"Meneer, breng me alstublieft naar uw land, ik wil dat u mij als kind adopteert. Help me, ik ben alleen," ucap Debora dengan menatap sedih ke arahku.
(Pak tolong bawa saya ke Negara Bapak, saya ingin Bapak mengangkat saya sebagai anak. Tolong saya saya sebatang kara,)
"Maar ik kan niet meteen beslissen zoon, ik moet praten met mijn vrouw, familie en commandant. Als ze het ermee eens zijn, zal ik je als kind adopteren," ucapku dengan tersenyum.
(Tetapi saya tidak dapat memutuskan langsung nak, saya harus bicarakan ke istri, keluarga dan Komandan saya. Jika mereka setuju saya akan mengangkatmu sebagai anak,)
Aku akhirnya remukan bersama kawan militerku, bersama Komandanku. Bapak Komandanku mengusulkan untuk aku segera menghubungi keluargaku dan istriku.
"Adrian saran saya kamu segera menghubungi keluargamu dan istrimu, masalahnya anak ini sebatang kara. Gadis ini hanya meminta kau menjadi ayahnya," ucap Komandanku dengan tersenyum.
"Baik Pak, saya akan menghubungi keluarga dan istri saya. Terima kasih Pak Komandan," ucapku dengan senyuman.
Aku menghubungi Mami dan Papi, kata Mami dan Papi mereka setuju saja karena itu merupakan perbuatan yang tulus, suci dan mulia. Begitulah menurut pendapat Mami dan Papiku.
Aku juga meminta pendapat kepada Ayah dan Ibuku, mereka berdua setuju saja jika aku segera membantu anak gadis ini.
Aku juga menghubungi Tiara istriku, Tiara setuju saja. Tiara dengan sepenuh hati menerimanya.
Tiara dengan ikhlas menerima Debora sebagai anak kami. Aku meminta Tiara untuk ke Aceh, aku dan Tiara mengurus surat-surat sah secara Negara jika Debora kami angkat sebagai anak.
Debora yang sudah resmi menjadi anak kami, ikut Tiara di bawa pulang ke Papua. Karena tidak mungkin anak ini ikut aku dinas di Aceh. Toh juga masa dinasku selesai tinggal menunggu berapa hari aku akan pulang, kembali ke Papua.
***Kabar Bahagia***
Aku sangat senabg sekali, aku akan kembali dengan anak istriku ke Papua, setibanya aku di Papua. Aku langsung menghampiri anak dan istriku.
Tiara ternyata berhasil mengajari Debora berbahasa Indonesia, jadi mereka dapat berbahasa Indonesia.
"Papa aku mau pergi ke danau, bolehkah saya pergi?" tanya Debora kepadaku dengan senyuman.
"Boleh sayang, boleh kok nak. Dengan senang hati nak, ada uang jajan untuk jajan?" tanyaku kepada putri aku Debora.
"Ada kok Papa, saya di kasih uang sama Mama lima ribu. Saya pamit Papa," ucap Debora pergi dengan kawan-kawannya.
"Baik nak, hati-hati di jalan nak. Papa kasih kamu uang lima ribu lagi," ucapku dengan tersenyum.
Sementara Tiara, yang perutnya membuncit seperti kesusahan. Dalam berjalan, aku merangkul istriku dengan penuh cinta dan kasih sayang.
"Sayang kamu nggak apa-apa kan?" tanyaku kepada Tiara.
"Perutku sakit banget, perutku mau berojol tetapi masih sakit. Aku ingin segera di bawa ke rumah sakit mas," ucap Tiara dengan merintih kesakitan.
Darah mengalir memenuhi daster istriku, ya ampun istriku akan melahirkan.Tetapi istriku masih tujuh bulan. Mungkinkah bayi kami akan terlahir prematur.
"Mas tolong aku, aku mohon tolong aku. Tolong mas, aku sangat kesakitan. Sepertinya aku akan melahirkan," rintih Tiara dengan bersedih dan meringis.
"Iya sayang, kamu yang kuat sayang. Bertahan iya sayang, kamu harus tetap kuat sayang. Semangat sayang, berjuang dengan ekstra untuk melahirkan buah hati kita," ucapku dengan memberikan semangat kepada Nimas istriku.
Setibanya aku dan Tiara, di rumah sakit. Nimas langsung di masukkan ke ruangan. di dalam Tiara di suntik mules, Tiara berjuang antara hidup dan mati. Tiara menangis merintih, ketika ia berjuang melahirkan anak kami.
Suara tangisan bayi kami, dengan tangisan menggelegar. Bayi kami laki-laki, dengan wajah tampan dan putih sepertiku. Aku dan Tiara sepakat menamai Bayi kami dengan nama Bayu. Bagaskara.
Aku dan Tiara, sangat menyayangi bayi kami. Aku dan Tiara, memeluk dan mengecup kening dan pipi gembul putra kami. Yang kami beri nama Bayu.
Anak aku dan Tiara Debora Van Girl, datang menghampiri kami.
"Papa en mama, is mijn zus geboren?" tanya Debora kepada kami berdua. Dengan mempergunakan Bahasa Belanda.
(Papa dan Mama, adikku sudah terlahir?)
Sementara Tiara binggung, apalagi menggunakan Bahasa Belanda.
"Ja zoon, je zus is nog steeds geboren. De naam van je zus is Bayu. Bagaskara. Je kunt dragen en spelen met je zus," ucapku dengan mengelus kepala Debora anak gadisku.
(Iya nak, adik kamu masih lahir. Nama adikmu Bayu. Bagaskara. Kamu dapat gendong dan ajak main adikmu,)
"Ja papa, papa maak je geen zorgen. Ik zal voor mijn zus zorgen en voor mijn zus zorgen," ucap Debora dengan senyuman.
(Iya Papa, Papa jangan khawatir. Saya akan merawat dan menjaga adik saya,)
"Bedankt lieve papa voor de zorg voor je zus Bayu. Jij helpt mama ja Deborah blijf niet spelen," ucapku dengan senyuman.
(Terima kasih sayang, Papa percakan kamu merawat adik kamu Bayu. Kamu bantu Mama iya Debora jangan main terus,)
"Oké papa, ik zal aan papa's verzoek voldoen, ik zal voor mama en zus zorgen. Ik zal goed voor mama en zus zorgen," ucap Debora dengan senyuman.
(Baik Papa, saya akan menuruti permintaan Papa saya akan menjaga Mama dan adik. Saya akan menjaga Mama dan adik dengan baik,)
"Bedankt zoon, je bent een braaf meisje. Papa brengt je morgen naar school, mama is net geopereerd, heeft geen tijd gehad om te bevallen." ucapku dngan senyuman.
(Terima kasih nak, kamu memang anak gadis yang baik. Papa besok akan antarkan kamu ke sekolah, Mama baru operasi belum sempat mengantarkan,)
"Ja papa, bedankt papa. Je hebt me liefde en genegenheid gegeven," ungkap Debora dengan senyuman.
(Iya Papa, terima kasih Papa. Sudah memberikan kasih dan sayang untukku,)
Sementara Tiara, rupanya sangat pusing seakan tidak mengerti bahasa kami. Tiara seakan nggak paham dan mengerti.
Tiara pusing mungkin, ia akhirnya membuka mulutnya. Tiara menanyakan kepadaku dan Debora karena sama sekali tidak mengerti bahasa kami ber dua.
"You're just making me dizzy, honey and Debora just use English and Indonesian. Which planetary language do you speak?" keluh Tiara dengan menatapku dan Debora.
(Kalian bikin pusing saja, sayang dan Debora pergunakan Bahasa English and Indonesia saja. Bahasa planet mana yang kalian pergunakan?)
"It's a shame it's the Dutch language, or dear Dutch. It's Deborah's Language," ucapku dengan memberikan penjelasan kepadanya.
(Sayang itu adalah bahasa Neterland, atau bahasa Belanda sayang. Itu Bahasa Debora,)
"Yes Mama, it is the language of my country Netherland. That's not planet Mama's language," ucap Debora kepada Tiara.
(Iya Mama, itu adalah bahasa negaraku Neterland. Itu bukan bahasa planet Mama,)
Mungkin Debora sedih, bahasa Negaranya di bilang bahasa planet tanpa sadar ia menitikan air mata. Sedangkan istriku menangis dan memeluk Debora.
Bersambung.