ia sadar jangan berlaku kasar terhadap wanita. " Terima kasih Bang," ucap Dewi sebelum pergi meninggalkan kami. Setelah Dewi pergi, aku dan Abang Andy melanjutkan perjalanan kami ke tempat kawasan pemukiman TNI AD di Cijantung. Padahal kami sudah mau sampai, tetapi motornya mogok. Aku dan Abang Andy mendorong motor, dengan tenaga hingga sampai ke rumah dinas. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD