Chapter. 8

1048 Words
Tiga bulan kemudian. Hari ini merupakan hari yang paling Ares tunggu-tunggu. Setelah melaksanakan tugas sebagai seorang guru, akhirnya Ares mendapatkan libur selama dua pekan. kesempatan itu Ia gunakan untuk mengunjungi kedua orang tua dan adiknya yang berada di Jakarta. Awalnya Ia mengajak Zain, walau sekedar untuk refreshing, namun Zain yang tak tega meninggalkan Ibunya sendiri akhirnya memilih untuk tidak ikut. Disinilah Ares saat ini. Dengan menenteng sebuah ransel yang Ia kalung kan di kedua lengan bagian belakangnya, Ia pun melangkah kaki meninggalkan bandara "SUTTA" dengan menaiki taksi online. Ares sengaja tak memberi tahu kedua orang tuanya tentang kepulangannya kali ini. Ia bermaksud ingin memberi kejutan. Ditengah perjalan tiba-tiba terjadi macet yang berkepanjangan, membuatnya mendengus kesal dan membuat perutnya terasa lapar. Seketika Ia menoleh ke sebuah warung sederhana tepat di tepi jalan dimana dirinya berada. Ia yang sudah sangat lapar karena tak sempat sarapan setelah sampai di bandara, akhirnya memutuskan untuk keluar dari taksi yang sebelumnya sudah Ia bayar. "Assalamualaikum..." ucapnya saat memasuki warung sederhana itu "Wa'alaikum Den...mau pesan apa???" Tanya wanita paruh baya itu pada Ares "Ada bubur ayam hangat nda Bu...??" "Oh ada Den...sebentar ya...silahkan duduk dulu..!! minumnya pake apa Den...??" "Teh hangat aja Bu..." Wanita paru baya itu pun mengangguk, kemudian meninggalkan Ares ke bagian dapur untuk menyiapkan pesanan. "Nis... buatin teh hangatnya ya Nduk..!! ibu mau siapin bubur dulu.." Ucap Bu Mini pada Danisa yang sedang duduk selonjoran dengan perutnya yang sudah mulai membuncit. ya! saat ini Ares sedang mampir di warung bubur ayam milik Pak Rustam dan Juga Bu Mini, dimana si warung itu juga ada Danisa. Namun karena perut Danisa yang sudah mulai membuncit, membuat Pak Rustam dan Bu Mini eksta siaga. Danisa hanya akan membuatkan teh hangat atau pesanan minuman lainya tanpa harus melayani di luar. "Tumben Nek...ada yang pesan Teh hangat..??? biasanya pesan jus atau kopi aja?!" Ucap Danisa yang sibuk mengaduk gelas. "Sepertinya Pemuda itu orang baru Nduk...soalnya baru kali ini nenek lihat dia mampir ke warung...!!" "ohhh...pantes minta Teh hangat, pasti dari perjalan jauh..!!" "Ya sudah....nenek antar pesanan dulu ya...!!" Danisa pun mengangguk. "Silahkan Den...!!!" Ucap Bu Mini menghidangkan bubur ayam dan teh hangat pesanan Ares. "Terimakasih Bu..!!!" Jawabnya dengan senyuman terbaiknya. Saat sedang asyik menikmati makanannya, tiba-tiba seorang Dokter masuk ke dalam warung. "Assalamualaikum. Bu Mini....!!!" "Wa'alaikum salam...ehhh Dokter Aftar...udah lama Dok???" "Belum Bu, baru saja sampai..." jawab Dokter Aftar terlihat ramah. "Apa ada yang bisa Ibu bantu Dok...!!"tanya Bu mini basa-basi. Wanita paruh baya itu sangat hafal mengapa Dokter tampan itu sering datang sepagi ini ke warung. Apalagi kalau bukan karena ingin bertemu Danisa.!!! kwkwkwk "Enggak ko Bu, aku hanya mau kasih vitamin sama s*s* Ibu Hami buat si gelis...soalnya kemarin kayanya dia lupa ngambil di apotek.." Jelas Dokter Afta. " Waaahhh...maaf ya Dok...udah repotin nih!??" ucap Bu Mini yang jadi tak enak karena Dokter Aftar sang pemilik Rumah Sakit yang langsung membawakan vitamin dan s*s* ibu hamil untuk Danisa. "Ya sudah Bu...salam aja buat si gelis...aku permisi dulu, soalnya lagi banyak pasien..!!" pamit Dokter Aftar. "Oh iya...iya...Dok...!!" interaksi keduanya tak luput dari pandangan Ares. Ia penasaran dengan si gelis yang dokter tadi tanyakan. Namun belum habis rasa penasarannya,ata Ares membulat saa melihat Danisa keluar dari pintu penghubung antara dapur dan ruang pelayanan. Dan yang paling membuat Ares terkejut adalah perut Danisa yang saat ini sudah mulai membesar. Tanpa ba bi Bu, Ares menghentikan acara makannya kemudian menghampiri Danisa dan memeluk mantan muridnya itu dengan begitu erat tanpa memperdulikan tatapan nyalang dari Bu Mini. Ya! Ares sebenarnya sudah jatuh hati pada Danisa sejak dirinya di tempatkan di sekolah SMA X tempat Danisa menimbah ilmu. Ketika Ares mulai mengajar di sekolah itu Danisa baru saja naik ke kelas tiga. Namun Ares mengurungkan niatnya karena Ia takut mendapat penolakan. Dan juga Ia takut jika Danisa akan menjauh darinya dan itu akan membuat dirinya pusing. Makanya demi mendapat perhatian Danisa, Ares lebih banyak memberi tugas pada Danisa, dengan alasan untuk meringankan pekerjaan teman-teman. Padahal sua itu Ia lakukan demi bisa dekat dengan Murid yang suda membuat dirinya jatuh cinta itu. Hingga saat kemalangan yang menimpa Danisa lima bulan yang lalu itu, menyisakan penyesalan yang begitu dalam pada diri Ares, karena tak bisa membantu menyelamatkan gadis pujaannya itu dari perbuatan Akbar dan kawan-kawannya. Apalagi setelah tahu jika Danisa adalah Adikdari sahabatnya. Mengetahui hal itu membuat Ares semakin merasa bersalah. "Kamu siapa???" Sentak Bib mini yang menarik paksa tangan Ares yang melingkar di tubuh Danisa. Saat pelukan itu terlepas, Danisa pun mendongakkan wajahnya dan menatap pria pujaan hatinya itu dengan lekat. "Pak Ares..." ucapnya begitu Lirih Senyum pun mengembang di wajah tampan seorang Ares. Ia tak menyangka akan menemukan Danisa di tempat ini. "Hey...kamu siapa???" Tanya Bu Mini lagi yang terlihat semakin kesal karena sejak tadi pemuda tampan itu tak menjawab pertanyaan nya malah senyum senyum menatap wajah cucu kesayangannya. "Ohhh...maaf...maaf Bu...perkenalkan saya Ares Bu..!!!" "Ares...??? tanya Bu Mini membeo. "Iya..Bu...saya Guru di sekolah Danisa dulu saat di Bandung!!!" "Apa???!!!" Bu Mini terlihat begitu terkejut. "Jadi kamu kenal dengan Cucu Nenek??? berarti kamu juga kenal keluarga Danisa???" tanya Bu Mini memastikan. "Ada apa Bu....suara ibu sampai terdengar di halaman Rumah Sakit..! Sarkas pak Rustam yang tak suka mendengar suara coreng Bu Mini jika wanita paruh baya itu marah-marah. "Eh Ini siapa??? ko pake peluk-peluk Cucu saya???" Tanya Pak Rustam saat menyadari keberadaan Ares yang saat ini masih merangkul bahu Danisa. "Maaf pak..saya Ares...saya guru Danisa waktu di Bandung...saya juga sahabat dari Abangnya Danisa..." "Ohhhh....begitu ya....!!! ya sudah...ayo duduk dulu!!" Akhirnya Pak Rustam mempersilahkan Ares untuk duduk. Namun yang membuat Pak Rustam dan Bu Mini mendengus yaitu, Ares yang tak mau melepaskan genggaman tangannya dari Danisa, meskipun Danisa sudah mencoba untuk melepaskan namun, gurunya itu tak ingin melepaskan, seakan takut jika Danisa akan kabur lagi. "Tangan cucu saya bisa di lepas ngga Den???" Ucap Bu Mini akhirnya saking gemesnya pengen mengetok kepala Ares yang masih belum sadar dengan kelakuannya Ares yang mengikuti arah pandang Bu mini pun perlahan melepaskan genggaman tangannya dari Danisa. "Maaf ya Nis..." Ucapnyaerasa tak enak karena sudah membuat Danisa tak nyaman. "Baiklah anak muda...sekarang Danisa adalah tanggung jawab kami....dan Bapak hanya perlu tahu apa alasanmu datang ke Jakarta..?? jangan bilang kalau kamu mau menjemput cucuku karena itu tak akan pernah aku ijinkan!!!" Ucap Pak Rustam terlihat begitu serius. Lho lho...maksud Pak Rustam ini apa coba..?? Ares jadi bingung juga...!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD