"Hei, Ann." Bukan lelaki itu yang menyapanya melainkan perempuan yang bersamanya. Anne sama sekali tak menduga kalau ini yang akan terjadi di depannya. Awalnya, ia masih membeku hingga ia tersadar saat Hamas mengalihkan tatapan darinya. Anne tak membalas sapaan itu. Ia malah berjalan menuju apartemen Jihan, mengetuknya dengan cepat dan berharap dapat segera masuk. Untungnya, Jihan baik sekali karena segera membuka pintu. Anne langsung masuk tanpa perlu menoleh kemana-mana. Mood-nya musnah sudah hari ini. Meski tangannya sudah gemetar dan tangisannya ingin meledak namun ia menahannya setengah mati. Tahu rasa kecewa? Anne mungkin akan bisa menolerir rasa sakit hati dengan tangisnya. Tapi kalau kecewa? Bagi Anne, rasa itu lebih parah dibanding sakit hati. Karena Anne belum tentu bisa mem