Aku mengikuti langkah kaki putriku, setelah putriku memasuki kelas. Aku sangat senang dan bahagia sekali. Ternyata ini hanya kehawatiran aku saja.
Setelah sudah aman, aku segera berangkat menuju ke rumah sakit. Aku pergi ke rumah sakit guna membeli obat. Aku membeli obat sakit kepala. Aku berasa kepalaku sakit seperti di tusuk beribu-ribu jarum.
Ya Tuhan kepalaku pusing sekali, bagaikan ada seribu jarum yang menancap beribuan jarum yang menusuk jantungku.
Aku ke rumah sakit, setelah selesai aku melakukan pemeriksaan di rumah sakit.
Aku segera menuju ke Batalionku.
Ada kunjungan Bapak KASAL dan Bapak Panglima TNI.
Bapak KASAL dan Bapak Panglima memberikan suport dan dukungan kepadaku, memberikan suport dan dukungan kepadaku secara langsung.
"Adrian minggu depan, besok kamu harus siap-siap iya. Karena besok kamu ke Batalion," ucap Bapak Kasal dan Bapak Panglima dengan tersenyum.
"Terima kasih iya Bapak Panglima TNI, saya janji akan menjalankan perintah dengan baik. Saya janji akan bekerja dengan baik," ucapku dengan tersenyum.
Aku bekerja dan berlatih dengan giat, aku lari. Dengan sangat kencang, ketika ada lomba lari di asramaku.
Aku harus menjadi winner, aku harus menang. Menjadi juaranya, aku harus menjadi juara di setiap tantangannya.
Aku sangat letih dan lelah, tanpa sadar aku pulang sekitar jam delapan malam.
Setibanya aku di rumah, aku segera masuk ke rumah, istriku Tiara segera menghampiriku. Dia bertanya menggunakan Bahasa Belanda atau Neterland.
"Schat, ben je net thuis? Je hebt het vast erg druk lieverd?" tanya istriku dengan tersenyum.
(Sayang kamu baru pulang? Kamu pasti sangat sibuk sayang?)
"Ja schat, het spijt me schat. Ik heb het zo druk, over een week heb ik een opdracht van een jaar naar Frankrijk. Als ik in Frankrijk aankom, zal ik nog meer werken zodat ik snel promotie kan maken, mijn vrouw," ucapku dengan tersenyum.
(Iya sayang, maafkan aku sayang. Aku begitu sibuk, satu minggu lagi aku akan penugasan selama satu tahun ke Perancis. Setibanya aku di Perancis aku akan kerja lebih ektra lagi supaya aku bisa naik pangkat cepat istriku,)
"Wow gefeliciteerd schat, mijn gebeden zijn altijd bij je schat. Ik zal altijd voor je bidden, moge je militaire carrière snel stijgen, schat. Ik hou van en hou meer van je dan van wat dan ook," ungkap istriku dengan tersenyum.
(Wah selamat sayang, doaku selalu menyertaimu sayang. Aku akan selalu mendoakanmu, semoga karier militer kamu cepat naik sayang. Aku sangat menyayangi dan mencintaimu melebihi apapun,)
"Is papa zo snel weg? Maar ik mis papa echt. Ik mis papa echt, papa is in goede gezondheid in Frankrijk. Papa bedriegt mama niet," ucap Debora sambil memelukku.
(Papa cepat sekali sudah pergi? Padahal aku sangat merindukan Papa. Aku sangat merindukan sosok Papa, Papa sehat-sehat iya di Perancis. Papa jangan selingkuh dari Mama,)
"Ja, u hoeft zich geen zorgen te maken. Papa kan je mama niet verraden, in papa's hart is je mama nummer één en zal nooit worden vervangen," ucap aku dengan tersenyum.
(Iya nak, kamu jangan khawatir. Papa tak mungkin mengkhianati Mamamu, di hati Papa Mamamu nomor satu dan tak akan pernah terganti,)
"Papa serius kan, Papa tak akan selingkuh. Papa janji kan sama aku dan tak akan pernah mengkhianatiku," ucap Tiara dengan tersenyum.
"Iya Mama, Papa tak mungkin mengkhianati Mama. Mama di hatiku hanya satu," ucap aku dengan tersenyum.
Aku, Tiara istriku dan Debora saling berpelukan.
"Yasudah istriku sayang, ayo kita bobo!" ajakku dengan tersenyum.
"Putriku sayang kamu langsung bobo iya nak, kamu jangan bergadang iya sayang.
"Baik Papa, aku masuk ke kamar dulu iya Pa. Selamat malam Mama dan Papa," ucap Debora sebelum berlalu meninggalkan kami.
Setelah Debora masuk ke dalam kamarnya, aku dan istriku masuk ke dalam kamar kami.
"Sayang aku boleh bekerja lagi," pinta dan mohon Tiara kepadaku.
"Boleh sayang, ini semua suka-suka sayang. Sebagai suami aku mendukung sayang apa pun itu," ucapku dengan tersenyum.
"Sayang terima kasih iya," ucap Tiara dengan tersenyum.
"Sama-sama sayang," ucap aku dengan tersenyum.
Aku meminta istriku untuk segera tertidur, karena sudah malam.
"Sayang kita bobo yugh!" ajak aku dengan tersenyum.
"Ayo sayang," jawa Tiara dengan tersenyum.
Setelah aku dan Tiara tertidur, kami terbangun jam empat pagi. Berhubung hari ini aku libur, aku membantu Tiara istriku beres-beres rumah. Aku membantu Tiara memasak dan mencuci pakaian. Aku juga meluangkan menjadi seorang Papa yang baik untuk ke tiga buah hatiku Debora, Bayu dan si kecil Brenda.
Sudah sepuluh kali, aku di ompolin oleh Brenda. Brenda sangat usil sekali sudah sepuluh kali mengompol.
"Sayang kamu ganti pakaian dan celana, itu lihat celana kamu di ompolin Brenda. Ya ampun Brenda senang banget ngompolin Papa iya nak," ucap Tiara dengan tersenyum.
"Iya sayang, aku ke kamar dulu iya. Aku ganti celana dulu," ucapku dengan tersenyum.
Setelah selesai aku mengganti celana, aku segera memakai celana baru. Aku lihat putriku Debora sudah rapih dan sangat cantik.
"Kamu mau ke mana nak?" tanyaku dengan rasa penasaran yang sangat tinggi.
"Papa aku ingin pergi, bolehkah aku pergi?" tanya Debora dengan tersenyum.
"Boleh nak," jawabku dengan sangat singkat.
"Terima kasih Papa," ucap Debora dengan tersenyum.
"Sayang kamu pergi dengan sahabat cewek apa cowok?" tanyaku dengan sangat penasaran.
"Cowok Papa," jawab Debora singkat.
"Ok kamu boleh pergi, tetapi Papa ikut. Papa ikut dengan kamu dan kawanmu," ucapku dengan tersenyum.
Aku bagaikan seorang securiti, aku menjaga anak gadisku. Dengan laki-laki yang mengajaknya jalan, putriku harus bahagia. Aku nggak mau, putriku sampao salah pertemanan dan pergaulan.
Kawan lelakinya mengajak kami makan dan menonton, setelah selesai kami kembali pulang ke rumah. Mungkin Debora sudah mengantuk. Makanya dia izin terlebih dahulu masuk ke dalam kamar.
"Het is voorbij, schat, jij bent de beveiliging van onze dochter. Je bent zo dapper, schat." ejek Tiara dengan tersenyum.
(Sudah selesai sayang, kamu menjadi Securiti untuk anak gadis kita. Kamu tega banget sayang,)
"Ik ben zeer tevreden lieverd, verzorg en verzorg mijn dochter. Terwijl ik dienst heb, moet jij voor mijn dochter zorgen," ucapku dengan tersenyum menatap lekat istriku.
(Aku sangat puas sekali sayang, menjaga dan merawat anak gadisku. Selama aku tugs kamu harus jaga putriku,)
"Ja lieverd, natuurlijk zal ik voor je zorgen maak je geen zorgen."
(Iya sayang, tentu saja aku akan menjaganya kamu jangan khawatir.)
Bersambung.