5. I'm Sorry Caroline

826 Words
...Carolin POV... Persetan dengan larangan Jason. Aku tidak peduli, aku hanya ingin ke butik. Disinilah aku sekarang, di ruangan khusus untukku yang sudah 2 minggu ini tidak aku kunjungi. Aku selalu merasa senang bila berada di sini. Rasanya seperti hidup kembali karena hanya di sini aku bisa bebas untuk berkarya. Aku menatap jam dinding, sekarang sudah pukul 10 malam. Butik memang sudah tutup tapi aku masih ada di sini untuk merancang beberapa gaun baru. Kurasa ini sudah terlalu malam jadi aku harus pulang. Jason pasti sudah mencariku karena aku tadi pergi tanpa pamit padanya. Aku juga sengaja meninggalkan handphoneku agar tidak ada yang mengganggu. Yaa, mulai sekarang aku memanggilnya Jason karena aku malas memanggilnya dengan embel-embel 'kakak' aku benar-benar marah padanya. Ini sudah malam. Mataku juga sudah mulai mengantuk. Kurasa aku harus segera pulang. *** Sesampainya di apartement aku tidak bisa melihat apapun karena keadaan apartement sangat gelap. "kenapa gelap begini?,apa Jason belum pulang?" Batinku. Tiba-tiba saja lampu di seluruh apartement menyala, aku memekik kecil karena terkejut. "dari mana aja kamu sampek jam 1 malem baru pulang?" Tanya seorang laki-laki yang sekarang sedang berjalan ke arahku. "maaf tadi macet" Jawabku singkat. Aku tidak berbohong tadi aku memang pulang jam 10 tapi jalanan macet jadi aku baru sampai jam 1 malam. "aku nggak tanya kenapa kamu pulang malem, tapi aku tanya dari mana kamu sampek pulang malem gini??" Tanyanya dengan nada tajam yang membuatku merasa sedikit takut. "dari butik" Jawabku singkat. "bukannya aku udah bilang jangan pergi ke butik??" Tanyanya lagi. "dan tadi pagi aku juga bilang kalo aku nggak minta izin kamu buat bisa pergi ke butik" Jawabku dengan santai padahal hatiku merasa takut. "kamu keras kepala banget sih Lin!! Kamu nggak tahu kalo aku udah kebingungan nyari kamu dan Mama udah marah-marah ke aku karena ngira aku nggak becus jaga kamu! disini yang salah kamu tapi aku yang direpotkan.. " Teriakannya membuatku terkejut. Aku tidak pernah dibentak selama ini jadi aku langsung menangis ketika dia membentakku. "kalo kamu nggak mau cari aku, kenapa kamu cari?? seharusnya kamu nggak usah sok peduli sama aku, dan satu lagi aku nggak pernah minta kamu cari" Ujarku dingin sambil berlalu memasuki kamarku dan menutup pintunya dengan kasar hingga menimbulkan suara yang keras. *** "Lin jangan marah aku ngak sengaja tadi, aku minta maaf Lin" kata Jason dari luar kamar. Aku berusaha menulikan telingaku untuk tidak mendengarka Jason yang sedang memohon padaku agar aku keluar dan segera makan. Aku tidak peduli jika aku tidak makan malam ini, yang ingin ku lakukan sekarang adalah berusaha membenci Jason dan marah padanya agar ia tahu bagaimana rasanya tidak diperhatikan. *** ...Author POV... Jason menumpat dalam hati karna tadi dia tidak sengaja membentak Olin dan membuat wanita itu menangis. "mungkin dia tidak pernah di bentak" Pikir Jason. "Lin aku mohon buka pintunya kamu harus makan, kalo bukan untuk kamu, coba kamu pikirkan anak kita Lin" Bujuk Jason lagi. Ini sudah hampir 1 jam Jason mencoba membujuk Olin tapi hasilnya nihil, Olin sama sekali tidak mendengarnya. Meskipun begitu jason tidak pernah menyerah, dia merasa bersalah atas sikapnya pada Olin tadi. "Lin aku mohon kali ini aja, dengerin aku" Bujuk Jason lagi. "aku udah makan Jason, kamu nggak perlu khawatir.. Dia juga anak aku jadi aku nggak mungkin bikin dia celaka" jawab Olin. Kalimat yang dikatakan olin sama persis seperti kalimatnya tadi pagi. Ada satu hal yang membuat jason tersentak, sekarang Olin tidak lagi memanggilnya dengan sebutan 'kakak'. Memang perbedaan umur mereka hanya sekitar 3 tahun, Jason yang berusia 28 tahun dan Olin yang berusia 25 tahun, tapi biasanya Olin selalu memanggilnya dengan sebutan kakak. "mungkin Olin terlalu marah padaku" Batin Jason. Akhirnya Jason menyerah. Mungkin Olin ingin sendiri dulu. Ditatapnya pintu kamar Olin sekali lagi, Jason menghembuskan napasnya perlahan kemudian ia beranjak dansegera pergi ke kamarnya yang berada di samping kamar Olin. Selama ini mereka memang tidur di kamar yang berbeda. Sementara itu, di dalam kamar Olin masih saja menangis. Ia merasa tidak terima jika dibentak seperti tadi. "ini hidupku jadi kenapa dia mencampuri hidupku?? tidak cukupkah dia menghancurkan masa depanku??" Tanya Olin pada dirinya sendiri. Sebenarnya Olin menyadari malam itu bukan sepenuhnya salah Jason. Seingatnya saat itu dirinya sedang mabuk berat karena patah hati, tapi tetap saja dia merasa tidak suka jika dibentak seperti tadi. Tidak lama kemudian Olin sudah tertidur pulas, mungkin dia lelah karna seharian berada di butik, atau mungkin dia lelah karna masalah hidup yang selalu mendatanginya. Bagaimana tidak, dulu Olin adalah seorang desainer muda yang terkenal di kota ini, lalu hidupnya mulai terasa hancur saat harus menikah dengan orang yang tidak dicintainya dan tidak mencintainya.  Semua itu karena janin yang berada di kandungannya. Belum lagi kenyataan pahit yang harus diterimanya, saat mengetahuhi bahwa suaminya masih memiliki seorang pacar. Lelah, dia merasa lelah, tapi apa boleh buat?? Semua sudah terjadi. Harapannya sekarang adalah ia bisa hidup tenang bersama anaknya walau tanpa suaminya, karena apa gunanya memiliki suami yang tidak peduli padanya? **** TBC I Hope You Like This Story Patrisia Arselita
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD