^.^
Jya pulang ke rumah pada malam itu. Setelah puas jalan-jalan dengan ke empat sahabatnya, pergi makan, mereka nonton bersama, berbelanja dan diakhiri dengan makan lagi.
Sebenarnya mereka berkumpul itu karena sebentar lagi Nadia akan mengadakan akad nikah lebih tepatnya lima hari dari hari itu. Mereka merayakannya bersama seperti sebelum-sebelumnya jika salah satu dari mereka berlima ada yang akan menikah.
Saat ini Jya baru sampai di butik karena tadi dia meninggalkan mobilnya di sana sedangkan dia pergi berangkat bersama dengan Zika dan Rifa.
Beberapa jam yang lalu.
“Jya, hp kamu geter tu,” panggil Zika memberitahu Jya bahwa ponselnya yang dia letak di atas meja bertegar tapi Jya sendiri tidak menyadarinya karena dia terlalu fokus pada dessert yang sedang dia nikmati.
Ibu
Tertera kontak dengan nada Ibu di layar IPhone milik Jya. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Jya langsung menyambut panggilan itu tanpa dia beralih tempat duduk sebelumnya.
“Ya waalaikumsalam, ada apa Bu?” tanya Jya lebih dulu.
“….”
“Mungkin tidak, Jya masih ada pekerjaan di butik,” jawab Jya untuk Sarah.
“….”
“Masih bisa dua hari lagi, tenang saja sudah siap cuma tinggal pemasangan detail kecil,” jelas Jya pada penelpon.
“….”
“Iya, Jya siapkan. Tap—“
Belum selesai Jya menyelesaikan ucapannya tampaknya Sarah lebih dulu menyela ucapan sang Anak.
“….”
“Iya-iya, iya… Ibu Jya pulang, tenang saja— tapi agak terlambat, jangan tunggu Jya sampai rumah,” terang Jya berbicara pada sang Ibu yang ada di sebernag sana.
“….”
“Eum, iya ingat. Semalam hp Jya sempat hilang. Sekarang sudah ada— bukan yang baru masih yang lama kok. — iya-iya. Ok, assallamualaikum.” Setelah itu Jya mematikan panggilan dan meletakkan kembali ponselnya di atas meja di sampingnya.
Jya melihat kearah sahabatnya yang ternyata memandanginya.
“Iya aku pulang hari ini,” ucap Jya lebih dulu, sebab dia tahu sahabat-sahabatnya ini akan memaksanya untuk pulang ke rumah karena Jya sudah paling malas untuk pulang karena 6 bulan belakangan ini Aleta sering berada di rumah orang tuanya.
Tepatnya setelah 5 bulan setelah Aleta bercerai dengan suaminya. Aleta malah pindah ke rumah besar kembali, yang sebelumnya Aleta masih tinggal bersama anaknya yang berumur 5 tahun itu di sebuah rumah yang memang milik Aleta sendiri, tapi lama kelamaan dia selalu datang siang dan pulang malam dari rumah besar dan berakhir Ibu menyuruhnya untuk pindah saja kembali ke rumah besar, dan dengan senang hati Aleta pindah.
Tapi masalahnya ada pada kepindahan Aleta itu.
Jya masih tidak masalah Aleta pindah karena menurutnya dengan begitu rumah kembali ramai dan Ibu mereka tidak akan kesepian, ditambah adanya Sera yang sudah cukup aktif bermain berbicara dengan mereka. Jya merasa senang.
Tapi tidak berapa lama kesenangan itu dia rasakan.
Jya sibuk dengan dua pekerjaannya dan kadang dia juga meluangkan waktu untuk menulis buku. Jya kadang kurang tidur karena kesibukannya itu.
Kemudian masalah datang. Awalnya Jya merasa tidak terganggu dan suka rela untuk Aleta titipkan anaknya pada Jya, dan kadang Jya membawanya ke kantornya dan ditemani oleh staff untuk bermain.
Tapi dalam seminggu itu terjadi sebanyak lima hari dan dalam sebulan waktu Sera bersama Ibunya sendiri hanya paling sebanyak 6 hari dan itu berulang selama 3 bulan.
Jya terbiasa, mulai karena dia pun harus membiasakan diri. Dia senang ada Sera setidaknya dengan begitu ada alasan untuk dirinya sendiri yang butuh istirahat dan bermain bersama Sera.
Kemudian Aleta selalu memindahkan Sera ke kamar tidur Jya saat Jya bergadang harus mengerjakan proyeknya, atau design mural yang harus segera dia selesaikan. Malam-malamnya sedikit terganggu karena Sera yang dipindahkan ke kamarnya. Sera kadang merengek minta ditemani, mau tak mau Jya berpindah dari meja kerjanya menuju ranjang tempat Sera berada.
Jya ingin marah sebab semua Aleta lakukan tanpa alasan yang benar-benar penting.
Dia kadang ingin membantah, tapi sayangnya Ibunya membela bahwa Aleta kelelahan karena bekerja. Jya jadi sempat berpikir, apakah Ibunya memikirkan dia yang juga sibuk dengan pekerjaannya? Dia bukanlah orang yang suka bersantai ria. Walau begitu Jya tidak mengungkapkan kekesalaannya. Dia hanya diam menerima semuanya.
Beruntung jika Abyan pulang ke rumah dari pelayaran yang panjang. Jya bisa melonggarkan waktunya untuk merungus Sera karena Abyan akan membawa Sera dan tidak jarang Abyan juga membawa Sera dari Jya dan Jya bisa mengerjakan pekerjaannya dengan tenang.
Tapi tidak berlangsung lama, karena kadang Ibunya malah mengantarkan Sera kembali ke kamar Jya untuk ditidurkan di ranjang Jya, dengan alasan Ayah kecapean dan Ayah harus memiliki istirahat yang cukup.
Jya merasa tidak adil. Di saat Ibu kandung dari Sera tidur dengan nyaman di atas ranjangnya uang luas, Jya malah harus berkutat dengan dua kegiatan sekaligus, yaitu menemani Sera sampai tertidur dan mengerjakan pekerjaannya sampai menjelang subuh pun tiba.
Hingga akhirnya karena Jya tidak ingin berkelahi dengan Kakak dan Ibunya, Jya mengalah dengan jarang pulang ke rumah dengan alasan pekerjaannya yang membuat dia harus menginap di kantor pribadinya. Sedangkan Sera dia kembalikan dengan mau tak mau Aleta harus menerima kembali anaknya.
Tidak jarang ponsel Jya diam dari panggilan Aleta yang meminta Sera diambil dan ditemani oleh Jya. Jya jadi merasa bahwa dia sudah menjadi pengasuh atau malah menjadi ibu Sera yang asli karena Ibu Sera yang terlihat sangat abai pada anaknya sendiri.
Jya kasihan pada putri kecil itu. Dia ingin Sera bersamanya karena dia menyayangi keponakannya itu, tapi masalahnya itu terlalu menyenangkan untuk ibu anak itu sendiri sedangkan dia juga memiliki kesibukan yang cukup padat.
Belum lagi Aleta yang selalu mendatangi kantornya untuk membujuknya menerima pekerjaan di firma hokum mantan suaminya dengan tujuan agar Jya menjadi jembatan dan mata-mata untuk Aleta sendiri, dan hebatnya Aleta adalah dia bisa mempengaruhi Sarah dan Abyan untuk membujuk Jya bekerja di sana.
Selama setahun itu berulang. Jya tidak pernah mau menyakiti perasaan keluarganya, maka dari itu dia sering melarikan diri dari pada harus mendengarkan cemoohan dari saudaranya tentang dirinya.
Jya yang jarang pulang tapi berat badan Jya kembali naik beberapa kilo setelah turun drastic beberapa bulan sebelumnya. Setidaknya Jya merasa dia tetap sehat untuk dapat bekerja lembur.
“Kamu masih sering jagain Sera?” tanya Zika yang sedang mengemudi.
“Tidak lagi, sekarang sudah ada pengasuh buat jagain, sudah sekitar satu bulan kalau gak salah,” jawab Jya.
“Syukurlah. Dulu itu kasihan aku lihat kamu, muka kusam kantung mata besar menghitam, kurang istirahat banget,” ujar Zika lagi.
“Kami ini peduli ke kamu Jy, jadi kalau ada apa-apa kasih tau aja, jangan dipendam sendiri dikerjakan sendiri. Kaya kemarin kamu diam-diam aja yang susah kamu jugakan, kasihan sama badan kamu sendiri, Jy. Sampai masuk rumah sakit,” ucap Rifa ikut dalam di dalam percakapan.
“Engga lagi kok, aku juga gak mau masuk rumah sakit lagi,” balas Jya.
Ternggelam dalam percakapan sambil menuju butiknya Jya. Tidak terasa lama mereka pun sampai di depan bangunan butik berlantai dua itu.
“Makasih untuk hari ini, makasih juga udah mau jemput antar aku,” seru Jya.
“Kamu ini jangan gitu, nanti aku malas jemput antar kamu lagi. Sopan banget jadi orang,” balas Zika.
“Oh iya Jya, sampai lupa nyampein. Ini tadi Mas Darren katanya titip salam rindu,” kata Rifa.
“Bah! ada yang rindu ni yeee! Uhuy! Dah Jy gas gas! nanti kalau ada lamaran langsung terima aja!” celetuk Zika menggoda Jya.
Jya melotot dengan menahan senyumnya. Dia sudah biasa dengan sahabatnya yang bermulut petasan itu dan tidak pernah dia menganggap serius ucapan godaan Zika padanya.
“Waalaikumsalam,” jawab Jya kemudian.
“Ngomong-ngomong bule gadungan itu kapan pulang ke Indonesia, Rif?” tanya Zika pada Rifa.
“Gak tau, mungkin tahun baru. Tapi gak tahu aku…. Dia betah banget di LA sampai lupa pulang,” jawab Rifa.
“Terus darimana dia tau kamu lagi sama Jya?” tanya Zika lagi.
“Tapi aku posting i********: story,” jawab Rifa singkat.
“Oalah… oklah bentar lagi pulang itu pun Jy dia sabar ya…!” seru Zika lagi.
“Zik… udah ah aku mau masuk, sampai ke rumah jam Sembilan nanti,” ucap Jya melerai percakapan.
“Ok! Hati-hati ya, perjalanan jauh banget kaya pergi keluar negeri jadi jarang pulang!” seru Zika lagi.
“Berisik Zik!” balas Jya dengan suara tak kalah keras.
“Dah ayo pulang,” ajak Rifa.
“Siap baik ibu Direktur!” seru Zika.
“Hati-hati di jalan kalian. Zik! Jangan ngebut bawa bumil!” seru Jya.
“Siap Ibu designer!” balas Zika. Mobil putih itu pun berlalu dari depan bangunan butik milik Jya menyisakan Jya yang menatap pergi jauh mobil yang sudah hilang ditelan oleh tikungan.
Jya berbalik dan masuk ke dalam bangunan butiknya. Dia masuk ke dalam rumah untuk mengambil tas ipad dan tabung kertas kerjanya.
Setelah itu dia keluar dan menuju mobil miliknya.
Semua yang dia miliki saat ini tidak lepas dari perjuangannya dan para sahabatnya.
Sahabat-sahabat Jya adalah orang-orang berjasa padanya dan masa karirnya.
Setelah dia lulus dan mendapatkan gelas SAB. Dia tidak memutuskan menuruti perintah Aleta yang ingin dia bekerja di firma hokum mantan suami kakaknya itu. Tapi dengan begitu maka Ibu pun menolak dengan keras keinginannya untuk membuka usaha sendiri. Sarah tidak membantu Jya sama sekali untuk membangun toko yang Jya inginkan.
Beruntung walau secara diam-diam sang Ayah masih membantunya. Ditambah dia mendapatkan solusi bagus dari Rifa. Rifa membantunya lewat Suaminya itu.
Surya memiliki butik peninggalan sang Ibu yang tidak lagi berjalan dengan efektif. Terletak di pusat perbelanjaan kota. Butik itu terlihat sepi karena setelah meninggal Ibu Surya, tidak ada lagi anak yang dapat mewariskan selain Surya sendiri karena Surya adalah anak tunggal. Mau tak mau surya mewarisinya, dan dia juga harus mengurus perusahaan warisan sang Ayah yang sudah lama dia warisi setelah Ayahandanya meninggal dunia.
Surya berencana untuk menjual butik itu berserta namanya. Tapi dia mengurungkannya karena dia ingat betul sang Ibu sangat menyanyangi butik itu.
Betepatan dengan Jya yang ingin membuka toko baju. Rifa mendengarnya, dan mengusulkan untuk Jya mengambil alih butik almarhumah ibu mertuanya itu.
Awalnya Jya ragu, tapi keraguannya mustah setelah dengan terang-terangan Aleta menghinanya karena niatnya yang ingin membuka toko baju.
Lalu pada akhirnya, Surya dengan percaya menyerahkan butik bernama Sera N Jana itu pada Jya. Tentu dengan akad dan surat yang sah. Surya menjual butik itu berserta nama tapi dengan p********n berangsur oleh Jya. Surya tidak masalah karena jika dia pun yang mengurusnya dia bukan tidak paham tapi dia terlalu sibuk dengan perusahannya.
Jadilah sekarang, hutang sudah sebagian besar Jya bayarkan. Untuk konsep butik sendiri Jya tidak mengubah banyak hanya dia membuatnya lebih kekininan dan kesan mewah yang dia terapkan, itupun dari dana yang dia dapatkan dari tabungannya dan bantuan dari sang Ayah.
Setelah sekitar 5 bulan berjalan butik itu dengan kesibukan yang Jya alami dia hampir menyerah karena dia lelah. Tapi pada akhirnya dia tetap bertahan karena motivasinya dia tidak ingin diremehkan oleh Aleta.
Saat umur butik yang Jya ambil alih sudah 3 bulan Jya mencoba peruntungan dengan membuka layanan untuk design mural dinding dan Jya pun melanjutkan hasrat menulisnya yang sudah menjadi draf lama di dalam laptop semasa kuliahnya dulu.
Awalnya lelah tapi karena pemesan jasa yang banyak Jya pun kembali semangat. Beruntung, sekarang konsep milenial tidak jarang mengusung tema yang unik untuk bangunan baru baik itu bidang perkantoran maupun perekonomian pangan, dan itu sangat membantu Jya untuk berdiri kokoh dengan kakinya sendiri walau awalnya ditopang oleh para sahabatnya.
Jya tersenyum kecil sambil melajukan mobilnya keluar dari jalanan pusat perbelanjaan kota.
Perjalanan memang harus menempuh 30 atau sampai 40 menit dengan jalanan normal tanpa hambatan tapi bisa sampai 1 jam lebih jika terjadi kemacetan. Jika perjalanan malam maka jalanan terbilang sepi, jalanan lancar, Jya bisa mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang paling lama hanya akan menempuh waktu 40 menit untuk sampai ke kediaman Abyan dan Sarah.
Setelah perjalan ditempuh benar menghabiskan waktu 40 menit. Jya akhirnya sampai masuk ke dalam jalan besar perumahan kedua orang tuanya.
Sampai mobil terparkir di halaman rumah orang tuanya. Jya keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah.