Chapter. 6

1193 Words
Pagi pun menyapa. Mentari bersinar menghiasi pagi yang begitu indah di kota Jakarta. Hari ini seperti biasa Nek Mini dan Kek Rustam akan memulai aktivitas mereka dengan berjualan. Kedua paru baya itu memiliki warung sederhana di tepi jalan tepat berhadapan dengan salah satu Rumah Sakit terbesar di Jakarta. Meskipun warung Nek Mini dan Kek Rustam terlihat biasa-biasa saja, namun pembeli di warung itu sangat banyak. Selain makanannya enak dan murah, warung Nek Mini sangat bersih. itulah yang menjadi nilai plus dari para pembeli. "Selamat pagi Nek...!!" ucap Danisa. Ia baru saja selesai shalat subuh. "Selamat pagi cucu Nenek yang cantik...kok ngga lanjut tidurnya..??" Tanya Nek Mini "Udah ngga ngantuk Nek.." Danisa pun menghampiri Nek Mini kemudian duduk tepat di samping Nek Mini. "Nyeyak ngga tidurnya sayang???" "Alhamdulillah nyenyak Nek..." "Syukurlah...Nenek harap kamu betah tinggal sama Nenek ya sayang." Danisa pun mengangguk dengan senyum manis yang menghiasi wajahnya. "Nenek lagi apa??" Tanya Danisa yang melihat Nek Mini yang sedang sibuk di dapur. "Nenek lagi nyiapin bubur ayam buat warung nenek...!!" "Ya udah...Danisa bantu ya Nek...!!" "Iya Sayang...??" Danisa pun di beri tugas untuk membersihkan ayam dan menumis beberapa bumbu oleh Nek Mini. Ketika keduanya asyik berkreasi di dapur, Kek Rustam pun ikut bergabung. "Waaaahhh....pada lagi sibuk nih...!!" "Ehhh kakek..." Nek Mini menoleh dengan senyum yang indah sedangkan Danisa menghampiri kek Rustam dan mencium tangannya. "Pak...Hari ini pesanan Rumah sakit banyak Loh.. Ibu lupa ada berapa....nanti bapak tanya lagi sama Pak Dokter Aftar,.. ibu takut salah..!!" Dokter Aftar adalah kepala Rumah Sakit yang berhadapan dengan warung Nek Mini. Dokter Aftar lah yang merekomendasikan warung Nek Mini sebagai penyalur rutin untuk sarapan pagi para Dokter dan suster yang ada di Rumah Sakit itu. "Iya Bu...kalau gitu Ibu telpon Dokter Aftar dulu..!!" Setelah menelpon, Pak Rustam pun menyampaikan jumlah pesanan dari Dokter Aftar. Danisa pun ikut membantu mengepak pesanan itu kedalam kemasan yang sudah Nek Mini siapkan. "Nisa....Nenek boleh minta bantuan Danisa ngga??" Tanya Nek Mini di selah kesibukan Danisa yang sedang mengepak pesanan. "Insya Allah bisa kok Nek...!!" "Hari ini Danisa aja yang anterin pesanan Dokter Aftar ya...Nenek sama Kakek mungkin ngga sempat...soalnya pesanan membludak...takutnya orang rumah sakit kelamaan menunggu!!" Jelas Nek Mini yang terlihat masih sangat sibuk karena banyaknya pesanan. "Iya Nek...Nanti Danisa yang anterin...!!" Ucapnya dengan senyum manis memperlihatkan gigi putihnya. Hal itu Nek Mini menjadi Hemas dan reflek mencubit pipi chubby Danisa. "Ulu...ulu...cucu Nenek gelis pisan..." Ucap Nek Mini. "Bu...Bapak udah siapin mobil di depan.." Ucap Pak Rustam yang masuk ke dapur menghampiri Nek Mini dan Danisa. "oh iya Pak...!!" Nek Mini pun menoleh ke Danisa. "Nis...kamu ikut bapak ya...kamu tanya aja sama satpam...dimana ruangannya Dokter Aftar...!!" "Iya Nek..." Danisa pun membantu Kek Rustam memasukkan semua pesanan Rumah sakit dan semua kebutuhan warung yang akan di jual pagi ini. Karena Rustam harus membuka warung dan menata jualan di warung, jadi Danisa lah yang di tugaskan untuk mengantar bubur ayam pesanan Rumah Sakit. Setelah menempuh perjalanan sekita sepuluh menit. Keduanya pun sampai di warung sederhana dimana kek Rustam dan Nek Mini mengais rezeki. Danisa pun membantu Kek Rustam menurunkan semua pesanan kemudian memasukkannya ke dalam warung. "Nis...kamu ngga usah bantu kakek memasukkan barang...turunin aja pesanan Rumah Sakit. Takutnya terlambat sayang, soalnya ini udah setengah tuju pagi." Ucap Kek Rustam memperingatkan Danisa agar tak terlambat mengantarkan makanan. Biasanya Nek Mini akan mengantarkan makanan pada pukul enam pagi. Namun hari ini mereka sedikit terlambat karena banyaknya pesanan. "Iya kek...Danisa berangkat sekarang...!?" Melangkahkan kaki dengan begitu hati-hati. Mendorong besi persegi panjang dimana didalamnya terdapat semua bubur ayam pesanan para dokter dan suster. "Assalamualaikum. Permisi Pak...Saya Danisa cucu Nek Mini...saya mau tanya ruangan Dokter Aftar dimana???" Tanya Danisa pada sekuriti yang bertugas hari ini. "Ohhh...kamu masuk aja..trus nanti belok kiri nanti ada petugas yang khusus membagikan jatah sarapan..Biasanya Nek Mini seperti itu... Nanti tanya saja sama petugas itu dimana ruangan Dokter Aftar." Jelas Sekuriti itu pada Danisa. Danisa pun mengangguk dan mengikuti petunjuk yang sekuriti itu sampaikan. Setelah bertemu dengan petugas kantin, Danisa di arahkan ke lantai tiga. Petugas mengatakan jika Ruangan Dokter Aftar di lantai tiga. "Terimakasih Mba..!!" Ucap Danisa kemudian melanjutkan kembali langkahnya menuju ruangan Dokter Aftar. Ting Pintu lif terbuka, saat ini Danisa berada di lantai tiga. Menoleh ke kiri dan kekanan, akhirnya Danisa bertemu seorang OG yang baru saja keluar dari sebuah ruangan. "Mba...maaf ya..Danisa boleh tanya??" "Oh iya De...ada apa??" " Ruangan Dokter Aftar yang mana ya?? "ohhh Dokter ganteng ya.." Ucap sang OG dengan senyum manisnya. Kemudian Ia menunjuk sebuah ruangan dimana Ia baru saja keluar. "Terimakasih ya Mbak..." Danisa kemudian melangkahkan kaki menuju ruangan yang OG itu tunjukkan. tok tok tok Ceklek. "Duduklah.!!." Ucap Sang dokter tanpa memalingkan wajahnya pada Danisa. Danisa pun mengikuti ucapan sang dokter. Danisa bisa melihat jika sang Dokter begitu sibuk dengan banyaknya tumpukan kertas di atas meja kerjanya. "Semua pesanan sudah kamu antarakan???" Tanya sang Dokter Dokter Aftar adalah orang yang sangat irit bicara. Ia hanya akan ramah pada orang yang dia anggap bisa Ia percaya. Termasuk Bu Mini dan Pak Rustam. Orang-orang Rumah Sakit pun tak ada yang berani menyapa dirinya jika bukan Aftar yang lebih dulu menyapa. "Sudah Dok...Nisa udah anterin ke ibu kantin.." Ucap Danisa yang terlihat menunduk. Mendengar suara seorang gadis, Dokter Aftar pun penasaran. Apa suara Nek Mini berubah???' batinnya. Karena penasaran, Dokter Aftar mendongakkan kepalanya menatap ke arah asal suara yang Ia dengarkan. Ia terkejut. Matanya tak berkedip menatap wajah cantik milik Danisa. Seolah tak percaya, Ia pun mengucek-ngucek matanya kemudian menatap lebih jelas wajah ayu milik seorang Danisa. "Cantik" Gumamnya. "Ya...Dokter bertanya pada saya???" tanya Danisa pada sang dokter. Ia pun akhirnya memberanikan diri menatap wajah Dokter Aftar yang menurut OG yang Ia temui "GANTENG". 'Waaaaah...Ganteng Banget' Gumam Danisa kemudian Ia kembali memutus pandangannya dari wajah Dokter Aftar. "Ehmmmm.." Aftar menetralisir degup jantungnya. Baru kali ini Ia bertemu dengan seorang remaja yang membuat jantungnya hampir copot. "maaf...kamu siapa??" tanya Dokter Aftar berbasa-basi. "Saya Danisa Dok...saya cucu Nek Mini.. Kata Nenek, Ia ngga bisa dateng hari ini, soalnya pesanan warung banyak...makanya Nenek minta tolong ke Danisa buat ketemu sama Dokter!!" Cerocos Danisa tanpa jeda sedikitpun. Hal itu membuat Dokter Aftar tersenyum. 'Kok, Nek Mini ngga pernah cerita kalau dia punya cucu bak bidadari kaya gini...ahhhh Aftar...kamu kan ngga pernah nanya ke Nek Mini...' Gumamnya dalam hati. "Ya sudah... terimakasih buat pesanannya. Ini bayarannya." ucap Dokter Aftar kemudian menyodorkan amplop coklat kepada Danisa. Danisa pun mengambil amplop pemberian Dokter Aftar kemudian memasukkannya ke dalam tas kecil miliknya "Terimakasih Dokter..Danisa pamit... Assalamualaikum.." Bagai tersihir, Dokter Aftar melongo saat mendengar suara Danisa yang mengucap salam padanya. Hatinya terasa hangat dan perasaannya begitu tenang. "Dok...Dok...Dok..!!" Danisa sedikit yang melambaikan tangannya di hadapan sang dokter sedikit meninggikan suaranya karena melihat Dokter Aftar yang bengong. "Oh....Iya... wa'alaikum salam.." Danisa hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah sang Dokter. Ia pun meninggalkan ruangan itu , dan kembali ke warung untuk membantu Kek Rustam. "Jantungku..." Sontak Dokter Aftar menyentuh dadanya yang berdetak tak karuan. Ia begitu terkejut. Hanya melihat senyum indah milik Danisa, Jantung Aftar seakan ingin melompat dari sarangnya. Selama ini tak pernah ada wanita yang membuat dirinya berdebar seperti yang Ia rasakan pada Danisa. "Apa ini yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama???" gumamnya Cieeee....Aftar jatuh cinta... Heheheh!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD