Lansia itu adalah Zharif Abraham Althaf dan Syarifah Abraham Althaf. Keadaan tulang kaki mereka, membuat mereka tidak sanggup lagi untuk berdiri.
Usia Zharif yang sudah menginjak 82 tahun, dan usia Syarifah menginjak 79 tahun. Akhirnya dokter membuat keputusan dengan menyarankan mereka untuk beraktivitas di kursi roda saja, mengingat usia mereka yang sudah senja.
Saat salah satu pria hendak membuka suaranya, suara melengking itu membuat mereka terkejut. Dan mengalihkan pandangan mereka semua ke sumber.
“Where is my car, Uncle!!”
Suara hentakan sepatu itu semakin terdengar jelas, saat pemilik suara melengking itu berlari ke arah mereka.
Zizil, dia mulai membuka suaranya.
“Ega! Mommy sudah bilang, kalau bicara yang sopan!” Ucap Zizil seraya menasehati putra semata wayangnya itu.
Yah! Si pemilik suara melengking itu adalah Ega Axaorcha. Hasil buah cinta dari Garza Axaorcha dan Eazlin Axaorcha. Anak laki-laki berusia 6 tahun itu berlari menghampiri pria yang dia panggil barusan.
Dengan wajah cemberutnya dia berdiri tepat di sudut meja dapur. Dan tidak mau bergabung dengan mereka yang berada di sudut meja makan, dekat meja dapur dan bar.
Bocah kecil berusia 6 tahun itu, kemudian bersidekap d**a. Dengan wajahnya yang hampir melepas tawa dari pria yang saat ini berjalan ke arahnya.
Semua orang melihatnya dengan wajah hampir tertawa. Pasalnya anak kecil yang akrab disapa Ega itu selalu menunjukkan tingkah menggemaskannya.
Pria yang sedang berjalan ke arahnya itu, dia lalu membuka suaranya.
“Biarkan saja, Kak. Anak lajang ini perlu dikasih pelajaran.” Ucap pria itu dengan wajah yang sudah dihiasi dengan kuluman senyumnya.
Ega, dia masih terus mengerucutkan bibirnya ke depan dan masih tetap bersidekap d**a. Merasa bahwa semua orang menganggapnya sedang marah.
Saat pria itu sudah tepat di hadapannya. Dia lalu berjongkok, menyamai tingginya dengan tinggi anak dari kakak sepupunya, Zizil.
Semua orang senyam-senyum sendiri melihat tingkah mereka. Terutama Garza, dia menahan senyumannya melihat adik ipar sepupunya begitu dekat dengan putra semata wayang mereka, Ega.
Membiarkan pria itu dan Ega berdiskusi singkat, mereka semua lalu duduk di kursi mereka masing-masing. Dengan pandangan dan pendengaran mereka masih terfokus melihat dua laki-laki yang masih berada di sudut meja dapur.
Ega, dia kemudian membuka suaranya.
“Uncle Dyrga berbohong!” Ucap Ega dengan suara manjanya. Dan memutar bola matanya ke atas seraya bersikap cuek dengan pria yang saat ini tengah merapikan rambutnya.
Yah! Pria itu adalah Adyrga Abraham Althaf. Pria yang akrab disapa Dyrga itu sangat menyayangi anak kecil yang ada di hadapannya.
Keberuntungannya pergi ke Dubai karena ada urusan penting, sekaligus mengunjungi keluarganya yang hampir 2 bulan tidak dia kunjungi itu membuat dirinya lega. Karena kerinduannya terhadap keluarganya sudah terobati.
Apalagi mengingat suara gemas dan sikap manja Ega yang selalu dirindukan oleh seorang Adyrga. Dia memang sangat menyayangi anak kecil. Tidak perlu dikhawatirkan jika Dyrga selalu lihai dalam membujuk anak kecil.
Melihat wajah cemberut Ega, membuat Dyrga mulai menunjukkan aksi merayunya.
“Hey, Boy.” Sapa Dyrga memegang kedua lengan mungil Ega yang masih tetap bersidekap d**a.
Ega, memalingkan wajahnya ke samping.
Dyrga tertawa pelan.
“Uncle tidak berbohong, Boy. Uncle sudah siapkan mobilmu.” Ucap Dyrga mengangkat tangan kanannya, dan mengacak pelan rambut Ega.
Ega menepis kasar tangan kekar Dyrga.
“Jangan acak rambut Ega, Uncle! Nanti Ega tidak tampan lagi!” Ketus Ega merapikan kembali rambutnya dengan kedua jemarinya.
Ucapan dan sikap Ega membuat tawa semua orang pecah. Termasuk Dyrga.
“Kau ini lucu sekali.” Ucap Dyrga lalu menggendong Ega. Dan mengecup singkat pipi kanannya.
Ega mengalungkan tangan kanannya di leher Dyrga.
Semua orang hanya menggelengkan pelan kepalanya melihat interaksi antara Dyrga dan Ega. Namun, saat Dyrga hendak melangkah keluar menuju halaman belakang mansion. Suara wanita menghentikan langkah kakinya.
“Dyrga, Ega belum makan. Biarkan dia sarapan pagi dulu.” Ucap Zizil memberitahu Dyrga.
Dyrga yang paham lalu berbalik badan, dan berjalan menuju kursinya yang berada tepat di sebelah kursi roda Grandma nya, Syarifah.
Ega kembali membuka suaranya.
“Uncle…”
“Mana mobil Ega…” Rengek Ega menghentak-hentak kedua kakinya seraya tidak terima jika Dyrga kembali ke meja makan.
Dyrga tertawa pelan. Dan yang lainnya hanya bisa menggeleng-gelengkan pelan kepalanya.
“Uncle akan tunjukkan padamu. Tapi setelah kita selesai sarapan. Okay.” Ucap Dyrga lalu menurunkan Ega, dan mendudukkannya di kursi tepat disebelah kursi roda Grandpanya, Zharif.
“Janji!” Ucap Ega bernada kesal mengacungkan jari kelingking kanannya di hadapan Dyrga seraya membuat perjanjian.
“Janji, Boy!” Balas Dyrga ikut mengacungkan jemari kelingkingnya dan menyematkannya pada jemari klingking Ega.
Semua orang terkekeh melihat wajah menggemaskan Ega yang selalu bersikap manja kepada Dyrga.
Setelah drama pagi itu, mereka akhirnya melanjutkan sarapan pagi mereka. Sesekali Ega berceloteh manja seakan sedang curhat kepada mereka tentang teman-teman perempuan di kelas pribadi pianonya yang menyukai dirinya karena ketampanannya.
Hanya gelengan kepala saja yang bisa mereka lakukan. Karena jika ada salah seorang yang menyelanya saat dia sedang bercerita, maka Ega akan memarahinya. Seakan mengatakan kalau menyela pembicaraan seseorang yang belum selesai berbicara adalah tindakan yang tidak sopan.
…
Saat mereka semua tengah selesai dari acara sarapan pagi mereka, Ega kembali mengingat janji Dyrga padanya.
Ega kembali membuka suaranya.
“Mana janji Uncle Dyrga ?” Tanya Ega bersuara manja sambil memicingkan kedua matanya.
“Uhhukkkk!! Uuhhuukk!!” Garza tersedak melihat putra semata wayangnya yang persis seperti dirinya. Meminta janji dari hal yang sangat dia inginkan.
Semua orang melihat Garza yang tersedak.
Zizil, dia segera mengambil minum untuk suaminya.
“Pelan-pelan makannya, Sayang.” Ucap Zizil menyodorkan segelas air putih kepada suaminya, Garza.
Zizil hanya bisa tersenyum sambil memperhatikan suaminya.
Fakra, dia mulai membuka suaranya.
“Like Daddy, like soon.” Ucap Fakra menyindir halus menantu satu-satunya, Garza.
Garza hanya bisa tersenyum mendengar kalimat sindirian dari Ayah mertuanya. Karena itu memang benar. Dulu dirinya sempat ketahuan oleh mertuanya sendiri saat ingin meminta janji jatah dari Zizil.
Dyrga hanya bisa mengulum senyumannya, menahan tawa lepasnya. Dia kemudian membuka suaranya.
“Okay. Sekarang tutup matamu, Boy.” Perintah Dyrga beranjak dari duduknya.
Semua orang hanya diam melihat sikap Dyrga. Dan tidak bisa menebak apa yang akan dilakukan Dyrga saat ini.
Ega menuruti apa yang diperintahkan oleh Uncle nya, Dyrga. Dalam posisi duduknya, dia mulai memejamkan kedua matanya dengan kedua tangan mungilnya.
“Sudah Uncle. Ega sudah menutup mata.” Ucapnya bersuara polos.
Zharif, dengan posisinya yang duduk di kursi roda tepat disamping buyutnya. Dia membuka suaranya.
“Jangan dibuka sebelum Uncle Dyrga bilang buka ya, Sayang.” Ucap Zharif mengangkat tangan kirinya mengelus puncak kepala buyut kesayangannya, Ega.
Ega mengangguk iya.
“Siap, Opa!” Jawabnya antusias dengan kedua tangannya masih menutup kedua matanya.
Semua senyam-senyum sendiri dibuatnya.
Dyrga, dia berjalan mendekti Ega. Dan mulai menggendong tubuh mungil Ega yang tampak lebih tinggi dari terakhir dia bertemu dengannya.
“Okay. Tutup matanya. Mobilmu segera menjemputmu, Boy.” Ucap Dyrga, lalu melakukan satu kali siulan dari mulutnya. Dia berjalan sedikit menjauhi meja makan.
Dalam bunyi siulannya, sebuah mobil kecil bermerk Althafa mulai masuk ke dapur melalui arah pintu belakang mansion. Mobil mini berwarna hitam itu, masuk ke dalam dengan kecepatan sedang.
Dyrga mulai menurunkan Ega tepat di ambang pintu mansion yang berjarak satu meter darinya. Membiarkan Ega berdiri disana dengan kedua tangan mungilnya masih menutup kedua matanya.
Satu siulan lagi berbunyi dari mulut Dyrga. Dia mundur tiga langkah ke belakang, saat mobil mini hitam itu mulai berjalan memutari lantai tepat di hadapan Ega.
Semua orang saling melirik satu sama lain, melihat sikap Dyrga yang selalu memberi kejutan-kejutan manis sama seperti Dyrta. Pria yang juga sudah lama tidak mengunjungi mereka di Dubai.
Tinn!! Tinn!! Tinn!!
Tinn!! Tinn!! Tinn!!
Mendengar suara klakson mobil itu, membuat Ega kesenangan. Kakinya menghentak-hentak lantai, seraya tidak sabar untuk melihat bentuk mobil yang sudah dijanjikan oleh Dyrga padanya.
“Uncle!! Sudah belum!!”
“Ega mau lihat sekarang, Uncle!!” Ucap Ega dengan rengekan manjanya.
Semua orang tertawa kekeh melihatnya.
Garza, melihat putranya yang sangat antusias. Dia mengulum senyuman yang tidak pernah dia tunjukan diluaran sana. Pandangannya mengarah pada istri tercintanya, Zizil.
Melihat semua orang masih terfokus pada Ega, membuat pria berusia 33 tahun itu mulai menjalarkan telapak tangannya mengarah pada paha yang berada tepat di sebelahnya.
Merasakan elusan sensual di paha mulusnya, membuat Zizil menoleh ke samping.
Garza, dia mengedipkan satu mata genitnya pada Zizil.
Zizil menggelengkan pelan kepalanya dengan kening berkerut. Seraya mengatakan jangan untuk saat ini, karena mereka sedang berkumpul bersama dengan keluarga mereka saat ini. Dia menepis pelan tangan kanan suaminya itu.
Garza terkekeh pelan melihat reaksi lucu istrinya. Dia semakin gencar, dan merapatkan kursinya pada kursi istrinya.
Zizil membulatkan matanya seraya mengatakan jangan. Dia segera membisikkan sesuatu di telinga suaminya.
“Jangan sekarang, Sayang. Nanti saja di kamar ya.” Bisik Zizil dan direspon anggukan oleh Garza.
Garza tersenyum, dan meremas singkat gundukan kiri istrinya yang masih terlihat montok dan seksi itu.
Zizil menginjak kaki suaminya dengan heels runcingnya.
Garza tidak kesakitan. Dia hanya terkekeh tanpa bersuara.
Zizil kembali mengalihkan pandangannya pada putra kesayangan mereka, Ega.
…
Dyrga kembali membuka suaranya.
“Okay, Boy! Open your eyes!” Ucap Dyrga hingga suara baritonnya memenuhi ruangan megah dan mewah itu.
Ega secepat kilat membuka kedua matanya.
“Uncle!!!!” Teriak Ega menghentak-hentakkan kedua kakinya ke lantai.
Dia lalu berbalik badan, dan berlari mendekati Dyrga.
“Uncle!!!”
Dyrga yang paham. Dia lalu berjongkok, menyamakan tingginya dengan keponakan yang sangat dia sayangi itu.
“Thank you, Uncle Dyrga!!’ Ucap Ega lalu mencium pipi kanan dan pipi kiri Dyrga. Dan memeluk erat Dyrga.
Dyrga membalas pelukan Ega, mengelus pelan punggungnya.
“Kau suka, Boy ?” Tanya Dyrga dan direspon anggukan oleh Ega.
Ega melepas pelukannya dari tubuh kekar Dyrga.
“Suka, Uncle!! Terima kasih, Uncle!!” Ucap Ega memeluk erat kembali tubuh Dyrga.
Dyrga dengan senang hati membalas pelukan keponakan tersayangnya. Dia kembali membuka suaranya.
“Berterima kasihlah pada Uncle Dyrta. Karena Uncle Dyrta yang membuatkan khusus mobilmu ini, Boy.” Ucap Dyrga dan seketika itu Ega melepas pelukannya.
Ega kembali membuka suaranya.
“Uncle Dyrta yang memberi ini untuk Ega, Uncle ?” Tanya Ega dengan wajah seriusnya.
Dyrga kembali mengangguk iya sebagai jawaban pertanyaan Ega.
“Tapi kenapa Uncle Dyrta tidak ikut kesini bersama Uncle ?” Tanya Ega lagi dengan wajah seriusnya.
Dyrga menangkup wajah mungil keponakan yang ada di hadapannya saat ini.
“Uncle Dyrta sedang berada di Indonesia, Boy. Kau bisa meneleponnya nanti. Sekarang, kau bisa menaiki mobil barumu.” Ucap Dyrga merapikan kembali rambut Ega.
Ega yang antusias segera berbalik badan dan mendekati mobil mini barunya yang sudah memutar di ambang pintu mansion sejak tadi. Pintu penghubung antara dapur dan taman.
“Thank you, Uncle Dyrga!! Thank you Uncle Dyrta!!” Teriak Ega lalu menaiki mobil mini barunya dibantu oleh salah satu pria bersetelan hitam, bodyguard Dyrga yang ada disana.
..**..
Ega menikmati permainannya dengan mobil mini berwarna hitam yang sengaja dirancang khusus oleh Dyrta untuk keponakan tersayangnya. Dyrga meminta Dyrta untuk membuatkan mobil mini untuk Ega.
Karena dia ingin memberikan kejutan untuk Ega saat dirinya berada di Dubai nanti. Tentu saja saat itu Dyrta membuatnya dalam waktu kurang dari satu minggu.
Melihat Ega sudah menikmati pemainan barunya, mereka para orang dewasa kembali menikmati kebersamaan mereka dengan seorang pria tampan bersetelan abu-abunya. Pria yang sangat sulit sekali untuk mereka jumpai, karena kesibukkannya mengurus perusahaannya yang sangat maju pesat.
Pria yang sebentar lagi akan pergi ke salah satu kampus ternama di Dubai. Memenuhi undangan seminar yang diberikan secara pribadi oleh Kepala Rektor dan Kepala Jurusan Pengembangan Bisnis dari Universitas Dubai.
…
Perbincangan bisnis selalu mereka lakukan disaat sedang berkumpul seperti ini. Dan sesekali Asyafa menyentil keponakannya itu dengan kalimat pernikahan.
Karena dia sangat paham, jika kedua keponakan tampannya bahkan sampai saat ini tidak pernah terdengar desas-desus jika mereka menjalin hubungan dengan seorang wanita.
Garza kembali membuka suaranya.
“Jadi Dyrta yang mewakili rapatmu di Jakarta ?” Tanya Garza pada Dyrga.
“Iya Kak. Itu pun terpaksa dia lakukan.” Jawab Dyrga.
Semua mengangguk iya seraya paham.
Fakra, dia kembali membuka suaranya.
“Terpaksa karena kau memenuhi undangan seminar itu ?” Tanya Fakra mengelap tangannya dengan tissue basah, pemberian dari istrinya, Asyafa.
“Iya, Uncle.” Jawab Dyrga singkat.
Namun dia kembali melanjutkan kalimatnya.
“Aku tidak mungkin menolak undangan seminar itu. Karena mereka memberikannya langsung kepadaku. Mereka menjumpai ku langsung di kantor.” Ucap Dyrga detail seraya menjelaskan.
Mereka semua mengangguk iya mendengar penjelasan dari Dyrga.
Fakra, kembali melanjutkan kalimatnya.
“Jadi, kita tunda saja pertemuan dengan Pengusaha itu ?” Tanya Fakra kembali. Menujukan pertanyaannya khusus untuk Dyrga.
“Tidak perlu.” Jawab Dyrga singkat.
Garza, dia mulai membuka suaranya.
“Iya, Dyrga. Aku ada 2 rapat penting hari ini di perusahaanku. Kemungkinan aku tidak bisa memenuhi undangan dari Pengusaha itu.” Ucap Garza seraya menyuruh Dyrga untuk ikut bersama dengan Fakra.
Dan Garza kembali melanjutkan kalimatnya.
“Mereka juga memberikan fasilitas mereka untuk kita. Kau sudah membaca berkasnya, bukan ?” Tanya Garza dan diangguki iya oleh Dyrga.
Fakta, dia menghela panjang nafasnya. Dia sungguh bersyukur sekali. Karena keponakannya bisa diandalkan dalam menangani urusan bisnisnya.
Fakra menyambung kalimat menantunya, Garza.
“Jika kau sudah selesai dengan acara seminarmu, kita langsung berangkat ke kantornya. Karena dia sangat menunggu kedatangan kita. Dan kau tahu sendiri Garza tidak bisa menemaniku.” Ucap Fakra melirik sekilas menantunya.
Garza kembali membuka suaranya.
“Iya, Dyrga. Aku tidak bisa menemani Daddy. Pekerjaanku sungguh menumpuk. Kau tahu, selain mengurus bisnis keluargaku. Aku juga harus mengurus bisnis Daddy yang segudang itu. Termasuk perusahaan mu disini.” Ucapnya mulai bernada sinis.
Semua orang tertawa pelan mendengar kalimat sindirian Garza tentang perusahaan Dyrga yang sekarang dikelola oleh abang ipar sepupunya, Garza Axaorcha.
Zharif dan Syarifah hanya bisa menggelengkan pelan kepala mereka saja. Bukan pertengkaran, melainkan bahan candaan untuk Dyrga yang masih tetap fokus pada binisnya. Sampai lupa untuk mencari pendamping hidup.
Dyrga hanya mengulum senyumannya sambil memainkan ponsel yang ada di tangannya.
Saat mereka tengah berbincang sebentar, seorang pria bersetelan hitam datang menghampiri mereka semua.
Pria itu mulai membuka suaranya.
“Selamat pagi, Tuan dan Nyonya. Selamat pagi Mr. Dyrga.” Sapa pria itu sopan kepada mereka, dia lalu menunduk hormat.
Mereka semua diam mendengar pria yang berstatuskan sekretaris pribadi Dyrga itu yang tengah berbicara. Mereka tahu, pria itu pasti hendak memberi informasi kepada Dyrga.
Dyrga hanya diam, lalu menjangkau kotak tissue yang ada di hadapan Grandma nya.
Pria itu kembali melanjutkan kalimatnya.
“Mr. Dyrga, 2 jam lagi rapat seminar akan dimulai.” Ucap pria itu seraya memberikan informasinya kepada Boss nya.
Dyrga mengangguk iya.
“Terima kasih, Charl.” Jawab Dyrga seraya mengerti, lalu membersihkan mulutnya dengan tissue.
Yah! Pria itu adalah sekretaris pribadi Dyrga, Charlow Fernandez. Sudah menjadi tugasnya mengingatkan Boss nya untuk segala kegiatan yang akan dilakukan Boss nya, Dyra setiap hari.
Dyrga lalu beranjak dari posisi duduknya. Dan menghadap Grandma nya, Syarifah. Dia merundukkan tubuhnya mencium kening Grandma nya. Dia mengambil tangan kanannya, dan menciumnya.
“Dyrga pergi dulu, Grandma.” Ucapnya lalu mencium pipi kanan dan pipi kiri Grandma nya.
“Hati-hati, Cucuku. Ingat! Kalau ada wanita cantik disana. Segera dekati dia. Dan bawa dia kepada kami.” Ucapnya dengan nada sebal, dan direspon tawa oleh semua orang.
Syarifah tidak pernah bosan untuk mengingatkan kedua cucu kesayangannya untuk cepat mempersunting seorang gadis. Karena dia merasa dirinya dan suaminya sudah berusia sangat senja.
Mereka ingin kedua cucu kesayangannya, penerus darah Abraham Althaf menikah dan melihatnya duduk di pelaminan. Terutama sekali melihat kedua cucu kesayangannya mengucapkan kalimat ijab qabul di depan mata kepala mereka sendiri.
Mendengar kalimat Grandma nya, Syarifah. Dyrga membuka suaranya.
“Iya Grandma. Yang terpenting, Grandma harus jaga kesehatan dan harus tetap sehat.” Ucap Dyrga kembali mengecup kening Grandma nya.
Syarifah mengangguk iya mendapat perlakuan manis dari cucunya yang lebih dominan bersifat cuek dan dingin itu.
Dyrga kemudian berjalan menuju Grandpa nya yang berada di sebelah Grandma nya, hanya dibatasi dengan satu kursi milik Ega. Dia membungkukkan tubuh berbalut setelan abu-abunya itu.
“Grandpa, Dyrga berangkat dulu.” Pamit Dyrga lalu mencium tangan kanannya, mengecup singkat puncak kepala Grandpa nya yang sudah terlihat lemah di kursi rodanya.
Grandpa nya yang akrab disapa Mr. Abraham itu, dia tersenyum dan mengangguk iya.
“Iya, Cucuku. Hati-hati ya. Ingat, jangan lupa cepat bawa wanita mu kepada kami. Usiaku sudah sangat tua.” Ucap pria lansia bernama Zharif itu dengan suara lemahnya. Senyuman tentu masih terukir di wajahnya. Melihat pria tampan yang mengalir darahnya di tubuh kekar itu.
Dyrga menggelengkan pelan kepalanya seraya mengatakan tidak perlu untuk membahas soal usia.
“Grandpa. Kalian harus tetap sehat. Aku berjanji akan segera melamar seorang gadis, sesuai keinginan kalian.” Ucap Dyrga sebagai obat penghangat hati Grandpa dan Grandma nya.
Semua orang terenyuh melihat pemandangan yang ada di hadapan mereka saat ini. Sungguh mereka tidak menyangka, kalau waktu begitu cepat berlalu. Keadaan yang dulu masih terlihat muda dan segar, sekarang sudah termakan oleh waktu dan zaman.
Dan mereka harus siap untuk segala sesuatu yang akan terjadi di kemudian hari. Jika salah seorang keluarga mereka juga pergi menyusul keluarga mereka yang lainnya, yang sudah berada di Surga.
Mendengar kalimat Dyrga barusan, Garza beranjak dari duduknya dan berjalan mendekati Grandpa nya.
“Grandpa. Jangan khawatirkan soal Dyrga dan Dyrta. Kalau sampai 3 bulan ke depan mereka belum mendapatkan wanita juga, aku akan meminta Charlow dan Domba untuk melakukan sayembara di mansion Abraham Althaf.” Ucap Garza dan disambung oleh Ayah mertuanya, Fakra.
“Sayembara khusus Lady.” Sambung Fakra dan direspon tawa oleh Syarifah dan Zizil.
..**..
Setelah acara sarapan pagi itu, Dyrga pamit kepada mereka semua untuk berangkat ke Universitas Dubai, melanjutkan kegiatannya. Menghadiri rapat acara seminar bisnis yang akan diadakan dua hari lagi.
Keluarga Fakra sangat memahami kesibukkan Dyrga sebagai pebisnis dengan jam kerja tinggi setiap harinya. Bahkan untuk menghadiri acara pesta keluarga saja, dia hanya menyempatkan diri selama setengah jam berada di lokasi pesta. Setelah itu, dia akan kembali lagi mengurus semua bisnisnya itu.
Mereka pergi menuju Universitas Dubai untuk menghadiri rapat satu hari sebelum seminar nasional antar kampus itu dimulai.
***
University of Dubai, Dubai, Uni Emirat Arab.,
Ruangan Rektor Utama.,
Pagi hari.,
Beberapa orang tengah berbincang serius di ruangan yang sudah dipenuhi oleh beberapa orang terpenting di Universitas ternama di Dubai itu. Saat mereka tengah berbincang. Suara dobrakan pintu mengalihkan pandangan dan pembicaraan mereka.
Brrraaaakkkkkk!!!
Pintu terdobrak dan terbuka lebar.
Buugghhh!!
“Aaaww!!”
Dua pasang netra itu saling bertemu dan bertatapan. Sepasang netra tajam menatapnya lekat.
Deg!