32

1279 Words
Tak terasa lima tahun sudah berlalu sejak Hayato tinggal di desa Yondama, ia kini telah beranjak menjadi seorang remaja tanggung yang gagah dengan suara serak-berat. Sejak kejadian penangkapan Masamune dan penyergapan penjual b***k, Shatoru mulai memawas diri untuk benar-benar melatih Hayato. Hayato pun sudah nampak gembira, ia tak lagi belajar hanya memukul batang kayu dengan pedang mainan. Kuda-kudanya sudah sempurna, ia juga sudah membeli pedang, ia pun menguasai beberapa teknik berpedang. Awalnya Hayato berpikir bahwa Shatoru hanya penipu yang berkedok ingin menolongnya, tapi nyatanya lebih dari itu. Shatoru sangat hebat bahkan ia mengakuinya setelah melawan perempuan peramal tua yang selesai tanpa luka sedikitpun. Hayato berpikir seharusnya Shatoru masuk menjadi militer kekaisaran ataupun seorang bunshi wilayah, tapi nyatanya sampai sekarang hanya menjadi seorang petani biasa. Hari itu Hayato baru saja selesai latihan, tubuhnya lelah sekali, mungkin karena ia kurang pemanasan. Ia merasa latihan pagi itu cukup. Ia memutuskan untuk mengambil segelas air minum di dapur. Saat tak sengaja ia melintasi kamar Shatoru, kamar itu terbuka. Mungkin saja Shatoru berada di dalam. Hayato mengintip sesaat. Nampak seorang dengan pakaian pria tengah duduk membelakangi pintu masuk. Melihat hal itu Hayato mulai penasaran dengan wajah asli Shatoru yang tanpa topeng, karena selama lima tahun bersama, Hayato belum pernah melihat wajah Shatoru sedikitpun. Hayato masuk perlahan kedalam kamar, ia sedikit berjinjit karena tak ingin menimbulkan suara apapun. "Aku tau kau masuk," suara Shatoru mengagetkan Hayato. Meskipun tanpa melihat Shatoru tahu bahwa Hayato sejak tadi mengawasinya. "Hehe, apa yang Paman lakukan?" tanya Hayato kebingungan. "Tidak ada. Keluarlah aku ingin berganti pakaian, setelah itu tunggu aku di tempat latihan biasa," ucap Shatoru. "Baiklah," setelah mengucapkan hal itu Hayato kembali keluar, ia bahkan sampai lupa untuk minum karena begitu pensaran dengan wajah asli Shatoru. Hayato kini berada di teras, duduk-duduk tak jelas sambil menunggu Shatoru. Meskipun Hayato masih sangat penasaran dengan wajah Shatoru. Selama lima tahun lebih, ia hanya melihat seorang pria dengan balutan jubah hitam dan topeng putih polos, tak ada sedikitpun gambar di topeng itu. Namun, yang masih memberatkannya adalah suara Shatoru yang lebih seperti seorang perempuan, meskipun tidak selembut itu, tapi nampak aneh sebagai seorang pria. Siapa yang bisa ia tanyai soal Shatoru, tak mungkin Inoshuke, Yababura atau Bibi Yumi. Mereka pasti tak akan memberitahunya. "Kau sudah siapa?" Lagi-lagi suara Shatoru mengagetkan Hayato. Hayato bangkit dari duduknya, mengambil pedangnya lalu mengikuti Shatoru untuk latihan di halaman. "Paman hanya menggunakan pedang kayu?" tanya Hayato begitu melihat Shatoru hanya menggunakan pedang kayu. "Ini cukup. Jika kau menang melawanku maka aku akan mengabulkan satu keinginanmu, tapi kalau kau kalah kau harus membersihkan kandang babi Paman Yababura," ucap Shatoru. Jangan lagi! Ia tak ingin membersihkan kandang babi Yababura yang begitu bau, apalagi babi-babi itu selalu mengganggunya. Tapi, itu juga taruhan yang bagus, jika ia menang ia bisa meminta Shatoru untuk membuka topengnya. "Kau sudah selesai dengan memikirkan permintaanmu?" tanya Shatoru mengagetkan. Hayato memasang kuda-kudanya, menggenggam erat gagang pedangnya dengan kedua telapak tangannya, lalu... "Aaaa!" Hayato berteriak sambil sedikit berlari kearah Shatoru dengan sekuat tenaga. Shatoru bersiap, lalu menghindar, memukul perut dan belakang lutut Hayato dengan kencang. Hayato terjatuh sambil memegang perutnya. "Jika kau berteriak sambil memegang pedang seperti itu, kau akan mudah di jatuhkan. Kau melindungi kepala, tapi perut dan kakimu bisa dengan mudah di lukai," ucap Shatoru lalu berjalan menuju teras. Hayato masih memegangi perutnya Sambil mencoba untuk berdiri. Rasanya ia sudah berlatih pedang selama lima tahun. Tapi, kenapa hanya dalam waktu kurang dari lima detik Shatoru bisa mengalahkannya. Namun, bukan itu yang ada dalam pikirannya sekarang, yang ia pikirkan ia tidak bisa melihat wajah asli satoru dan juga ya harus membersihkan kandang babi milik Paman Yababura. "Paman, bisakah aku membersihkan kandang babi itu lain kali?" tanya Hayato pada Shatoru saat ia sudah duduk di teras sambil meminum air. "Minggu depan kau lakukan. Sekaligus mencari jamur di hutan," kata Shatoru. "Baiklah," ucap Hayato. Gagal niatnya ingin melihat wajah asli Shatoru, padahal tinggal sedikit lagi. Mungkin ia kurang latihan beberapa tahun lalu, untuk bisa sejajar dengan Shatoru. "Ada yang menganggu pikiranmu?" kembali tanya Shatoru melihat sikap diam Hayato. "Ada yang ingin kau minta?" Hayato terdiam lama sekali, ia ragu untuk berucap. Meskipun selama ini Shatoru tak pernah melarangnya untuk bertanya tentang wajah aslinya. "Sudah lima tahun aku bersama dengan Paman, tapi selama itu aku belum pernah melihat wajah, Paman," ujar Hayato memberanikan diri berkata. "Kau ingin melihat wajahku?" Hayato mengangguk. "Kau boleh melihat wajahku tapi nanti setelah kau bisa menggores sedikit kulitku," kata Shatoru. "Tapi sampai kapan?" "Sampai kau benar-benar mampu," kembali ucap Shatoru. "Sepertinya kau juga perlu berlatih beladiri. Tapi, aku tak bisa melatihmu." "Lalu?" "Pergilah keujung desa, di sana ada sebuah tempat beladiri. Temui seorang pria bernama Ichimaru, mintalah berlatih padanya," ucap Shatoru. Hayato hanya mengangguk mendengar ucapan Shatoru itu. Setelahnya ia mengakhiri latihan itu, lalu membersihkan dirinya dan melakukan banyak pekerjaan yang diperintahkan oleh Shatoru. Keesokan paginya ia pergi menuju Ujung desa, untuk menemui seseorang bernama Ichimura. Meskipun begitu ia tak pernah tahu bagaimana wajah dan bentuk laki-laki itu. Tapi, dari cerita Shatoru dia pasti laki-laki gagah perkasa. "Hayato kau mau pergi kemana?" tanya Inoshuke saat melihat Hayato yang berjalan dengan cepat menuju ujung desa. Saat itu Inoshuke pulang dari bukit untuk mencari tanaman obat, ada seseorang yang membutuhkan bantuannya. "Paman Shatoru menyuruhku latihan beladiri pada pria bernama Ichimaru, Paman Shuke tahu di mana rumahnya?" kata Hayato sambil bertanya. "Oh Ichimaru, kau tinggal lurus saja sampai mendekati gerbang pintu keluar desa, sebelah kiri ada satu rumah besar dengan halaman luas, di situ tempatnya," papar Inoshuke pada Hayato. Hayato mengangguk paham, lalu mengucapkan terima kasih dan pergi meninggalkan Inoshuke yang saat ini pergi kerumah. Dalam perjalanan pulang Inoshuke mulai berpikir, apa yang sebenarnya di inginkan Shatoru dengan menyuruh Hayato belajar dengan orang gila seperti Ichimaru. Semua orang penduduk Yondama tahu siapa itu Ichimaru laki-laki aneh yang suka menyendiri. Kadang bermabukan di depan rumahnya, meskipun tak sampai menganggu. "Shatoru!" Seru Inoshuke saat melihat Shatoru tengah duduk di terasnya. "Dari mana kau sepagi ini, Shuke?" tanya Shatoru begitu melihat Inoshuke membawa keranjang punggung. "Ah aku baru dari bukit mencari tanaman obat," ujar Inoshuke. "Untuk siapa? Apa paman Yababura sakit?" "Bukan ..., ini untuk Paman Genma, dia habis jatuh dari pohon persik. Kakinya patah, kau mau ikut membantu?" Shatoru mengangguk lalu berjalan menuju Inoshuke dan mengikuti kemana Inoshuke kembali. Selama perjalanan keduanya hanya bisa diam satu sama lain, tak ada pembicaraan lebih. Tak berapa lama akhirnya mereka sampai di rumah Yababura. Inoshuke meracik obat itu untuk mengobati Genma yang katanya mengalami patah tulang akibat terjatuh dari pohon persik. Memang ini musim yang baik untuk memetik buah persik, musim di mana buah lain juga tengah menguning. "Kau mengalahkanku lagi, Nak," ucap Yababura saat Shatoru menemainya bermain Sogi di teras sambil menunggu Inoshuke selesai mengobati Genma. "Paman, padahal kau yang mengajariku sogi," kata Shatoru. Beberapa menit kemudian, Inoshuke datang menemui keduanya setelah mengobati Genma. Ia menggantikan Shatoru bermain. "Aku dengar militer kekaisaran ingin menjemputmu kembali?" tanya Shatoru. Inoshuke menghentikan permainan soginya, mengingat kejadian beberapa hari lalu. Sore hari saat ia tengah membantu Bibi Yumi mengobati pasien, lima orang militer kekaisaran datang. Dan menawari kembali Inoshuke untuk menjadi seorang dokter kekaisaran di Edo. Mereka memberi jaminan banyak hal, mulai dari upah yang lumayan banyak hingga rumah, awalnya ia menolak seperti biasanya. Namun, Yababura memberinya waktu berpikir kembali. Yababura mengatakan bahwa ia sudah tua, sudah seharusnya Inoshuke berpikir untuk mandiri dan bekerja dengan baik. Mendengar hal itu, akhirnya Inoshuke menerinya dan siap pergi kapanpun. "Mereka akan menjemputku dalam waktu dekat," ucap Inoshuke. "Jadi kau menerimanya?" tanya Shatoru. Inoshuke mengangguk. "Baguslah, kau layak di sana," sambung Shatoru. Inoshuke berharap ini adalah pilihan yang tepat baginya. Ia juga berharap dengan hal ini hidupnya bisa menjadi lebih baik, menjadi seorang bangsawan dengan jabatan dokter kekaisaran Edo.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD