06

1091 Words
“Bagaimana? Apa sudah ada kabar dari mereka?” tanya sang laki-laki berpedang dengan salah satu militer kekasairan yang datang menemuinya di suatu desa saat ia tengah pergi mencari salah beberapa gelandangan baru untuk di jual. Sang militer kekaisaran hanya menggeleng, “belum ada kabar dari mereka, aku yakin mereka belum keluar dari kota ini. Kalau sampai mereka keluarpun, mereka akan melewati Shibicu terlebih dahulu.” Laki-laki itu mengerti lalu hanya mengangguk, ia memerintahkan sang kusir untuk membawa kudanya berjalan meninggal militer kekaisaran itu, meskipun begitu pikirannya masih sedikit ketakutan dan bingung, jika seandainya entah Hayato ataupun Shatoru melaporkan apa yang telah terjadi, bisa-bisa bisnisnya hancurnya dan ia akan di hukum mati. Dalam perjalanan pulang itu sang laki-laki penasaran tentang Shatoru, padahal beberapa hari sejak Hayato di sana anak itu hanya bisa diam, tapi dalam satu malam Shatoru masuk ia langsung membawa Hayato pergi. Apa jangan-jangan Shatoru adalah seorang mata-mata dari Kekaisaran? Jika benar begitu akan makin runyam nanti. “Apa yang kau pikirkan?” tanya si kusir saat ia tak mendengar satu ucapan pun dari laki-laki itu. “Aku masih memikirkan tentang Hayato dan laki-laki itu, apa laki-laki itu seorang mata-mata,” ujar laki-laki itu mengurut keningnya. “Aku yakin bukan, hanya kebetulan saja ia seorang pencuri yang pandai kabur,” kata si kusir lagi, memang kalau di pikir benar ucapan sang kusir. Saat mendapatakan Shatoru di dermaga, Shatoru adalah seorang pencuri yang katanya sudah beberapa kali hampir tertangkap, itu membuktikan bahwa Shatoru pintar kabur dari satu tempat ketempat lainnya. Si kusir terus menggirim kudanya dengan tali kekang menuju jalanan desa, hari ini ia dan si laki-laki tak mendapatkan satu orangpun untuk di jual menjadi b***k, padahal setaunya militer kekaisaran yang bekerja dengannya sudah terus meminta jatah logi bulanan yang mana untuk bulan ini naik sampai 30 bulan, hampir dua kali lipat dari biasanya. Alasan para militer kekaisaran melakukan hal itu karena mereka harus menutup banyak mulut agar tak membukanya pada yang lain. “Sepertinya kau perlu minum ..., aku dengar di desaTabuchi ada sebuah kedai sake dengan rumah bordir yang bagu, banyak perempuan cantik,” ujar si kusir mengajak laki-laki, padahal itu kemaunnya sendiri yang gila perempuan. “Kau bilang begitu karena nafsumu sendiri, bukan?” tanya Laki-laki itu pada si kusir. “Aku mau sekaligus mengajakmu, agar kau tak memikirkan hal itu terus menerus,” lanjut si kusir. Laki-laki itu tak menjawab. Kereta kuda itu terus berjalan menuju desa yang telah mereka ..., tidak, si kusir sepakati. *** Sesekali Hayato menguap sambil mengangguk perlahan, ia masih begitu menganjuk sejak Shatoru mengajaknya berjalan menyusuri hutan lagi. Katanya itu jalan paling aman untuk menuju desa Tabuchi, desa terdekat dari kota Shibicu. Hayato terus mengekor di belakang Shatoru yang sejak tadi seperti tak memiliki rasa sedikitpun, padahal mereka sudah berjalan cukup jauh. “Paman aku lelah, apa tak bisa kita berhenti dan aku pun lapar,” ujar Hayato menghentikan langkahnya, Shatoru membalikkan tubuhnya menatap Hayato yang terus menghembuskan napas lelah. “Beristirahatlah di bawah pohon itu, aku akan mencari beberapa buah di dekat sini. Kau harus dengar, jangan kemana-mana sampai aku kembali,” kata Shatoru, Hayato hanya mengangguk dan menuju pohon yang di tunjuk Shatoru tadi. Shatoru menyusuri hutan itu untuk mencari buah, siapa tahu ia bisa mendapatkan beberapa apel atau pisang di sana. Ia terus berjalan tapi ia tak mendapatkan apapun, pohon apel pun tak ada, hanya pohon rindang dan rimbun yang begitu tinggi. Saat ia masih terus berjalan dan mencari makanan, telinganya seperti mendengar sebuah suara tapal kaki kuda yang mulai mendekat, Shatoru langsung mencari pohon untuk bersembunyi dan melihat kuda siapa yang datang. Tak berapa lama sebuah kereta lengkap dengan kudanya datang mendekat, tapi anehnya kuda yang berjalan perlahan itu tak memiliki kusir. Shatoru keluar dari balik pohon dan berlari mendekati kuda itu. Shatoru menangkap talinya, kuda sempat meringkik untuk menolak tapi Shatoru mencegahnya. Ia memeriksa kereta itu tapi memang kosong, sepertinya kereta itu bekas rampokan dan pemiliknya di habisi. Shatoru tersenyum dari balik topengnya, dengan kepawaiannya membawa kuda, Shatoru membawa kereta itu berjalan mencari tempat di mana Hayato yang tengah menunggunya. Dengan menggunakan kereta itu mungkin akan sedikit cepat sampai ke Tabuchi. “Paman, kau dapat kereta dari mana?” tanya Hayato saat Shatoru mendekatinya dengan membawa kereta kuda. “Aku mendapatkannya tak jauh dari aku mencari buah, naik lah,” ujar Shatoru menyuruh Hayato untuk naik. “Apa tidak akan semakin mencurigakan jika kita menggunakan kereta?” Hayato masih terus bertanya, sebab ia bingung, padahal tadi Shatoru mengatakan agar tak mencurigakan tapi sekarang malah Shatoru membawa kereta. “Tenang saja, tidak akan terjadi apapun pada kita nanti. Setelah sampai di desa kita bisa makan dan mencari tempat istirahat, aku melihat ada kantong logi di dalam.” Mendengar ucapan Shatoru, Hayato melirik bungkusan yang tak jauh dari tempatnya duduk, sepertinya isinya lumayan banyak, mungkin cukup sampai mereka ke kota Shibicu. Shatoru terus membawa kereta kuda itu melewati hutan dan menyusuri jalanan, dari jauh nampak sekali desa Tabuhi dengan gerbang tingginya, di depan gerbang ada para penjaga yang tak lain dari militer kekaisaran. Desa itu di jaga cukup ketat, karena sering terjadi masalah, meskipun begitu tetap saja masalah tak ada habisnya. Militer kekaisaran menanyakan asal usul Shatoru dan mau pergi kemana, dengan santai Shatoru melewati mereka, apalagi kalau tidak dengan kebohongan. Desa Tabuchi begitu ramai, mungkin kedunya akan menginap di tempat itu untuk malam ini, karena sepertinya hari sudah mulai petang. Shatoru terus membawa kereta itu, sampai menemukan sebuah tempat penginapan, dengan alasan adik dan kakak, mereka mendapatakn izin menginap dengan lima logi cukup mahal memang, tapi itu harga yang pantas untuk para turis. “Kita akan menginap di sini untuk malam ini, kita bisa makan setelah selesai mandi,” ujar Shatoru. “Aku akan mandi lebih dulu di pemandian,” kata Hayato begitu semangat. “Tunggu dulu.” Shatoru mencegah Hayato dengan menarik tangannya, “Selalu hindari militer kekaisaran dan orang-orang yang mencurigakan.” Hayato hanya mengangguk, setelah itu ia berlari menuju kebelakang. Di penginapan itu ada sebuah pemandian air panas untuk umum, jika ingin pribadi mereka harus membayar lebih banyak logi lagi. Saat Hayato mandi, Shatoru keluar dari penginapan untuk mencari makanan, ia juga begitu lapar dan perlu tenaga yang cukup, ia tak mau terus menerus seperti ini. Sampai desa Yondama masih begitu jauh, jika tak cepat mungkin seminggu saja akan kurang. Apalagi resiko yang cukup besar saat ini setelah ia kabur dari rumah penjual b***k itu, selain ingin mengindari laki-laki penjual b***k itu, ia juga tak ingin orang-orang tahu siapa dia sebenarnya. Rahasia terbesarnya akan terbongkar nanti, perkumpulannya juga bisa di tangkap sebagai pemberontak kecil.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD