Puncak Acara

1296 Words
Satu persatu peserta yang mulai kesurupan di tangani oleh para praktisi. Ibu yang sudah berumur adalah sosok gendruwo yang masuk ke dalam raganya. Sesuai dengan sosok yang masuk, dengan gayanya yang angkuh mencoba menantang para praktisi untuk menaklukannya. Memang di antara ketiga pasien yang tersisa hanya satu orang ini yang tingkahnya paling congkak. Seorang praktisi muda mencoba untuk melawan sosok gendruwo tersebut. Dengan sedikit rapalan doa dan di bumbui dengan gaya yang lebay menurutku, agar terkesan dramatis. Ingin rasanya tertawa sekencang kencangnya melihat kejadian demi kejadian tersebut. Tapi kembali aku teringat akan pesan sosok yang tadi mendampingiku. Eh ngomong ngomong kemana sosok itu, kok dari tadi ga balik lagi ke sisiku. Sambil berkacak pinggang ibu yang sedang kerasukan itu mentertawakan pemuda yang terpental kalah dengan ilmunya. Teman teman yang lain mencoba membantu temannya, tapi hasilnya juga tidak maksimal. Ibu itu masih tetap berdiri tegak dan makin keras tertawanya. Aku yang menyaksikannya jadi ikut tertawa juga. Apalagi suara ibu itu juga berubah menjadi suara lelaki yang keras. Sempat beberapa temanku melirik marah melihat tingkahku yang mentertawakan orang yang sedang kerasukan. Aku tak menyadari jika tawaku mengundang perhatian orang orang. Lupa jika mereka tak bisa melihat makhluk yang di dalam raga ibu tersebut. Langsung ku tutup mulutku dengan tanganku. Teman temanku ikut mempelototiku ketika tahu yang tertawa tadi ternyata aku. “Ups, maaf teman teman.” Acarapun di lanjutkan kembali, sang pasien yang kerasukan makin beringas melawan para praktisi. Hanya satu pemuda tampan yang tadi memberi aku nasi kotak  yang tidak ikut meladeni pasien kali ini. Sang ketua mereka akhirnya turun tangan untuk mengatasi kebringasan makhluk tersebut. Baru saja bapak itu berdiri dari tempat duduknya, terlihat ia seperti ketakutan dan mundur 2 langkah, sayang di belakangnya sudah ada beberapa praktisi yang menahan orang tersebut sehingga ia tak bisa lagi kemana mana. “Metu po ora koe, lek ga iso ajur lho… “ dengan logat khas jawanya yang begitu medok. Terlihat memang sosok dalam ibu itu masih ketakutan dengan bapak ini. Sedikitpun ia tak berani menjawab dan berlaku beringas seperti awal tadi. Tapi ternyata tidak hanya ibu ini yang bereaksi. Sosok dalam tubuh Ruby teman satu kompleks dan sekolahku juga ikut reaktif. Tiba tiba ia juga ingin menyerang ketua praktisi ini. Dengan gaya melata seperti ular sambil mengeluarkan desisan yang terus menerus ia bersiap untuk menerjang. Namun urung di lakukan karena memang mereka semua sudah takut duluan dengan sosok bapak ini. Sementara pasien satunya tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Ia hanya melompat lompat di tempat ia berdiri. Nanti beberapa saat kemudian bergantian sosok yang mengisi di dalamnya. Kadang malah kuntilanak juga yang masuk ke dalam raga pasien tersebut. Melihat bapak ketua mereka aku jadi teringat mimpi ku tempo hari saat menyaksikan proses mereka memanggil para makhluk tak kasat mata. Ritual yang sangat kental akan dunia mistisnya. Seharusnya aku tak perlu ketahui perkumpulan itu, tapi kali ini memang sudah jalanku untuk mengikuti ini semua. Bapak ini yang sedari tadi mengawasi ku sepanjang acara tersebut berlangsung. Tatapannya begitu tajam dan tak berkedip saat menatap. Ada perasaan aneh jika pandangan kami bertemu saat itu. Jika sudah dalam keadaan seperti itu aku segera mengalihkan pandanganku pada yang lain. Tiba tiba dari arah belakang ada yang menepuk pundakku secara perlahan. Agak sedikit terkejut karena aku sepenuhnya focus pada bapak itu. “Ding ayo pulang, sudah jam berapa ini?” suara kak Mayang yang lembut menghilangkan konsentrasiku pada acara tersebut. “Eh mba ngapain disini?” “Pake nanya lagi, kamu ga sadar apa ini sudah jam berapa?” “Emang jam berapa? Nanggung nah mba.” “Nanggung kepalamu peyang! Kamu janji apa dengan ibu, katanya ga sampai larut malam.” “Sssttt dikit lagi nih dah mau habis acaranya. Sini deh coba mba lihat itu para praktisi mudanya.” Sengaja ku alihkan pembicaraan agar ia menunda ajakan pulang tadi. Ia pun langsung melihat satu persatu dan pelan para pengisi acara malam itu. Kakakku memang paling antusias kalau soal cowok karena dia salah satu penggemar berat K-Pop atau artis asal Korea. Aku justru sebaliknya makanya belum ada seorangpun yang berhasil jadi pacarku. Berbeda halnya dengan kak Mayang yang memang cantik dan sifatnya yang melo atau lebih tepatnya lebay ala drama korea gitu. Sedikit senyumnya saja sudah membuat cowok yang melihatnya bisa jatuh cintrong. Padahal senyum itu bukanlah buat lawan bicaranya. Karenan memang sudah sifat kak Mayang yang memang murah senyum. Selesai memandangi semua praktisi itu, akhirnya netranya berhenti pada seseorang. Sosok yang mampu membuat kak Mayang terhenti pandangannya pada yang lain tak lain dan tak bukan adalah Aksa. Cowok yang tadi telah memberikan nasi kotaknya padaku. Mulailah jurus kemayu kakakku di keluarkan. Dengan lesung pipit yang dalam dan di barengi dengan senyuman sengaja ia tampakkan pada sosok Aksa. Sedikitpun Mayang tak mengedipkan mata saat memandang sosok cowok yang jadi idola gadis di kompleks ini. Sesuai dugaanku pasti cowok itu ikut terpikat dengan kakakku. “Mulai dah kumat ganjenmu kak.” “Kenapa ga dari kemarin kamu bilang kalau panitianya ada yang bening begitu Ris.” “Hadeh kak, sengaja memang ga ku beritahu kakak, nanti orang bisa patah hati gara gara di tolak cintanya oleh kakak.” “Tapi kok disini rame banget to Ris.” Tiba tiba Mayang mulai mengernyitkan dahinya ketika netranya mendapati pemandangan yang aneh dari biasanya. “Ya pasti rame lah, wong satu kompleks lagi ngumpul kok.” “Bukan itu maksud kakak, ini yang ngumpul ga hanya dari para manusia di kompleks ini tapi juga dari alam sebelah, Ris” “Iya aku ngerti kak, makanya aku betah nih nunggu selesai acaranya.” “Ngerti apaan? Emang kamu bisa lihat mereka.” “Ho oh, sekarang aku bisa lihat mereka kak, seperti kakak juga.” “HAH!? Serius kamu? Bukan boongan kan Ris?” Lalu ku sebut satu persatu sosok apa saja yang ada disitu, mana yang manusia mana yang makhluk astral. Begitu juga sosok yang berada dalam raga pasien yang di obati oleh mereka. “Kok bisa sih Ris?” “Entahlah kak, aku sendiri juga ga tau kok bisa melihat mereka?” “Ssstttttt!” seseorangpun menegur obrolan kami karena terganggu oleh suara kami. Sejurus kemudian aku dan Mayang kembali focus pada acara itu. Mayang yang berniat mengajak adiknya pulang malah ikutan nonton acara itu. Tentu saja bukan acara itu yang jadi perhatiannya, melainkan sosok sosok muda yang mengisi acara itu, terutama sang Aksa. Sementara di rumah sang ibu sudah berharap harap cemas dengan Riris. Padahal tadi sudah berjanji tidak akan pulang larut malam. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.45, masih tersisa lima belas menit lagi untuk bergantinya hari. Rupanya ada sesuatu yang di khawatirkan sang ibu dengan anak anak ini. Suaminya akan pulang jam dua belasan malam karena kebetulan jadwal shift kerjanya hari itu terkena jam malam. Karena sebelumnya sang Bapak sudah mengultimatum agar kedua buah hatinya jangan pernah di izinkan untuk pergi hingga larut malam. Apalagi pada saat ia tidak berada di tempat. Sang ibu segera meraih gawainya yang teronggok di antara tumpukan baju yang sedang ia rapikan. Tontonan sinetron by ikan terbang yang jadi langganan hiburannya setiap hari tak mampu menahan rasa galaunya akan sang buah hati. Biasa ibu memang betah duduk di depan tv tersebut hanya untuk ikut merasakan situasi drama para pemain sinetron tersebut. setelah gawai sudah berada di genggamannya segera ia menghubungi Mayang atau Riris salah satunya. Cukup lama ia menghubungi tetep tidak ada respon. Kedua ponsel mereka sudah berkali kali ibu hubungi tidak ada respon yang di harapkan. Sang ibu semakin cemas karena jam sudah berubah arah jarum pendeknya. Ia berlalu lalang dari pintu luar lalu masuk kembali ruang keluarga, terus begitu ia lakukan. Perasaan seorang ibu semakin tidak nyaman hingga waktu sudah melewati pukul 12 malam. Namun tiba tiba pagar di depan rumah terdengar ciri khasnya jika dalam kondisi terbuka. Sang ibu berharap jika itu bukan suaminya yang pulang kerja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD