33

1217 Words
"Permisi," ucap Shatoru memberi salam saat ia mulai masuk ke halaman luas milik laki-laki yang katanya bernama Ichimaru. Tapi, saat masuk kedalam sana. Keadaan kosong. Seperti tak ada seorang pun. Hayato masuk secara perlahan kearea rumah itu sambil melihat sekeliling. Di dekat halaman itu sebelum masuk kedalam rumah, ada sebuah bangunan terbuat dari kayu yang cukup besar. Bahkan lebih besar dari rumahnya. Namun, bangunan itu juga sepertinya kosong. Hayato masih di sana, terus saja melihat. Tempat itu seperti bangunan terbengkalai yang tidak terpakai. "Sudahlah aku kembali saja," desis Hayato lalu berbalik berniat ingin pulang. Sayangnya, saat ia berbalik seseorang tepat menghadap wajahnya dan membuatnya kaget karena wajah itu dekat sekali. Hayato menjerit sambil mundur kebelakang. "Si...siapa kamu," ujar Hayato gugup. "Hei bocah, harusnya aku yang bertanya siapa kamu? Ada urusan apa kamu kesini?" tanya laki-laki itu, lalu sesekali ia meminum air dari sebuah botol, seperti sebuah sake. "A...aku mencari Paman Ichimaru," kata Hayato. "Ada apa kau mencariku?" "Kau Paman Ichimaru?" tanya Hayato. "Iya, aku Ichimaru Shaka." "Paman Shatoru menyuruhku untuk menemui Paman," ucap Hayato. Ichimaru menatap Hayato begitu tajam setelah Hayato mengatakan bahwa ia datang ke tempat itu karena perintah Shatoru. "Duduk lah," ujar Ichimaru menekan pundak Hayato ke bawah sampai Hayato duduk di atas tanah. Kemudian Ichimaru pergi entah kemana. Hayato bingung dengan tingkah laki-laki itu. Apa Shatoru mau mengerjainya lagi untuk belajar dengan orang gila? Nampak sekali orang itu tak waras, dengan rambut acak-acakan, badan dan baju lusuh serta bau sake yang menyengat dari mulutnya. Apa benar orang seperti itu bisa mengajarinya bela diri? "Hei bocah!" teriak Ichimaru dari salah satu dinding kayu. Hayato berdiri mencari arah suara Ichimaru. "Ada apa Paman?" tanya Hayato. "Kau mau berlatih beladiri bukan?" balik tanya Ichimaru. Hayato mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Ichimaru itu. "Sebagai pemanasan, tangkap dua ayam itu. Aku ingin menyembelihnya," sambung Ichimaru. "Apa?!" Hayato kaget, tak percaya dengan apa yang di katakan Ichimaru. Apa lagi ini? Semakin aneh saja. "Selesaikan sampai tengah hari." Setelah mengatakan hal itu, Ichimaru berlalu meninggalkan Hayato. Sementara Hayato masih bingung di sana harus melakukan apa, bagaimana ia menangkap dua ayam jantan itu dalam waktu bersamaan. Laki-laki itu memang gila, Shatoru juga semakin gila menyuruhnya menemui orang gila. Hayato masih berpikir ulang tentang caranya menangkap ayam itu. Tanpa berpikir panjang ia masuk kedalam kandang itu, yang di buat melingkar dari kayu dan besi setinggi badan. Hayato mulai mengejar ayam-ayam itu setelah menutup pintu kandang. Ayam itu berlari menjauhi Hayato dengan kencang. Hayato beberapa kali terjatuh, sesekali mengenai kotoran ayam itu. Sedangkan Ichimaru kini duduk di terasnya sambil minum sake, ia bisa mendengar suara ayam-ayamnya yang ribut karena mendapat kejaran dari Hayato. Ichimaru Shaka mantan seorang militer kekaisaran yang paling terkenal di keempat wilayah. 25 tahun lalu, ia adalah militer kekaisaran tingakat dua. Yang memenangi banyak peperangan, termasuk kudeta yang di lakukan pemberontak. Daimyo kekaisaran memberikannya jabatan, tinggi sebagai bangsawan. Tapi, suatu ketika ia bertemu seorang gadis desa biasa bernama Narumi. Ichimaru jatuh cinta pada pandangan pertama dan melamar Narumi. Setelah menikah, keduanya memutuskan untuk meninggalkan Edo dan memilih tinggal di Yondama untuk membangun hidup baru. Di Yondama ia membangun tempat latihan beladiri, tempat itu langsung menyebar keempat wilayah. Banyak orang berdatangan untuk menjadi muridnya. Setiap musim orang-orang datang untuk bergabung, membuat Yondama selalu ramai tanpa sepi. Namun, pada suatu malam 20 tahun lalu. Sekelompok orang dengan di ketuai seorang pendekar buta yang mengatakan mereka menantang banyak perguruan untuk mencoba bedirinya. Ichimaru meladeni, awalnya ia menang melawan beberapa orang dari bawahan pendekar buta itu, tapi kemudian ia di kalahkan dengan mudah. Kekalahan Ichimaru membuat banyak muridnya kecewa, lalu satu-persatu mengundurkan diri dan keluar dari tempat itu. Lambat laun tempat beladiri itu mulai sepi. Di tengah kesepian itu, istrinya yang mengandung tengah sakit keras. Ia sudah berusaha kemanapun untuk mencari cara menyembuhkan istri dan anaknya. Sayangnya, tak berapa lama istrinya meninggal dunia begitupun dengan anaknya yang berada di kandungan. Sejak saat itulah, ia menjadi orang aneh. Penduduk desa menjulukinya, pria gila pemabuk. Sudah lama sekali ia tak keluar dari area rumahnya. Hingga suatu ketika, saat pertama kali Shatoru datang ke desa itu. Ia pulang dari hutang dan tak sengaja tersasar ke rumah Ichimaru. Shatoru berpikir Ichimaru orang jahat, sementara Ichimaru berpikir Shatoru pencuri. Keduanya mengalamangi pertarungan sengit, sampai keduanya mengalami luka. Shatoru mendapatkan luka di rahang, sementara Ichimaru mengalami patah tulang hidung. Tapi sejak saat itu mereka menjadi teman akrab. Ichimaru mengagumi beladiri Shatoru, di tambah Shatoru juga adalah murid dari kakak seperguruan Ichimaru, yakni Riyoichi. Pantas saja Shatoru begitu tangguh, selain itu Ichimaru mengetahui kebenaran lain tentang Shatoru yang selama ini di tutupi dari penduduk desa. Ichimaru tak tahu alasan apa yang membuat Shatoru kabur dari rumah, padahal hanya ia anak Daimyo yang seharusnya menggantikan kekuasaan. "Paman Maru!" teriak Hayato. Ichimaru melihat kearah Hayato yang sudah mendapatkan dua ayam, kini di pegang dengan kedua tangannya. "Bagus bocah, kau berhasil dalam pemanasan," puji Ichimaru. "Tapi, tubuhmu bau. Mandilah ke belakang." Hayato membau tubuhnya yang mengeluar aroma tak sedap dari kotoran ayam. Kemudian Hayato memberikan ayam-ayam itu pada Ichimaru. Hayato bergegas kebelakang untuk membersihkan tubuhnya yang sudah sangat bau. Sementara Ichimaru memotong dan membersihkan ayam itu, lalu memasaknya. Setelah selesai ia mengajak Hayato makan ayam itu bersama. "Siapa namamu, bocah?" tanya Ichimaru. "Hayato, Paman. Hayato Shouta," jawab Hayato. Mendengar hal itu Ichimaru hampir tersedak mendengar jawaban Hayato itu. Apa maksudnya dengan Shouta? "Apa kau keturunan Shouta?" tanya Ichimaru lagi. Hayato mengangguk. "Apa Ayahmu Riyoichi?" "Dari mana Paman tahu nama, Ayah?" tanya Hayato balik. "Dimana Ayahmu sekarang?" "Meninggal, terbakar dengan desaku," jawab Hayato. Ichimaru menarik napas beratnya yang mulai sangkal di d**a, kematian itu pasti tak wajar. Jika benar apa kematian itu ulah seseorang? Namun, Ichimaru tak ingin membahas apapun lagi. Ia tak ingin membuat masalah baru bagi Hayato. Setelah selesai makan, Ichimaru mulai mengajarinya untuk latihan pernapasan. Latihan sama seperti yang di ajarkan Shatoru Hayato malah bosan dengan latihan itu. Sementara Ichimaru teringat bagaimana Riyoichi dulu mengajarinya berlatih, keras sekali, bahkan lebih keras dari guru dan komandan mereka. Ichimaru bahkan menyerah dan melarikan diri, tapi Riyoichi mendapatkannya dan menyeretnya kembali ke tempat latihan. Sayangnya, saat mendengar bahwa Riyoichi sudah meninggal terbakar itu seperti sebuah konspirasi. *** Semenjak bertemu dengan Ichimaru, Hayato terus berlatih beladiri. Ia sekarang menguasai beberapa jurus. Latihan Ichimaru tak sekeras saat Hayato latihan dengan Shatoru. Awalnya Hayato juga meminta Ichimaru untuk mengajarinya tapi Ichimaru menolak. Ichimaru mengatakan bahwa Shatoru lebih pandai dalam berpedang daripada dirinya. Setelah empat bulan belajar beladiri pada Ichimaru, Hayato kembali pada Shatoru untuk menantangnya. Shatoru menerima tantangan itu. Hayato yang sudah bisa beladiri, ia berusaha mengontrol dirinya. Hayato tak seperti dulu, kini ia tahu taktik Shatoru. Ia tak mudah di lumpuhkah. Ia bisa menghindari beberapa serangan Shatoru. Shatoru juga hampir terkena goresan pedang Hayato, tapi ia mampu terus menghindar. Karena jika sampai terkena pedang itu ia harus membuka topeng miliknya. Shatoru belum ingin melakukan hal itu sekarang, mungkin saja nanti. Dua jam lebih mereka bertarung, belum ada yang mau mengalah. Meskipun Hayato sudah mengalami luka di kaki dan lengannya. "Bagaimana?" tanya Shatoru, berniat mengajak Hayato berhenti. "Aku masih kuat, Paman," kata Hayato. Bruk! Tak lama setelahnya Hayato jatuh pingsan karena kelelahan. Shatoru akhirnya bernapas lega, kemudian ia membawa masuk tubuh Hayato untuk di istirahatkan. Hampir saja Shatoru membuka penyamarannya. Selain itu Shatoru bangga pada Hayato saat mengetahui anak itu sudah naik tingkat setinggi itu. Persis sekali dengan Riyoichi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD