Sedetik-7

2018 Words
Zaire mulai mengetuk pintu kamar Nando, tak lama pintu terbuka menampilkan Nando yang baru saja selesai mandi. Nando mengerutkan kedua matanya menatab Zaire, yang membuat Zaire menatab Nando kebingungan, kenapa dengan Pria dihadapannya ini menatab Zaire Aneh? "Zaire bukan?" tanya Nando memastikan, sedangkan Zaire dia menatab tajam Nando, sungguh sialan sekali dia. "Bukan" dingin Zaire yang kemudian menerobos masuk kedalam kamar Nando. "Bercanda Zai" ucap Nando tertawa yang kemudian menutub pintu kamarnya, "kenapa ke sini?" tanya Nando yang menatab Zaire datar. "liat foto ini!" ucap Zaire yang memberikan foto kepada Nando. "Foto Hawa dan Hara?" tebak Nando. "Ya, coba kamu lihat lebih cermat belakang Hara,ada siapa disana?" tanya Zaire. Nando menatab cermat foto tersebut tepat di belakang Hara, betapa terkejutnya Nando saat melihat foto itu tepat dibelakang Hara, perempuan berbaju hitam berwajah menyerangkan, itulah yang di lihat Nando. "Zai Apa arwah ini yang mengincar Hara?" tanya Nando yang diangguki Zaire. "Ya, perempuan yang pernah aku lihat di penglihatanku tadi pagi" angguk Zaire. "penglihatan?" bingung Nando. "Tadi pagi aku bermimpi berada di Drak realm-" "tunggu ini mimpi atau memang jiwa mu ada disana?" potong Nando. "mimpi, bisa jadi itu penglihatan karna aku melihat Hara ada disana" "Hara? Berarti memang benar Zai itu penglihatan" "Ya, berarti tak salah lagi jika yang ada di tubuh hara perempuan jahat itu" "perempuan ini? Dia yang mengincar tubuh Hara?" tanya Nando yang menunjukan penampakan perempuan tadi kepada Zaire. "Ya, tidak salah lagi" angguk Zaiee. "Apa dia sejahat Arumi?" tanya Nando mengingat Arumi, hantu perempuan yang pernah merenggut nyawa Chesi dua bulan uang lalu. "Lebih jahat perempuan ini" ucap Zaire mengingat energinya lebih besar dibandingkan energi Arumi. "kenapa bisa? Padahal dari segi penampilannya sepertinya lebih menyeramkan Arumi" "penampilan itu tidak biasa di lihat seberapaa jahatnya mereka tapi energinya, semakin besar energi negatif mereka semakin juga tinggi kejahatannya" "kalau energi positif?" "sama saja, tapi yang paling bisa mudah dirasakan tingkatnya itu energi negatif, itu menurutku" "lalu lo tau Zai apa yang dia lakukan sampai energi negatifnya sebesar itu?, contohnya Arumi dia mengambil jiwa yang memasuki hutan itu, lalu dia? " "aku tidak tau apa yang dia lakukan, tapi menurutku dia mempunyai kebencian yang sangat amat mendalam sampai akhir hidupnya, dan kemungkinan kisah hidupnya lebih suram dibandingkan Arumi" ujar Zaire yakin. "apa ini lebih bahaya Zai?" tanya Nando yang diangguki Zaire. "sepertinya" "apa kita berdua itu tidak apa apa?" tanya Nando. "Tidak apa apa" angguk Zaire. "lalu rencana lo setelah ini?" tanya Nando. "aku tidak tau pasti, karna aku belum tau pasti siapa perempuan itu sebenarnya, kenapa dia mengincar Hara" ujar Zaire. "lalu kita akan cari tau bagaimana?" tanya Nando. "mau mengantarku ke rumah kakekku yang ada di Yogyakarta?" tanya Zaire mengingat rumah kakeknya berada di kota ini. "ke rumah kakek lo? Untuk apa?" "aku ingin mencari buku atau apa yang berhubungan cara berkomunikasi dengan mereka" "lo bisa kan Zai?" "bisa, tapi tidak dengan energi yang sangat besar" "Baikalah, Kapan kita Kesana?" "Besok pagi, tapi sebelum itu kita kerumah sakit dimana Hara dirawat" "lo Gila Zai? Tante Harum nanti bakal ngusir lo!" bantah Nando. "aku gak bakal muncul dihadapan tente Harum" "lalu?" "aku hanya ingin memastikan tubuh Hara, baik baik saja" jawab Zaire. "Oke besok kita kesana" angguk Nando. "Nan, kotak merah itu dalamnya ada kertas..." gantung Zaire, dia baru saja mengingat kertas milik Hawa itu. "Apa isinya?" jawab Nando menatab Zaire lekat. "bentar" ucap Zaire yang kemudian berjalan keluar dari kamar Nando mengambil kotak itu dikamarnya. Setalah beberapa menit Zaire pun kembali dari kamarnya dengan membawa kota merah itualu Zaire pun membukanya dan memberikan kertas tadi kepada Nando. Nando membaca isi kertas itu, kedua matanya mengerut setelah membaca kertas itu, "jadi Hawa tau tentang perempuan itu dari awal?" tanya Nando. "Ya, sepertinya seperti itu" angguk Zaire, "Tapi dia masih setengah tak percaya, " sambung Zaire. "jadi perempuan itu adalah perempuan yang berada menetab dirumah Hawa?" tanya Nando. "Ya, sepertinya rumah itu dulu bekas pembunuhan atau sebagainya," "Apa lo pernah ngerasain energi yang sangat besar disalah satu ruangan rumah itu Zai?" tanya Nando. Zaire terdiam berfikir sejanak, namun sayang rumah itu tidak ada ruangan yang energinya besar kecuali kamar Hara, kamar yang dari dulu energinya selalu besar. Zaire tak tau itu kamar bekas apa, yang terpenting jika Zaire berada di kamar itu selalu saja panas. "Cuman di kamar Hara" ucap Zaire. "Apa di ruang bawah tanah mungkin?" "tidak ada ruang bawah tanah dirumah itu" geleng Zaire mengingat tidak ada ruang bawah tanah di rumah itu. "bisa jadi rumah itu tepat di kamar Hara pasti bekas sesuatu hal yang buruk" ucap Nando. "Tidak Nan," geleng Zaire ragu dengan ucapan Nando. "Maksud lo Zai?" "jika kamar Hawa adalah salah satu tempat dimana hal buruk itu terjadi, pasti aku merasakannya, bahkan mungkin aku mendapatkan penglihatan itu di kamar itu" ucap Zaire. "Apa mungkin, ada salah satu ruangan yang terhubung dengan kamar Hara?" "Ya, seperti yang kamu bilang Nan, ada salah satu ruangan di kamar Hara, bisa jadi ruangan bawah tanah" "Jika memang seperti itu, apa kita harus kesana kembali di rumah itu?" tanya Nando. "Tidak, sebelum tante Harum memeperbolehkannya sendiri" geleng Zaire, dia tak mau tante Harum menjadi mwmbinya karna lancang masuk kerumahnya. "tapi Zai, kalau kayak gini, sama.saja kita menunda waktu" "Sebelum itu kita selidiki siapa perempuan ini, asal mana dia, dan tentu siapa Namanya" "kenapa cari namanya?" "agar aku dapat bisa berkomunikasi dengan mudah dengannya" "lalu bagaimana cara lo tau nama dari dia?" "Aku akan seharian ini berdiam di kamar," bangkit Zaire yang kemudian mulai berjalan keluar dari kamar Nando, "jangan ganggu dulu Nan, aku mau fokus" ucap Zaire yang kemudian menutub pintu kamar Nando dan berjalan menuju kamarnya. Sedangkan Nando dia mulai menghembuskan nafas berat, menatab kotak merah milik Hawa dihadapannya, "lo dimana Wa?, Zaire dan Hara sedang butuh bantuan lo" gumam Nando menatab foto Hawa disana. Disisi lain Zaire mulai menutup, pintu kamarnya, lalu dia pun mulai berbaring ditempat , membuka labtopnya dan menutub kedua matanya perlahan, "Siapa perempuan itu?" gumam Zaire yang kemudian terlelap dalam tidurnya. *** Zaire membuka kedua matanya, lalu dia pun menatab ponselnya yabg sudah menunjukkan pukul 17.45, sial Zaire ketiduran 6 jam lamanya. Dengan keadaan panik pun fia mulai bangun dafi tidurnya dan berlati menuju kamar mandi untuk mandi. Sepuluh menit kemydian Zaire keluar dari kmar mandi dengan muka masam, kenapa dia sama sekali tak mendapatkan penglihatan?, sungguh sial dia malah tertidur di siang siang bolong. "Dasar bukan tidur Zai fokus, kenapa tadi tidur?" protes Zaire yang kemudian mengambil sisir di tas dan mulai menyisir rambutnya. Kini Kedua mata Zaire tertuju pada sekantong plastik yang ada di meja tak jauh darinya, dia pun mulai berjalan menuju meja tersebut dan membuka plastik itu. Satu kotak nasi geprek didalamnya, Zaire mengerutkan kedua matanya, bingung siapa yang memberi dirinya makanan ini? Zaire tak tau itu. Namun saat Zaire mengangkat kotak itu, ada sekertas surat didalamnya. Zaire mengambil kertaa itu dan membaca isi kertas itu. Kalau udah bangun makan, biar gak sakit. Kalau lo sakit entar gue yang repot. Nando "Sial" geleng Zaire yang kemudian mulai memakan makanan itu, teringat jika sendari pagi dia belum makan apa pun. Sembari makan, Zaire juga memikirkan dimana dia bisa mendapatkan penglihatan, karna menurutnya itu sekarang sangat penting sekali. Dia tidak bisa kembali kerumahnya itu, bagaimana pun dia juga harus mengandalkan mata batinnya ini. "Zai" panggil Nando yang baru saja masuk kedalam kamar Zaire. "Nando kenapa?" tanya Zaire menatab Nando yang berjalan menujunya. "udah dapet penglihatan?" tanya Nando yang membuat Zaire mengangguk lemah. "Belum" "baiklah, jadi besok kita jadi di rumah kakekmu?" tanya Nando yang diangguki Zaire, " Apa Kakek mu juga bisa melihat mereka Zai?" tanya Nando. "Ya, aku juga ingin memanggil Hawa untuk menanyakan sesuatu padanya" "Hawa?" "semoga bisa" "kapan kamu akan memanggilnya?" "besok saat kita berada di rumah kakek, mungkin ada pentunjuk disana bagaimana memanggil makhluk astral," jawab Zaire. "Baiklah," angguk Nando. "Nan apa kamu tidak keberatankan?" tanya Zaire menatab Nando. "dengan?" "maaf selalu merepotkan mu" tunduk Zaire. "tidak ini keputusan gus sendiri Zai untuk ngikuti lo sampai disini" ucap Nando meyakinkan. "Makasih" senyum Zaire. "yaudah gue kembali ke kamar,ini minum buat lo" ucap Nando yang memberikan sebotol besar air putih kepada Zaire dan kemudian Nando keluar dari kamar Zaire. Zaire menatab datar air meneral dihadapannya itu, Nando sangat baik kepadanya dari awal sampai sekarang kepadanya, "Makasih Nan" gumam Zaire yang kemudian berjalan menujun tong sampah yang tak jauh darinya dan membuang kerdus bekas makanan tadi. Setelah itu Zaire pun berjalan menuju Wastafel yang berada di kamar mandi. Zaire mencuci tangannya di air mengalir di kran wastafel. Tapapan Zaire tertuju pada air itu, bahkan tatapannya tak bisa teralih dari air itu. Dia merasakan hal yang aneh, tadinya air nya dingin, namun lama lama air itu hangat, dan sedetik kemudian mata Zaire membuka lebar lebar melihat darah yang mengalir di kran itu, spontan Zaire menarik tangannya dan menatab tanganmya yang kini penuh dengan darah entah darah siapa itu. Namun saat dirinya menatab kaca, lagi lagi Zaire dibuat terkejut dengan tulisan darah yang tertulis kaca itu. DIA AKAN MATI BRUK Zaire menatab laki laki yang terjatuh dari langit langit, saat mengenal wajah laki-laki itu, Zaire berteriak kencang menatab laki laki itu sudah berdarah di kepalanya, "NANDO" tangis Zaire yang mulai berlari menuju Nando. Namun belum saja berlari menuju Nando, tubuh Zaire terdorong kebelakang hingga dirinya terbentur ditembok dikamarnya itu. "Awhh" rengek Zaire kesakitan. Namun tak lama Zaire menatab perempuan berbaju hitam itu berjalan munujunya, dengan kesakitan Zaire mulai bangun dan berlati menuju tubuh Nando, namun saat berlari tubuh Nando terangkat dan keluar dari jendela, yang membuat Zaire berteriak dengan tubuh yang lemas. "NANDO" teriak Zaire yang terbangun dari ketidak sadarannya. Zaire terbangun dengan nafas terengah engah, dia pun mulai mengambil minuman dimeja samping kasurnya, dan mulai meminumnya. Setelah minum, kedua mata Zaire teralih pada labtopnya yang ada dipangkuannya, terdapat satu kata yang dia tulis tadi. "Seline" ucap Zaire membaca kata itu. Namun satu detik setelah dirinya mengatakan nama itu, tubuh Zaire menegang begitu saja. Kini Zaire melihat perempuan berbaju hitam itu yang berdiri dihadapannya, "Siapa kamu?" teriak Zaire lantang yang membuat perempuan berbaju hitam itu berteriak. "Seline" teriak perempuan berbaju hitam itu yang membuat Zaire faham siapa nama perempuan berbaju hitam itu adalah Seline, namun sesat Selin menghilang dihadapannya yang membuat Zaire membuka kembali kedua matanya. "Seline" gumam Zaire yang kemudian bergegas berlari menuju kamar Nando. Sesampai didepan kamar Nando, Zaire pun langsung membuka kamar itu. Langkah Zaire berhenti menatab Nando yang sedang menonton tv yang membuat ingatan Zaire beralih pada penglihatannya tadi. "Zai ada apa?" tanya Zaire yang membut Zaire.menggeleng pelan. "aku tau nama perempuan itu" "Beneran Zai?" tanya Nando yang beranjak dari tempat tidurnya. "Ya, dia adalah Seline" "Seline?, apa itu benar?" tanya Nando yang diangguki Zaire. "Berarti besok kita mulai berkomunikasi dengannya?" tanya Nando yang diangguki Zaire, "Yaudah yok makan, nih gue tadi beli makan nasi gudeg disebrang" "Makan malam?" tanya Zaire ragu. "Siang Zai, lo aja baru ninggalin kamar gue tadi, dua jam uang lalu" ucap Nando yang membuat Zaire mengerti. "Yaudah makan nih" ucap Nando yang memberikan nasi kotak berisi nasi gudeg kepada Zaire. "Makasih Nan" "Yahp, santai aja" Zaire dan Nando pun mulai memakan makanan itu, walau sendari tadi Zaire memikirkan penglihatannya tadi yang terjadi pada Nando, apa itu pertanda? Benar, Zaire juga tak tau pasti itu apa. Bagaimana pun Zaire harus benar-benar waspada, dia tidak mau hal itu benar-benar terjadi pada Nando. "kenapa Zai?" tanya Nando melihat Zaire yang sedang memikirkan sesuatu. "Gak papa" geleng Zaire. "Beneran Zai?" "Iya Nan" angguk Zaire. "Yaudah lanjutin makan, abis ini gue mau ngajak lo belanja untuk besok," "belaja makanan?" "Ya, oya juga gue juga udah nyewa mobil pemilik hotel ini untuk seminngu, jadi kita gak usah pakai taxi,mahal" ucap Nando yang diangguki Zaire. "Makasih Nan" "untuk?" "udah selalu baik sama Zai" tunduk Zaire. "hei Zai kitakan temen, " "tapi aku gak enak, Zai selalu ngrepotin kamu" "Gak, gue malah seneng, bisa bantu lo" jawab Nando. "makasih Nan" "udah Zai santai aja kalik" senyum Nando yang membuat Zaire tersenyum menatab Nando. Setelah selesai makan mereka pun mulai bersiap untuk pergi belanja makanan disalah satu mall yang ada di Yogyakarta. Zaire juga ikut bersama Nando, bagaimana pun dia harus disamping Nando, dia takut penglihatannya itu menjadi nyata nanti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD