"Kenapa Rhys bisa dengan tiba-tiba dekat dengan manusia?" Kai meremas pinggiran pembatas sebuah gedung yang ia singgahi bersama dengan rekan-rekannya.
"Seperti yang kau tahu, semua itu pasti bermula dari kejadian sewaktu di hutan yang waktu itu. Kau ingat, dulu Rhys sempat mengalami cedera di kakinya dan bersamaan dengan itu dia bertemu dengan seorang gadis dan gadis itu menolongnya." Hugo menjawab seraya menatap Kai dari belakang.
"Tapi, Kai. Kurasa kita tak bisa menganggap gadis itu lemah. Kita tak tahu bagaimana kekuatan manusia yang sebenarnya. Mungkin benar jika sebagian dari manusia itu lemah, tapi yang kulihat, perkembangan teknologi dan peradaban di bumi sudah sangat maju yang artinya, otak manusia juga mengalami kemajuan dan kita tak bisa sembarangan meremehkan mereka semua," sambung Denzel.
Salah satu sudut bibir Kai perlahan naik, lalu pria itu berkata, "jika saat ini Rhys memang berada di pihak manusia dan dia memang berniat meminta bantuan dari gadis itu, maka semuanya akan berjalan dengan mulus."
"Kita bisa melaporkannya pada raja—"
"Tidak, Denzel. Aku tidak mau semuanya berakhir dengan terburu-buru. Aku ingin bermain-main dulu di planet ini, memberikan pelajaran kecil kepada Rhys, dan juga gadis lemah yang berani ikut campur itu," ujar Kai menginterupsi. Ia menyeringai tipis, membuat wajahnya terlihat lebih jahat dari sebelumnya. Pria itu lalu menatap ke atas langit menatap bintang-bintang yang sudah bersinar bersama dengan bulan. Langit yang cerah di malam ini membuat semuanya terlihat jelas.
"Aku akan melakukan apapun demi kelangsungan hidup Betelgeuse, termasuk menghancurkan planet lain. Jika menghancurkan bumi ini akan membuat energi Betelgeuse kembali, maka aku akan dengan senang hati melakukannya." Kai kembali berujar.
***
Isla menatap pintu rumahnya yang baru saja ditutup. Ibunya baru saja berkata kalau ia memiliki janji dan menemui temannya di suatu tempat. Maria sempat mengajak Isla namun putri semata wayangnya itu menolak dan memilih untuk berdiam diri di rumah.
Selain karena udara di luar yang dingin, Isla juga tak ingin meninggalkan Rhys sendirian karena ia tak mungkin turut membawa Rhys ke acara pertemuan ibunya.
"Ibumu sudah pergi?"
Isla terkesiap saat mendapati Rhys yang sudah berada di sebelahnya. Gadis itu hampir saja menjerit dan memukul kepala Rhys namun beruntung karena ia berhasil menahan dirinya dan kejadian memalukan itu tidak benar-benar terjadi.
"Astaga, kau membuatku terkejut," ujar Isla seraya mengusap dadanya. "Ibuku baru saja pergi. Oh, iya. Kau lapar? Mau makan sesuatu?" tanyanya.
Rhys menggelengkan kepala. "Aku masih kenyang," jawabnya. Layaknya saat menjadi seekor anjing, Rhys mengikuti ke mana pun Isla pergi. Ia bahkan ikut duduk di sofa yang sama dengan Isla, membuat mereka berdua duduk bersebelahan.
Kedua mata Rhys menatap serius benda persegi berukuran besar di depan sana. Benda itu menyala, menampilkan berbagai macam gambar dan juga suara.
"Bagaimana caranya semua manusia itu masuk ke dalam sana?" tanya Rhys dengan raut wajah yang kelewat penasaran.
"Hah?" Isla dibuat melongo oleh pertanyaan pria di sebelahnya itu.
"Kenapa benda sekecil itu bisa memuat banyak manusia? Kau menyuruh mereka semua untuk masuk ke sana? Kau membayar mereka untuk itu?"
Tawa Isla pun seketika meledak, membuat Rhys terkesiap karena tawa nyaring gadis di sebelahnya.
"Itu namanya televisi. Semua manusia yang kau lihat di sana, tidak benar-benar masuk ke dalam. Mereka melakukan shooting sebelumnya. Dan itu dibantu oleh kamera."
"Ah, benda yang seperti milikmu itu? Yang selalu kau bawa ke hutan?" ujar Rhys antusias.
"Hmmm ... yah, seperti itu, hanya agak berbeda jenis. Pokoknya dari benda yang bernama televisi itu, semua orang bisa mendapat berbagai informasi, bahkan menonton banyak film seru," ujar Isla.
"Wah ... " Rhys menatap kagum benda di depan sana. "Peradaban manusia benar-benar sudah maju."
"Aku ingin tahu, memangnya kehidupanmu di Betelgeuse seperti apa? Maksudku, peradaban di sana tidak seperti di Bumi?" kini giliran Isla yang bertanya.
"Tidak, kehidupan kami di sana biasa saja. Tidak ada teknologi secanggih di bumi," jawab Rhys.
"Ah, aku paham sekarang. Kurasa kehidupan kalian di sana itu masih sama seperti di zaman-zaman mesir kuno. Apa dugaanku benar?" Isla melipat kedua tangannya di depan d**a.
Kedua alis milik Rhys saling bertaut. "Mesir ... apa? Apa itu?"
Kedua mata Isla membulat sebelum akhirnya gadis itu menepuk keningnya dengan tangan. "Sudahlah, lupakan. Aku jelaskan berapa kali pun kau pasti tak akan paham. Intinya, kehidupanmu di sana pasti seperti kehidupan lama di bumi yang belum semaju sekarang. Tapi aku yakin kalau kalian adalah orang-orang yang hebat," ujarnya.
Rhys hanya tersenyum tipis, "terima kasih. Aku sempat mendengar kabar kalau manusia adalah mahluk yang jahat, tapi kurasa berita itu salah. Ternyata masih ada manusia yang berperilaku baik sepertimu."
"Astaga, kabar dari mana itu? Benar-benar memalukan bahkan sampai terdengar ke luar angkasa," ujar Isla, lalu mereka berdua pun tertawa. "Oh, iya. Ada satu hal yang ingin aku tanyakan padamu, Rhys."
"Soal apa?"
"Kenapa saat kau mendarat ke bumi, kau memilih untuk mengubah wujudmu menjadi seekor anjing? Maksudku, kenapa kau tidak melawan Kai dan yang lainnya?" tanya Isla.
"Lukaku saat itu sangat parah jadi mau tidak mau aku harus mempertahankan diri dan bersembunyi di sana sampai kondisiku benar-benar pulih kembali. Jika aku memaksakan diri untuk melawan mereka, maka aku hanya akan mendapat kekalahan dan hancur sendiri di hutan itu. Kai mungkin akan membuat laporan yang tidak jelas kepada Raja."
"Raja? Di sana ada seorang raja?"
Rhys mengangguk, "Hm. Di sana ada seorang raja yang memimpin kami. Namun seiring berjalannya waktu, raja kami semakin menua bersamaan dengan terkurasnya energi betelgeuse yang membuat cahayanya semakin redup dari hari ke hari. Dan hal itu memungkinkan semua penduduk betelgeuse saling berlomba mempertahankan Betelgeuse, mereka mencoba menarik perhatian raja agar mereka diangkat menjadi raja berikutnya, walau harus melalui cara yang sangat kotor dan licik, termasuk membunuh satu sama lain."
"Ah, jadi itu yang dilakukan oleh Kai dan yang lainnya," ujar Isla.
"Iya, kau benar. Tapi aku tak ingin jika sampai harus menghancurkan planet lain demi kelangsungan Betelgeuse, karena aku yakin pasti ada cara yang benar-benar sehat agar energi milik Betelgeuse bisa kembali seperti semula. Selama semuanya dilakukan secara bersama-sama, pasti akan lebih mudah. Hanya saja, Kai sekarang sudah tak sejalan denganku dan kami harus saling melawan. Dia benar-benar sudah kehilangan kendali karena sebuah tahta tertinggi."
"Tapi kurasa, jika Kai memang bisa membuat Betelgeuse kembali dan ia diangkat menjadi raja, itu semua tidak menjamin kelangsungan hidup betelgeuse akan bertahan lama. Bagaimana jika ternyata dengan Kai yang menjadi raja yang baru, itu justru akan menjadi pintu kematian betelgeuse yang sesungguhnya? Untuk itu, kita harus melakukan sesuatu. Selain karena Bumi, aku juga tak ingin sosok seperti Kai menyengsarakan orang lain," jelas Isla.
—TBC