Chapter. 3

1185 Words
Menyusuri jalan yang tak jauh dari Rumah sakit tempat Ia menitipkan Danisa, Ares berharap bisa menemukan gadis malang itu. Ia tak tega melihat Ibu dari sahabatnya terus meraung meratapi nasib sang putri kesayangannya. "Ar....ini udah larut banget...sebaiknya kita pulang....kita bisa melanjutkannya lagi besok...!!! Lagian kasihan ibu, sepertinya Ia begitu sangat terpukul...!!" " Baiklah Za...!!!" Ares pun akhirnya mengantarkan Bu Risma dan juga Zain kembali ke rumah. Setelah itu Ia pun memutuskan untuk pulang. **** Di sekolah SMA X "Pak boleh saya bicara...??" Tanya Ares pada Pak Gunawan Kepala Sekolah SMA X. " Ohh iya..iya...Pak Ares..mari...Silahkan duduk" Pak Gunawan menyambut kedatangan Ares begitu ramah. Hari ini Ares memutuskan untuk mengungkap peristiwa memalukan ini kepada Pak Gunawan Ares yakin jika pelakunya pasti salah satu siswa di sekolah SMA X. "Pak... sebelumnya saya minta maaf jika apa yang saya sampaikan hari ini bisa membuat sekolah kita mengalami masalah..." Kening Pak Gunawan berkerut. " Apa maksud Pak Ares...???" "Saat ini salah satu murid terbaik kita mendapatkan pelecehan seksual oleh orang tak di kenal, dan kejadian itu terjadi di lingkungan sekolah kita pak, tepatnya di gudang sekolah." Mata Pak Gunawan membulat mendengar ucapan Pak Ares. "Mana mungkin Pak..!! Sekolah kita memiliki standar keamanan yang sangat ketat, mana mungkin ada orang jahat yang bisa masuk tanpa sepengetahuan tim pengawas..!!" Pak Gunawan merasa ragu mendengar penjelasan Ares, karena selama sepuluh tahun Ia menjadi kepala sekolah si SMA X, belum pernah ada kejadian pelecehan seperti ini. Apalagi Ia menyebarkan beberapa CCTV si tempat-tempat tertentu untuk mengontrol para Siswa. "Baiklah Pak...kalau begitu, bagaimana kalau saya meminta untuk mengecek CCTV sekolah...!!!" Ares yang sedikit kesal mendengar ucapan Kepala Sekolah akhirnya meminta untuk mengecek CCTV. Ia berharap bisa segera tahu siapa pelaku yang tega menodai Danisa. "Ohhh...tak segampang itu Pak...CCTV itu akan si cek setiap setahun dua kali. Dan kita sudah melakukannya tempo hari saat kasus pencurian uang kas sekolah. Jadi...maaf Pak Ares, untuk kali ini saya tak menginginkan anda..!!" Ares sekuat tenaga menahan emosinya. Ingin rasanya Ia lesakkan bogeman ke wajah kepala sekolah yang benar-benar tak punya hati nurani ini. Tapi Ia harus bersabar. Jika dengan cara halus tak di kabulkan, maka Ia akan menggunakan kekuasaan sang Ayah. Ya, Orang tua Ares adalah salah satu penyalur bantuan terbesar di SMA X, namun karena tak ingin ada orang yang memanfaatkan dirinya karena status keluarga, Ares memilih menjadi orang biasa tanpa embel-embel sang Ayah. "Tolonglah pak, ini demi kehormatan seorang gadis yang tak lain adalah siswa kita Pak...!! apa kata orang tua mereka jika pihak sekolah tak bertindak...!! apa Bapak mau orang tua anak itu melaporkan bapak ke kantor polisi dengan alasan mendukung pelaku karena tak mengizinkan untuk sekedar mengecek CCTV sekolah???" Apa bapak mau nama sekolah ini tercemar??" Baiklah, jika Pak Gunawan tak mau di bujuk dengan cara baik-baik, Ia akan sedikit mengancam agar Pak Gunawan mau bekerja sama. "Ya sudah...kalau begitu..ayo bapak ikut saya..!!" Walau dengan raut wajah yang begitu kesal, Pak Gunawan akhirnya menuruti permintaan Ares. Sementara di tempat lain. "Bro...waahhh... ternyata cewek Lo itu buat kita puas banget...Ngga nyangka ya Dia masih perawan...ya walau kita hanya dapat sisa, tapi kita tetap puas...Bener ngga Jon.." Pria yang bernama Bobi itu menyikut lengan pria yang bernama Johan yang dijawab senyum sumringah oleh pria tersebut. Saat ketiganya sedang menikmati waktu istirahat bersama Akbar, kekasih Danisa. "Baguslah kalau kalian puas...!!! Tapi asal kalian tahu...aku yang malah ketagihan...habis cewe gue itu bening banget!!! body aduhai, kulit putih kaya s**u, halus, wangi...hmmmm apalagi di bagian itu...beeh kangen aku..!!!" Ucap Akbar yang membayangkan tubuh polos Danisa saat dirinya menggerayangi kekasihnya itu. "Waahhh kayanya Lo ketagihan banget ya.." Ledek Johan membuat ketiganya terkekeh. "Tapi..kamu ngga khawatir ketahuan Akbar???" Tanya Bobi membuat raut wajah Akbar berubah datar. "Enggak...aku tak takut...justru aku ingin menculiknya dan menjadikan dirinya b***k nafsuku....ohhhh...aku sangat ketagihan padanya Bob..Menggigit banget...apalagi melonnya...hmmm" Ucap Akbar yang pikirannya mulai kotor membayangkan tubuh Danisa. "Dasar Lo ya...!!! jiwa mes*m Lo itu udah tingkat dewa..." ucap Johan geleng-geleng kepala mendengar ucapan Akbar. Ketiganya tertawa terbahak-bahak dan asyik bercakap-cakap membicarakan kelakuan busuk mereka tanpa memikirkan masalah besar yang akan mereka hadapi. Diruang pengawasan sekolah. "Pak Jun...tolong perlihatkan rekaman CCTV yang terjadi kemarin..ada hal penting yang harus kami selidiki.." Pak Gunawan memerintahkan Pak Junaidi selaku petugas pengawasan CCTV. "Baik Pak..." Pak Junaidi tak banyak bicara, Ia segerah melakukan tugasnya untuk mengecek rekaman yang terjadi saat kejadian itu. Setelah mengutak Atik benda persegi panjang yang terdapat beberapa tombol huruf dan angka itu, Pak Jun akhirnya membuka rekaman CCTV yang terjadi kemarin. "Silahkan Pak Ares...bagian mana yang anda perlukan" Tanya Pak Junaidi Ares yang sudah sangat penasaran akhirnya mendekat. Ia pun meminta untuk mengecek bagian kelas Danisa, kantin, hingga gudang. Namun mata ketiga orang tersebut terbelalak saat melihat salah satu siswa menaburkan bubuk obat kedalam minuman yang di berikan kepada Danisa. Dan yang semakin membuat mereka tercengang adalah, siswa itu adalah anak pengusaha terkaya di Bandung. Akbar Wiriadinata. Pria yang paling disegani di SMA X. "Astaghfirullah Pak Ares...jadi Danisa yang mengalami pelecehan itu???" Tanya Pak Gunawan dengan raut wajah yang tak bisa ditebak. "Benar Pak...Siswa yang banyak memberikan prestasi di sekolah kita..." Jawab Ares yang matanya tak lepas dari layar CCTV. Ia bisa melihat bagaimana Akbar menjebak Danisa. Membawa gadis itu ke belakang sekolah tempatnya ke gudang. Namun setelahnya mereka tak dapat lagi mengetahui kelakuan selanjutnya. Hingga mereka di kejutkan dengan Dua orang teman Akbar yang keluar bersamaan dengan Akbar. Namun Danisa sama sekali tak menunjukkan batang hidungnya. Tangan Ares mengepal kuat. Wajahnya yan putih bersih memerah saking geramnya melihat perilaku b***t dari Akbar dan kawan-kawannya. Namun yang paling menyakitkan baginya adalah saat melihat Danisa yang berjalan gontai dengan rambut acak-acakan dengan tangisan yang menyayat hati. braakk Pak Gunawan dan Pak Junaidi terlonjak saat tiba-tiba Ares menggebrak meja di hadapan mereka. "Biadab...." Geram Ares. "Aku tak akan melepaskan mereka..." "Tenang Pak Ares...tenang...!!! Kita harus berhati-hati Pak...karena yang kita hadapi adalah Pak Wiriadinata. Orang itu sangat berpengaruh di sekolah kita Pak!!!" "Aku tak perduli...keadilan harus di tegakkan..." Geram Ares yang menganggap jika kepala sekolah itu takut pada Wiriadinata. "Tapi Pak...sekolah kita bisa...-" "Dimana hati nurani bapak!!! apa mata bapak buta melihat bagaimana aksi b***t anak-anak itu???" " Pak tapi kita bisa bicarakan baik-baik...mungkin saja itu mereka lakukan suka sama suka" "Tutup mulutmu Pak Gun..Jangan sampai aku bertindak kasar karena ucapan mu...! Aku sangat mengenal Danisa. Dia anak yang baik dan sopan...jika bapak tak mau membantu, maka aku sendiri yang akan mencari keadilan untuk Danisa.." Dengan begitu geramnya Ares melihat reaksi pak Gunawan yang seakan menganggap ini hal sepele sehingga harus dibicarakan baik-baik. Tidak!! Ares berjanji akan mencari keadilan untuk Danisa. "Pak Jun, berikan kopian CCTV itu...!!" "Tapi Pak...!!!" apa kau juga takut pada seorang Wiriadinata???' " Tidak Pak..tapi aku takut di pecat.." " Tenanglah...bapak jangan khawatir...aku akan bertanggung jawab atas pekerjaan bapak!!" ucap Ares yang berhasil meyakinkan Pak Junaidi. Sedangkan Pak Gunawan hanya bisa pasrah. Jika seperti ini Ia tak tahu harus berbuat apa lagi. Memang kelakuan Akbar sangat tak bisa di tolerir. Tapi bagaimana dengan bantuan sekolah dari Pak Wiriadinata?? "Tunggu saja Danisa...Aku akan memperjuangkan keadilan untukmu" Gumam Ares saat meninggalkan ruangan pengawasan. Setelah ini Ia akan menemui Zain dan akan melaporkan kasus ini ke pihak yang berwajib.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD