14. Janji

1318 Words
Isla menggigit permen kapas yang ia beli beberapa saat yang lalu bersama dengan Teresa. Mereka berdua menghabiskan waktu di sebuah taman bermain. Keduanya memang cukup sering menghabiskan waktu bersama setiap kali akhir pekan tiba. Jika sedang tidak ada tugas, maka keduanya akan langsung membuat rencana pergi berdua ke beberapa tempat untuk menghabiskan waktu. “Beberapa hari terakhir hujan terus saja turun di Goteborg, sementara ramalan cuaca selalu berkata kalau cuaca akan cerah sepanjang hari.” Teresa terlihat menggembungkan kedua pipinya dan terlihat kecewa. Gadis itu dan keluarganya sudah merencanakan liburan bersama namun selalu berakhir gagal karena terhalang cuaca yang buruk. Padahal awalnya Teresa begitu senang karena sang ayah sedang memiliki waktu luang bersamanya. Isla memelankan tempo kunyahannya begitu mendengar ucapan Teresa barusan. Gadis itu mendadak merasa tidak nyaman, entah kenapa. Ia merasa kalau cuaca yang mudah berubah akhir-akhir ini itu karena kedatangan makhluk Betelgeuse juga. Isla tak menceritakan tentang itu semua karena ia beranggapan kalau Teresa tak akan mudah percaya degan hal seperti itu, yang menurutnya memang hanya terjadi di dalam film-film. “Aku benci minggu ini.” Teresa kembali berujar dengan diiringi helaan napas berat. ‘Oh, iya. Jadi bagaimana?’ Kedua mata milik Isla mengerjap lalu beralih menatap sahabatnya. “Ha? Apa?’ Teresa mendadak menyeringai tipis, lalu menyikut-nyikut pelan lengan milik Isla hingga sahabatnya itu menautkan kedua alisnya karena tak paham dengan yang dimaksud oleh Teresa. “Apa yang sedang berusaha kau katakan?” ujarnya. “U know what i mean, Isla. Ini soal Alex.” Teresa menjawab secara terang-terangan, membuat Isla langsung mendelik sealahnya. “Kumohon jangan bahas itu sekarang, Teresa. Aku sedang tak ingin membahasnya. Dan kau sendiri kenapa kau begitu bersikeras menjodohkan dengan si Alex itu. Kenapa malah kau yang sibuk mengurusi kami? Dia sendiri bahkan tak masalah jika hanya sekadar berteman denganku.” Isla membuang napasnya pelan. “Ayolah, Isla. Kalian berdua itu cocok sekali. Aku mendukung sekali jika kalian memiliki hubungan spesial.” Teresa semakin gencar menyikut lengan Isla hingga membuat gadis itu semakin merasa tak nyaman berlama-lama di dekatnya. “Aku tidak menyukainya, Teresa. Jadi hentikan itu.” Isla mau tidak mau sampai berpindah tempat ke kursi lain demi menghindari Teresa yang semakin gencar menggodanya. Sementara itu Teresa tertawa pelan. “Kalau begitu aku ke toilet sebentar, ya. Kau tunggu di sini. Kurasa aku terlalu bersemangat menggodaimu sampai aku ingin buang air, haha.”Teresa beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju toilet. Isla menatap kepergian sahabatnya degan kedua pipi yang kembali menggembung. “Dia itu, dasa. Kenapa keras kepala sekali? Aku bahkan sudah mengatakannya beberapa kali.” “Mengatakan apa?” Isla menoleh ke sumber suara dan ia terkejut saat melihat lelaki bernama Kai yang sudah duduk di sebelahnya, entah sejak kapan. Hal itu membuat Isla secara refleks menjauhkan tubuhnya namun Kai dengan terang-terangan menarik pinggangnya hingga tubuh mereka saling menempel, membuat orang-orang menatap ke arah keduanya. Isla yang merasa tak nyaman mencoba melepaskan tangan Kai namun tenaga gadis itu tak sebanding dengan lelaki yang kini tengah menyeringai tipis itu. “Diamlah. Lihat, orang-orang melihat ke arah kita.” Kai mengambil sebagian kecil permen kapas yang berada di tangan Isla lalu memasukkannya ke dalam mulut. Isla melihat ke sekitarnya dan gadis itu berhenti berontak saat beberapa pasang mata benar-benar sedang memandang ke arahnya. Melihat ekspresi Isla, Kai terkikih pelan. “Apa maumu?” ujar Isla seraya melirik lelaki di sebelahnya tajam. “Kau menyembunyikan Rhys di kamarmu, kan?” Isla menahan napasnya sejenak, lalu menjawab, “tidak. Sudah kubilang kalau aku tidak mengerti apa yang kau katakan.” Kai kembali terkikih. Di detik itu juga, Isla merasakan denyutan hebat di d**a sebelah kirinya. “Ingat, Nona. Kau tak bisa berbohong dariku. Ah, atau kau ingin aku datang lagi ke rumahmu dan memorak-porandakan semuanya?” Kedua mata milik Isla seketika membulat. “Kau- jangan berani-beraninya kau melukai ibuku!” “Kalau begitu katakan pada Rhys, kalau aku sudah menunggunya. Ingat, dia memiliki janji denganku. Kalau tidak, aku akan menghancurkan Bumi hingga berubah menjadi kepingan paling kecil, atau mungkin membakarnya terlebih dahulu.” Salah satu sudut bibir milik Kai naik, membuatnya terlihat semakin menyeramkan. Isla menggigit bibirnya. “Kenapa kau-“ Kalimat gadis itu seketika terputus saat sosok Kai menghilang entah ke mana. Gadis itu menatap ke sekitar berusaha menemukan Kai namun ia tak menemukannya di sana. Lelaki itu benar-benar sudah menghilang. Hal itu membuat Isla menelan ludah seketika, sekaligus membuat bulu kuduknya meremang. Bisa-bisanya dia bertemu dengan makhluk seperti itu. Dan kenapa dirinya jadi terlibat? “Isla?” Teresa yang baru saja datang pun bingung melihat Isla yang terlihat sedang mencari seseorang . “Kau mencari siapa?” tanyanya. “Eh? Ah, tidak.” Isla tersenyum tipis dan membenarkan posisi duduknya. Rasa sakit di d**a sebelah kirinya juga sudah hilang tanpa ia sadari. *** “Ibu melihat Rhys- maksudku, anak anjing itu?” Isla menuruni anak satu per satu anak tangga dengan terburu-buru. Maria yang baru saja selesai membersihkan halaman itu seketika mengerutkan dahi. “Anak anjing itu? Bukankah dia ada di dalam? Ibu tadi memberinya makan sebelum membersihkan halaman rumah,” ujarnya. Isla mengusap rambutnya kasar. Gawat jika Rhys sampai kabur dan berkeliling di sekitar komplek rumahnya. Masalahnya beberapa tetangganya ada yang memelihara anjing-anjing berukuran besar. Bisa-bisa Rhys babak belur dibuatnya. “Kalau begitu aku akan mencarinya terlebih dahulu.” Isla langsung berlari keluar, mengabaikan panggilan Maria di belakang sana. “Astaga, dasar ceroboh. Bagaimana jika dia tersesat dan bertemu dengan anjing-anjing galak? Atau parahnya bertemu dengan anak-anak yang nakal?” Isla menatap ke sekelilingnya dan berusaha menemukan keberadaan Rhys, namun lelaki yang ia yakini masih dalam wujud anjing itu tak terlihat sama sekali. Setelah beberapa menit mencari, Isla terpaksa berhenti karena ia kelelahan. Gadis itu mengatur napasnya yang tersengal tanpa melepas pandangannya dari sekitar. “Sedang apa kau di sini?” tanya seseorang. Isla menoleh dan ia mendapati Rhys sedang duduk di sebuah bangku panjang yang terletak tak jauh dari posisi Isla. Gadis itu dengan buru-buru mendekatinya. “Kenapa kau asal pergi dari rumah? Astaga, aku khawatir kau tersesat. Setidaknya kau harus mengatakannya padaku kalau kau ingin pergi keluar dari rumah. Apalagi kakimu kan masih sakit.” Rhys berkedip dua kali mendengar celotehan gadis yang berada di depannya. “kau khawatir padaku?” “Hah? Ma-maksudku, kau akan menyusahkanku jika sampai tersesat. Aku tidak tahu kalau kau sudah mengubah wujudmu. Kupikir kau masih menjadi anak anjing, akan sangat merepotkan jika kau kutemukan sedang dianiaya oleh anjing-anjing lain.” Isla berdeham pelan sebelum duduk di sebelah Rhys. “Aku keluar karena aku khawatir padamu.” Isla menolehkan kepalanya pada Rhys. “A-apa?” “Aku merasakan hawa keberadaan Kai jadi aku buru-buru memutuskan keluar dari rumah. Tapi ternyata kakiku masih tak kuat untuk dipakai berlari jauh. Aku sempat bertemu dengan anjing-anjing galak seperti yang kau bicarakan tadi, tapi karena aku tidak ingin menyakiti mereka jadi aku putuskan untuk mengubah wujudku,” jelas Rhys. Lelaki itu menatap Isla lalu kembali berkata, “Kai tadi menemuimu, kan?” Kepala Isla mengangguk perlahan. “Kau tak apa? Apa dia melukaimu lagi?” tanya Rhys. “Tidak, dia tidak melakukan apapun. Hanya saja, tadi dia menanyakan keberadaanmu dan memintamu untuk segera menemuinya karena kau memiliki sebuah janji.” Rhys membuang napasnya pelan. “Seharusnya kami berdua, dan juga yang lain tidak melakukan banyak tingkah di Bumi. Kami hanya ingin melihat seberapa persen Bumi bisa membantu kelangsungan Betegeuse tapi nyatanya memang tidak bisa membantu, walaupun jumlah hidrogen di Bumi sangatlah melimpah namun di planet ini sudah terdapat kehidupan yang seharusnya tidak diusik oleh pendatang asing mana pun.” “Lalu apa yang akan kau lakukan setelah ini? Kau tidak bisa begitu saja pergi dari Bumi karena rekan-rekan jahatmu tidak akan berhenti begitu saja.” “Aku tahu, untuk itulah aku akan menghentikan Kai dan juga yang lainnya, sebelum akhirnya benar-benar kembali ke Betelgeuse,” ujar Rhys. “Sebenarnya aku tidak memiliki niat seperti ini pada awalnya. Namun, Isla. Mungkin aku membutuhkan bantuanmu.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD