Episode 6

1305 Words
Episode 6 #Kasandra Masalah "Apa yang kau lakukan Leon?" bentak Luiz. "Aku yang seharusnya bertanya, apa yang kau lakukan pada Kasandra b******k!?" maki Leon. Luiz menyeringai. "Apapun yang kulakukan, itu tidak ada hubungannya denganmu b*****t!" Leon sudah siap memukul saat dengan sigap Kasandra mencegahnya. "Please pak Leon, pak Luiz tidak berbuat apapun padaku. Jangan bertindak berlebihan." mohon Kasandra. Leon menurut. Dengan lembut ditatapnya Kasandra untuk memastikan kalau gadis itu baik-baik saja. Luiz membuang muka sembari berdecak sebal. Saat hendak keluar, Raisa datang dengan wajah panik. "Ada yang bilang kalian berkelahi, apa benar?" tanya Raisa penasaran. "Tanya dia. Dia yang mulai." tunjuk Luiz pada Leon. Leon yang semula tengah memegang bahu Kasandra, tiba-tiba melepaskannya. Kasandra sangat maklum. Leon pasti melakukan itu agar Raisa tidak salah paham. "Kau disini?" tanya Leon sembari menghampiri Raisa. "Aku merindukanmu." ujar Raisa. Dengan semangat, Raisa berlari ke pelukan Leon. Luiz yang melihat pemandangan itu, membuang muka sambil mengepalkan tangannya. Kasandra hanya jadi penonton yang tanpa sadar menangkap sinyal cemburu yang coba Luiz sembunyikan. "Aku juga. Maaf sudah membuatmu melihat kejadian tidak menyenangkan ini." sesal Leon. "Sebenarnya kalian kenapa? Siapa dia?" tanya Raisa setelah pelukan mereka terlepas. "Bukan siapa-siapa. Dia pegawai baru yang kebetulan tidak disukai Luiz." jawab Leon. "Kau berlebihan Leon." bentak Luiz. "Bukankah itu kenyataannya? Apa karena di depan Raisa kau ingin mengingkari kenyataan itu?" ejek Leon. "Stop! Kalian sudah dewasa. Apa kalian sama sekali tidak malu diperhatikan oleh pegawai seperti itu?" bentak Raisa. "Dia yang mulai. Ingat Luiz, tanpa izin dariku, tidak ada yang boleh memecat Kasandra. Termaksud kau!" Luiz mendengus. "Karena kau begitu ingin mempertahankannya, bagaimana kalau kita uji wanita itu?" Kasandra terkesiap saat telunjuk Luiz mengarah padanya. Leon tampak kesal, tapi laki-laki itu mencoba menahan diri. "Mulai besok dia akan bertugas di ruang kerjaku. Dia tidak boleh keluar jika bukan jam istirahat dan dia tidak boleh pergi kemanapun kecuali izin dariku. Kalau dia tidak bisa menunjukkan kinerjanya dengan baik, maka aku berhak memecatnya." "Kau kekanak-kanakan Luiz." "Kau cari mati?" Ujar Raisa dan Leon nyaris berbarengan. Tak ingin membuat suasana semakin panas, Kasandra akhirnya buka suara. "Aku.. aku menerimanya. Aku akan bekerja dengan baik. Jika memang aku tidak bisa melakukannya, maka pak Luiz bebas memecat kapan saja." tegas Kasandra. "Jangan bodoh Kasandra! Dia..." "Karena kau sudah setuju, mulai besok kau sepenuhnya dalam pengawasanku." potong Luiz. Leon yang masih ingin bicara segera dihentikan oleh Raisa. Melihat hal itu, hati Luiz menjadi panas. Raisa selalu berada di pihak Leon. Dalam situasi apapun, Raisa selalu mengutamakan laki-laki itu. *** "Memangnya kenapa kau begitu membenci wanita tadi?" tanya Raisa saat mereka sudah di jalan pulang. "Hanya tidak suka. Apa tidak suka juga butuh alasan?" "Jika suka butuh alasan, tidak suka juga pasti ada alasannya." jawab Raisa. Luiz memilih tidak menjawab. Laki-laki itu tidak mungkin mengatakan kalau Kasandra sudah menyeret nama perusahaannya dalam kasus p*********n dan pembunuhan beberapa bulan lalu. "Jangan terlalu membencinya Luiz. Bisa jadi kau akan menyukainya suatu hari nanti." ucap Raisa bijak. "Kau yang paling tau siapa orang yang ku suka, Raisa. Sejauh ini belum seorang wanita pun mampu menggeser namanya." tegas Luiz. Raisa jadi tidak enak. Dia tau Luiz menyukainya. Hanya saja, Raisa selalu mengingkari hal itu karena hati Raisa justru memilih Leon. "Ku dengar bulan depan kau akan mengadakan fashion show, apa benar?" tanya Luiz mengalihkan pembicaraan. "Ternyata kau sudah mendengarnya. Seperti yang kau dengar, bulan depan waktu yang tepat untuk comeback di Indonesia. Undangan resmi akan ku kirim setelah jadi." Luiz tersenyum senang. "Aku orang yang paling bahagia saat mengetahui kau akan menetap lagi di Indonesia. Semoga karirmu selalu lancar Raisa." "Aamiin, terimakasih doanya Luiz." ucap Raisa tulus. Sepanjang perjalanan, Luiz dan Raisa berbagi banyak cerita. Mereka bahkan membuat janji untuk menyempatkan diri bertemu setiap hari. Luiz senang Raisa tidak membahas masalah Leon di hadapannya. Meski begitu, Luiz tau perasaan Raisa masih dominan pada Leon. *** "Maaf sudah membuatmu berada di posisi sulit. Luiz sedikit kekanak-kanakan, tolong maklumi hal itu. Jika Luiz bersikap kasar, kau bisa mengatakan itu padaku." ujar Leon. Kasandra hanya mengangguk. Sepeninggal Raisa dan Luiz, Leon membawa Kasandra menikmati secangkir kopi di kafe dekat kantor. Kasandra tidak bisa menolak saat secara paksa Leon menyeretnya. Karena tidak mau jadi tontonan, Kasandra terpaksa mengikuti kemauan laki-laki itu. "Pak Leon, kedepannya nanti, apapun yang terjadi padaku, pak Leon tidak perlu melibatkan diri. Sudah bisa bekerja disini saja aku merasa sangat beruntung. Tapi jika pak Leon terus membantuku, pak Luiz pasti marah. Apalah aku yang cuma seorang petugas kebersihan, berani-beraninya berharap berteman dengan pak Leon. Jadi, jika nanti aku di pecat lagi, jangan bantu aku." jelas Kasandra. "Kau bahkan berani mati untuk menolongku, Kasandra. Bantuan seperti itu tidak sebanding dengan bantuan yang sudah kau berikan." cecar Leon. "Tapi tetap saja. Hubungan kalian tidak begitu akur, aku tidak mau kalian semakin berjarak." Leon menghela napas panjang. "Ternyata kau juga sudah mendengar soal itu. Masalah kami memang sudah ada sejak dulu. Kau tidak perlu merasa jadi pemicu untuk hancurnya hubungan kami. Aku tidak dewasa dan Luiz kekanak-kanakan, itu alasan utamanya. Jangan merasa sungkan, Kasandra. Sudah ku katakan, jika bukan karena kau, bisa saja aku sudah berakhir di kuburan. Jadi biarkan aku berterimakasih secara pantas." jelas Leon panjang lebar. Kasandra hanya menunduk. Sejak tau Leon seorang CEO, Kasandra mulai menjaga jarak. Meski kadang gadis itu menggunakan bahasa tidak formal, tapi naluri gadis itu mengatakan dia harus menghormati Leon layaknya atasan dan bawahan. "Berhubung hari sudah sore sebaiknya aku membawamu pulang." tawar Leon. "Jangan pak!" pekik Kasandra spontan. Leon menatap Kasandra penuh tanya. Buru-buru Kasandra menggeleng dan pamit sebelum Leon menyeretnya lagi. Leon melongo melihat Kasandra yang lari terbirit-b***t. Alih-alih marah, Leon malah tertawa. Sesuai dugaan, sikap Kasandra langsung berubah begitu tau siapa Leon yang sebenarnya. *** Pagi-pagi sekali Kasandra sudah siap di ruang kerja Luiz. Target gadis itu adalah menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum Luiz datang. Dengan telaten, Kasandra mulai membersihkan ruang kerja Luiz. Meski sama sekali tidak kotor, Kasandra tetap melakukan pekerjaannya dengan baik. "Selesai juga." gumam Kasandra sambil mengelap keringat yang mengalir di pelipisnya. Saat gadis itu hendak pergi, Luiz masuk diikuti sekretarisnya. "Atur pertemuanku dengan pembeli yang komplain pada apartemen kita yang baru dibelinya beberapa hari lalu. Jika dia sengaja cari masalah tanpa bukti yang jelas, maka dia bertemu orang yang salah." ujar Luiz. "Baik pak. Saya akan memberi tau bapak jika sudah menemukan waktu yang tepat." jawab Randy, sekretaris Luiz. Merasa sudah tidak punya kepentingan di ruang kerja Luiz, Kasandra berniat membuka pintu dan pergi. Sayangnya, Luiz menyadari itu sebelum Kasandra sempat melarikan diri. "Siapa bilang kau bisa pergi?" bentak Luiz. Kasandra berbalik dengan wajah tertunduk. "Tempatmu di sana." tunjuk Luiz ke pojok ruangan. Tak ada kursi atau furniture apapun di sana. Kasandra hanya bisa menurut meskipun benaknya mengucapkan banyak sekali kalimat makian. "Sampai jam pulang kerja, kau tetap berdiri di situ. Ada atau tidaknya aku, tempatmu hanya di situ." tambah Luiz. Lagi-lagi Kasandra hanya mengangguk patuh. "Jangan coba-coba melarikan diri saat aku sedang rapat atau bekerja di luar kantor. Apapun yang kau lakukan, 8 jam selama kerja, kau diawasi oleh CCTV." jelas Luiz. Randy menatap Kasandra iba. Luiz memang terkenal kejam pada bawahan. Apalagi bawahan yang tidak disukainya. Perihal Kasandra, Randy sudah mengetahui itu dari Dania. "Dari tadi kau cuma mengangguk, apa kau tidak punya mulut?" bentak Luiz. "Saya pikir bapak pasti tidak suka mendengar suara saya, jadi saya putuskan untuk mengangguk saja." jawab Kasandra. "Kau tidak berhak menilai apa yang tidak dan apa yang ku suka. Tugasmu hanya bersih-bersih dan melakukan apapun yang ku perintahkan." ucap Luiz dingin. "Baik pak." Luiz membuang muka saat Kasandra mengangguk patuh padanya. Tak berapa lama, Randy pamit setelah membacakan jadwal Luiz hari ini. Sepeninggal Randy, Luiz bekerja seperti biasa seolah-olah tidak ada Kasandra di sudut ruangan. Luiz sengaja menempatkan Kasandra di sana agar Luiz bisa memantau apapun yang dilakukan gadis itu. Luiz tetap curiga, Kasandra ada di perusahaannya, pasti dengan alasan yang sangat jelas diketahui oleh Luiz. To be continue...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD