...Jason POV...
Saat pertama kali membuka mata, aku merasa kepalaku sangat sakit, entah karena apa aku juga tidak tahu.
Oh, mungkin karna aku hanya tidur selama 2 jam malam ini.
Kemarin aku menunggu Olin sampai jam 1 malam lalu dilanjutkan dengan aksi pertengkaran kami yang malah membuat Olin marah. Dia tidak mau makan dan aku harus membujuknya dulu walaupun akhirnya gagal. Setelah itu aku memutuskan untuk tidur tapi sayang sekali aku tidak bisa tidur, dan baru bisa tidur saat jam 4 pagi.
Mengingat nama Olin membuatku langsung bangun dan mendudukkan diri.
"Olin belum makan" Pikirku.
Walaupun tadi malam dia bilang sudah makan, sebenarnta aku tidak percaya sama sekali, jelas saja itu hanya alasannya untuk menghindariku.
Sekarang aku harus memintanya untuk makan.
***
"Lin kamu udah bangun?" Tanyaku di depan pintu kamar Olin sambil mengetuk pintu berwarna putih itu.
Tidak ada jawaban. Aku memutuskan untuk membuka pintu itu, untung saja sudah tidak dikunci lagi seperti tadi malam.
Saat aku masuk kekamarnya, aku melihat Olin masih meringkuk di atas tempat tidur. Dengan perlahan aku mendekat ke arah tempat tidurnya.
Sekarang sudah hampir 2 bulan usia kandungan Olin. Perut Olin memang masih terlihat datar. Sebenarnya itu sedikit membuatku khawatir tapi kata Mama itu hal yang wajar.
Saat sudah ada di depan Olin, tiba-tiba saja tanganku bergerak untuk membelai wajahnya, dia terlihat sangat damai, berbeda dengan ekspresinya tadi malam saat sedang bertengkar. Sekarang aku benar-benar merasa menyesal karena sudah merusak masa depannya.
"maaf Lin" Kataku tiba-tiba.
Setelah mengatakan itu aku segera keluar dari kamarnya, aku tidak mau mengganggu tidurnya.
***
...Caroline POV...
Aku merasa terganggu karna saat aku tidur ada sebuah tangan lembut yang tiba-tiba saja membelai wajahku, aku tidak tahu siapa pelakunya hingga aku mendengar sebuah kata yang mampu membuat hatiku bergetar.
"maaf Lin" aku jelas sangat hafal dengan suara itu.
***
"kamu udah bangun Lin? " sapa suara serak seorang laki-laki.
"menurut kamu gimana? Kalo aku disini artinya aku udah bangun apa belom?" Tanyaku.
"makan dulu Lin" Jawabnya lembut.
"aku mau pergi" Kataku memecahkan keheningan di antara kami saat sedang sarapan berdua.
"mau kemana?"
"aku mungkin lebih baik tinggal di rumah mama aja" Jawabku membuatnya menatapku tajam.
"nggak boleh"
"sebenarnya di sini yang keras kepala aku apa kamu Sih?" Teriakku pada Jason.
"mereka akan berfikir kita lagi berantem kalo kamu tiba-tiba pengen tinggal di rumah mama Lin" jawabnya mencoba sabar. Tapi itu tidak akan merubah keputusanku.
"emang kita lagi berantem kan?" Tanyaku santai.
"jangan mulai lagi Lin" Desisnya.
"aku lagi hamil Jason, aku butuh ketenangan, aku juga butuh perhatian, dan aku yakin kalo aku akan dapet semua itu dari mereka" Bantahku.
"kamu akan dapet semua itu dari sini, nggak perlu pake acara kabur ke rumah Mama" Jawabnya Jason sambil terus menatapku dengan tajam.
"kalo kamu ingin gitu, aku bisa apa? aku'kan cuma istri yang harus tunduk pada suaminya" Kataku sambil berjalan ke arah kamar.
"jangan bertingkah kaya anak kecil Lin, kamu selalu mulai pembicaraan lalu kamu juga yang ninggalin pembicaraan yang belum selesai" Katanya membuatku berhenti melangkah lalu berbalik melihat ke arahnya.
"aku pikir ini udah selesai saat aku bilang bahwa aku hanyalah istri yang harus tunduk pada suami" Ujarku sedikit teriak karena marah.
"kamu nggak terima keputusan aku dengan sepenuh hati Lin" Katanya dengan tenang.
"aku juga manusia Jason, aku juga berhak nentuin pilihan hidupku, dan satu hal lagi, harusnya dulu aku gugurin kandungan aku biar aku nggak perlu berurusan sama orang b******k kaya kamu" Jawabku sambil berjalan ke kamar, aku tidak mempedulikan Jason yang mencoba menghentikan langkahku setelah mendengar perkataanku.
***
...Jason POV...
Walaupun kemarin pertengkaran kami sudah selesai tapi dampaknya masih terasa sampai hari ini, Olin memang mau bicara padaku tapi perkataannya terkesan dingin dan terpaksa, hal itu jelas mempengaruhi konsentrasiku saat berkerja.
"Jason"
Saat mendengar ada suara yang memanggilku aku segera menoleh ke arah pintu ruangan di kantorku, kulihat disana ada seorang wanita cantik yang berdiri sambil tersenyum ke arahku.
"kamu bilang lagi sibuk, kok malah kesini?" Tanyaku pada Valeri.
wanita tadi adalah Valeri. Memang beberapa hari lalu kami sempat bertengkar, tapi itu tidak akan bertahan lama, karena setelah bertengkar salah satu dari kami akan langsung minta maaf dan pertengkaran pun selesai.
"emang aku nggak boleh kesini?" Tanyanya sambil duduk di sofa yang ada di pojok ruanganku.
"bukan gitu Valeri, aku cuma nggak mau kamu jadi nggak profesional gara-gara aku" Kataku sambil duduk di depan Valeri.
"nggak masalah kalo aku dibilang nggak profesional, bahkan aku juga ngak masalah kalo mau dipecat sekalipun" Tegasnya kemudian.
"nggak bisa gitu Valeri. Dari dulu kamu pengen jadi model terkenal dan sekarang semua itu udah terwujud, jadi kamu nggak boleh berubah setelah kamu terkenal" Kataku menasehati Valeri.
"itu mimpi aku yang dulu Jason, sekarang aku udah punya mimpi yang lagi aku kejar dan aku pengen mimpi itu segera terwujud" Jelasnya.
"mimpi yang baru?" Tanyaku sedikit bingung.
"kamu, Jason" Jawabnya membuatku lebih bingung lagi.
"aku?"
"aku pengen miliki kamu Jason, itu mimpi aku yang sekarang" Jelasnya.
Jujur saja jika dulu Valeri mengatakan hal ini hatiku pasti sangat senang, tapi sekarang terasa berbeda. Aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya. Aku merasa biasa saja, sekarang aku malah jadi bingung harus menjawab apa pada Valeri.
Mungkinkah aku sudah tidak mencintai Valeri. Jujur saja aku tetap merasa senang jika dia ada di dekatku, ya, aku memang senang tapi aku merasa tidak nyaman.
"Jason kenapa melamun? " Tanyanya membuyarkan lamunanku.
"aku hanya banyak pekerjaan Valeri" Jawabku berbohong.
"Jason aku mau kamu segera menikahiku" Perkata Valeri membuatku terkejut. Bisa-bisanya dia minta untuk kunikahi padahal dia tahu aku masih menikah dengan Olin.
"Jason!!!" bentaknya.
"maaf Valeri, kamu tahu kan aku sudah menikah dengan Olin, dia sedang mengandung anakku. Akan sangat mustahil kalau aku menikahimu" Jawabku pada Valeri. Perkataanku mungkin membuatnya terkejut.
"Jason kamukan bisa menceraikannya" Rengek Valeri.
"Tidak Valeri. Aku tidak mungkin menceraikan dia,
. Dia sedang hamil anakku, aku harus tanggung jawab" Kataku lagi.
"kamu jahat Jason! kamu udah nggak peduli sama aku, kamu hanya peduli sama Olin yang sialan!!" Teriaknya membuatku marah seketika.
"Valeri sudah kubilang jangan menyebut Olin sialan"
"terserah Jason. Terserah apa katamu, aku tidak peduli" Katanya sambil berjalan keluar dari ruanganku.
Sial, kenapa ini harus terjadi? Kenapa aku harus memilih antara Valeri dan Olin yang sedang mengandung anakku?
Tidak. Aku tidak bisa memilih. Valeri yang hampir 4 tahun belakangan ini selalu menemaniku dan Olin yang masa depannya hancur karna kesalahanku. Aku tidak mungkin meninggalkan salah satu dari mereka. Tidak. Tidak mungkin.
***
TBC
I Hope You Like This Story
Patrisia Arselita