Hampir Merenggang Nyawa

1032 Words
Tatkala aku mengawal pulang anak-anak itu, tiba-tiba ada orang-orang jahat yang menghadang kami. Mereka ternyata membawa senjata sama sepertiku dan rekanku. Aku tertembak, tatkala ada rentetan senjata menghadang tubuhku. Aku terjatuh dan banyak peluru menghadangku. Hingga aku terjatuh dan tumbang. Aku merasakan sakit yg amat sakit, seakan akan meregang nyawaku. Tubuhku terasa dingin menyergap memasuki relungku. Aku sangat kedinginan sekali, aku hanya mendengarkan samar-samar suara yang terdengar di telingaku.  "Adrian ayo bangun! Segeralah sadarkan lah dirimu. Cepatlah kau bangun," suara Hadi memberikan semangat kepadaku. "Bangunlah Adrian, kau harus bangun Adrian. Kau tidak boleh tidak bangun," ucap Kim Soek Jin dengan memberikan semangat. Aku terbangun, Komandanku datang menghampiri dan memelukku. "Syukurlah kamu sadarkan diri, saya sangat khawatir atas kondisimu. Semoga cepat pulih Adrian," ucap Komandanku dengan tersenyum. "Siap Komandan, saya akan pulih dengan cepat. Saya akan kembali berjuang bersama yang lain," ucapku dengan senyuman. Aku harus rela berjuang untuk sehat, peluru yang melukai tubuhku kini sudah sembuh. Aku yang sudah di asrama barak, aku langsung tertidur. Aku kini sedang berada di barak. Aku segera mengambil seragam militerku dan memakai senapan anti peluru. "Kamu lagi apa Hadi?" tanyaku kepada Hadi. "Aku sangat terluka hatiku Adrian, ternyata Zovanka kembali dengan mantan kekasihku. Zovanka mengkhianatiku padahal aku sangat mencintainya," ucap Hadi dengan bersedih. "Sudahlah Hadi jika jodoh nggak ke mana, jika dia adalah jodohmu pasti dia akan kembali kepadamu. Habis mati terbitlah terang," ucapku dengan tersenyum. Aku memberikan sahabatku motivasi, setelah aku memberikan motivasi aku berasa kepalaku pusing dan mual-mual aku merasakan ingin makan sesuatu. Tetapi aku hanya maunya saja, tetapi tidak mau makan. "Kau kenapa bro?" tanya Hadi kepadaku dengan sangat heran. "Aku sangat pusing dan mual bro, kepalaku pusing sangat pusing. Bagaikan ada ratusan atau bahkan ribuan jarum yang menusuk kepalaku," jawabku dengan memijit kepalaku yang sangat sakit. "Jangan-jangan istrimu hamil," ungkap Hadi dengan tersenyum. Aku yang penasaran, akhirnya bertanya ternyata benar saja. Berati ketika aku balik ke Indonesia benar saja hasil cocok tanamku dengan Tiara istriku berbuah kehamilannya di dalam rahimnya. Aku sangat bahagia dan senang sekali, Tiara hamil sudah dua minggu. Menurut penuturannya. Mungkin istriku yang hamil aku yang ngidam, jadi aku harus sabar dan jangan boros-boros. Karena sekarang aku kepingin apa saja yang ingin aku makan. "Halo, sayang kamu apa kabar?" tanyaku kepada istriku Tiara. "Halo sayang, kabarku sungguh sangat baik sekali. Aku ingin mengabarkan hal baik mengenai kehamilanku," terang Tiara dengan tersenyum. "Wah, terima kasih sayang. Karena kamu sudah memberikan aku kabar yang sangat baik mengenai kehamilanmu," ucap aku dengan senyuman. "Iya sayang, semoga anak kita yang kelak aku lahirkan. Adalah anak perempuan," ucap Tiara dengan tersenyum. "Amien sayang, semoga doa kamu terkabulkan. Aku juga akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu sayang," ucapku dengan tersenyum. Setelah aku mengakhiri teleponku dengan Tiara, aku segera bergegas untuk mandi. Setelah selesai mandi aku segera memasuki ruangan latihan para prajurit. Aku beserta para prajurit berjuang dengan sangat baik dan sekuat tenaga dan ekstra lagi. Aku akan berjuang, hingga titik darah penghabisan. Walau pun nyawa aku menjadi taruhannya. Aku kini sedang bersiap-siap untuk pulang, sungguh sangat lelah sekali. Aku tak sadar jika aku di ikuti oleh orang jahat, aku berjalan seorabg diri.. "Serahkan barang bawaanmu, atau nyawamu jadi taruhannya!" ucap salah satu dari ke tiga orang tersebut. "Baik saya akan merenggut nyawamu," ucap mereka dengan mengancam. Aku yang merasa nyawaku terancam akhirnya memukuli mereka hingga mereka babak belur. Mereka aku masukan ke dalam kantor Polisi. Mereka sudah masuk ke dalam kantor Polisi. "Kalian semua sangat menyebalkan, jangan nakal dan membuat masalah. Kalian jangan menyebalkan jangan jahat lagi," ucapku dengan senyuman. "Maaf Pak saya nggak tau, jika Bapak adalah Tentara," ucap mereka dengan tersenyum. "Baiklah aku sangat bersyukur dan berterima kasih, semoga Bapak kalian ber tiga dapat berubah," ucapku dengan senyuman. Aku akhirnya berangkat ke tempat tinggal, aku ke asrama dengan menaiki taksi. Setiba nya di rumah aku di rumah berjalan kaki, aku yang sudah di rumah aku yang berada di rumah. Aku segera tidur, aku langsung merentangkan diriku di atas tempat tidur kesayanganku. Aku terbangun pagi, sekitar jam empat pagi. Aku segera mandi, setelah rapih aku segera mengenakan seragam loreng. Aku melangkahkan kakiku, menuju dapur. Richo dan Richi menghampiriku. "Kau sedang apa Adrian?" tanya mereka ber dua kepadaku. "Aku sedang memasak Bubur Ayam, aku sangat ingin memasak bubur Ayam. Aku memasak bubur Ayam yang enak, kalian ber dua mau?" tanyaku kepada Richi dan Richo. "Boleh kamu serius mau memberikan aku bubur Ayam, boleh dech kebetulan aku lapar sekali. Thanks iya Adrian," ucap Richo dengan tersenyum. "Iya sama-sama," jawabku dengan singkat. Aku yang sudah selesai memasak bubur Ayam, aku segera menyajikannya kepada ke dua kawanku Riko dan Riki. Ketika kami sedang makan bubur bersama, tiba-tiba mereka ber dua memakan dan menikmatinya tetapi mereka ber dua sangat aneh karena membicarakan Hadi. Ada apa dengan Hadi sahabatku? Apa Hadi sedang ada masalah. "Ada apa Pot?" tanyaku kepada mereka ber dua. "Ada apa dengan Hadi pot?" tanyaku kembali dengan menatap lekat ke dua mata mereka. "Hadi baru saja terkena kecelakaan pot," jawab Richi dengan tersenyum. "Di mana Hadi mengalami kecelakaan? Seperti apa kronologi masalahnya?" tanyaku kepada mereka ber dua. "Kemarin malam, dia mengalami kecelakaan sehingga sekarang di nyatakam terbaring ke rumah sakit dan di nyatakan koma," ungkap Riki dengan senyuman. "Kau yakin, dia koma ya Tuhan kenapa bisa seperti ini?" tanyaku kepada Riki. "Iya dia memang koma," jawab Richo kepadaku. "Thanks bro, kalian habiskan buburnya. Aku permisi mau dinas dulu. Aku permisi bro," ucapku dengan tersenyum. Aku langsung mengangkat senapan, aku langsung belari sebanyak dua ratus putaran.  Aku langsung bersiap posisi untuk segera mengambil senapan, aku langsung berjaga di pos penjagaan. Aku pulang kerja sore jam sekitar jam lima, aku yang pulang jam lima sore. Aku segera bergegas menuju ke rumah sakit bersama Kim Soek Jin untuk menjenguk sahabatku Hadi. "Kita doakan Hadi iya, kita minta kepada Tuhan supaya Hadi segera sadar dari komanya. Semoga cepat sembuh," ucapku dengan tersenyum. "Amien semoga saja ia segera sadarkan diri, aku sangat bersyukur jika ia dapat sadarkan diri. Aku sangat merindukan Hadi," ucap Soek Jin dengan tersenyum. Aku dan Soek Jin, menunggu Hadi selama di rumah sakit. Tiba-tiba aku melihat Jovanka dan Kekasih barunya. Mungkin mereka ber dua ingin menjenguk Hadi. Soek Jin tatapannya menjadi dingin dan sadis menatap orang ini. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD