Fanette POV Karmaku datang. Pria itu berdiri di depan pintu kamarku, menerobos masuk setelah Warren menyeret Misora pergi. Aku bisa mendengar semua teriakan mereka di balik pintu tadi. Dan kini, hanya ada kami berdua di sini. Apa pun yang terjadi nantinya, kurasa aku hanya bisa menerimanya. Itulah bayaran atas pemikiran burukku. “Apa yang kamu mau?” tanyaku. Kenan masih berada di depan pintu. Ia tengah menjaga jarak, tahu bila aku tidak ingin terlalu dekat dengannya. Aku tidak menatap matanya langsung. Melainkan melihat dari pantulan cermin meja riasku. Ekspresi wajahnya sulit terbaca. Kesunyian di antara kami memperburuk keadaan. Membangun rasa takut, cemas dan gelisah atas apa yang tidak pasti. “Ayo berbicara,” balas Kenan. Akhirnya ia memutuskan untuk bergerak juga. Langkah kakin
Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books