08

1074 Words
Matahari bersinar cerah menembus jendela ruangan, Sathoru terbangun dari tidurnya. Ia berjalan menuju jendela dan membukanya, cahaya matahari yang mengkilau terang dan udara pagi yang sejuk ia hirup dan seketika ruangan peristirahatan berubah menjadi sejuk dan hangat. Lalu berjalan menuju pintu keluar, ia akan mencari kedai yang menjual makanan yang dapat mengenyangkan perut ia dan Hayato. Karena buah yang masih tersisa di tas Sathoru akan menjadi makanan dikala lapar melanda dalam melanjutkan perjalanan nanti. Beruntung beberapa uang koin masih tersisa di kantong celana Sathoru. Ia terus berjalan sampai ia tak sadar sudah terlalu jauh dari tempat peristirahatannya, ia menengok kanan kiri namun tak ada satupun kedai yang ia jumpai disana. Namun Sathoru terus berjalan pantang menyerah untuk menemukan kedai ataupun pasar agar dia menemukan makanan yang dapat dibeli untuk sarapan pagi ini. Sathoru berfikir akan ada banyak orang jahat yang akan mengejar dia, dia harus memiliki energy yang cukup untuk melawan mereka nantinya. Tak selang lama Sathoru melihat ada seorang nenek-nenek disebrang jalan dari tempat ia berdiri sedang menyapu halaman rumahnya. Sathoru bergegas menghampiri dan menanyakan dimana kedai berada. “permisi nek, dimana kedai ataupun pasar yang terdekat disini?” Tanya Sathoru dengan ramah “ada nak” jawab nenek dengan singkat “dimana nek, apakah nenek dapat menunjukannya?” sathoru Tanya kembali “ tetapi butuh waktu satu setengah jam untuk bisa sampai sana, nak” jawab nenek Sathoru berfikir tidak mungkin untuk pergi kesana, karena perjalanan untuk ke desa yondama pun masih panjang dan waktu terasa sudah hampir siang. “mengapa kau mencari pasar?” Tanya nenek kembali “aku akan mencari makanan, untuk sarapan pagi ini. Aku dan temanku dari kemarin hanya memakan buah yang tak seberapa kenyangnya”. Jawab sathoru Nenek merasa iba dengan Sathoru, pada akhirnya nenek masuk ke dalam rumahnya dan membawa sekotak makanan untuk diberikan pada Sathoru. “ kau terima saja ini, nak..aku hanya bisa memberimu sekotak kue ini” ucap nenek “ Terima kasih, kebaikanmu tak akan pernah ku lupakan nek” jawab Sathoru Sathoru merasa terharu dan merasa iba pada nenek tersebut, karena sudah terlihat sangat tua dan rumahnya yang sepi seperti tak ada siapapun didalamnya, seperti hidup seorang diri. Lalu sathoru mengulurkan beberapa uang koin pada nenek. Namun nenek tersebut menolaknya dengan keras. Karena waktu yang sudah semakin siang Sathoru bergegas meninggalkan nenek dengan lambaian tangan dan senyuman yang merekah ia berikan untuk sang nenek. Sesampainya di tempat peristirahatan sathoru langsung bergegas membangunkan Hayato yang masih tertidur . “ hayato cepat bangun, kita harus melanjutkan perjalanan” kata Sathoru “ darimana saja kau? Ku kira kau pergi meninggalkanku! Tanya Hayato Ternyata Hayato sempat terbangun dari tidurnya namun tidur kembali karena tak bisa menahan rasa kantuknya. “ ayok cepat bangun, ayok kita sarapan setelah itu kita harus bergegas meninggalkan kota ini” ucap Sathoru sembari membuka kotak kue yang dipegangnya “ kau dapat darimana ini? Bukannya uangmu telah habis kau berikan pada ronin tadi malam?tanya Hayato penasaran “wahh kue ini enak sekali” Sathoru memuji kue dan mengabaikan pertanyaan Hayato Didalam kotak terdapat kue Dango berbentuk seperti bola-bola, yang terbuat dari tepung beras dicampur dengan air khas Jepang. Hayato memperhatikan Sathoru yang sedang asyik menikmati kue itu, Sathoru terlihat sangat lahap sekali memakannya. “hayato cepat makan, aku tak ingin kau mati kelaparan. Perjalanan kita masih jauh kau harus makan!” sathoru memarahi Hayato yang masih diam membisu Tak lama Hayato mengambil kue itu dan memulai memakannya. Namun Hayato masih penasaran dari mana kue itu Sathoru dapatkan. Dia memikirkan hal buruk tentang Sathoru. Apakah Sathoru mencuri kue itu dan aku dijadikan sebagai jaminan oleh sathoru untuk membayar kue itu pada berandalan kota ini. Namun kelezatan kue yang Hayato santap membuat ia perlahan lupa dengan fikiran negatifnya terhadap Sathoru. “ hayato ayok kita segera meninggalkan kota ini, aku tak mau kita bertemu dengan berandalan kota ini lagi.” Ucap sathoru pada hayato yang masih menikmati kue terakhir dia. Sathoru bergegas berdiri dan mempersiapkan semuanya, ia mengambil tas dan pedangnya yang tergeletak di belakang pintu. “ sathoru apakah kita akan benar-benar ke desa Yondama? Tanya Hayato sembari bergegas melangkahkan kaki mengikuti Sathoru yang sudah didepannya “ iya Hayato kita harus cepat tiba disana, dan kita akan melewati satu kota lagi” jawab Sathoru “ Sathoru aku takut sekali jika nanti kita bertemu dengan para berandalan yang lebih jahat lagi sepanjang perjalanan ini. Kita sudah tidak memiliki apapun untuk kita berikan kepada mereka. Apa kita akan memberikan diri kita sendiri sebagai bayaran dan kita akan menjadi b***k kembali.” hayato kembali bertanya Hayato semakin takut dan semakin memojokan Sathoru untuk tidak melanjutkan perjalanan. Namun Sathoru mengacuhkan ocehan Hayato. Hayato semakin kesal karena Shatoru sepanjang perjalanan tak pernah mengajaknya berbicara. Entah mengapa perjalanan ini dirasakan begitu melelahkan oleh Hayato. Sesekali ia berhenti untuk beristirahat sebentar melepas lelahnya. Berbeda dengan sathoru yang terus melangkah jauh berjalan. hingga pada akhirnya Sathoru melihat sebuah gubuk kosong yang terletak ditengah-tengah persawahan. Sathoru menghampiri gubuk tersebut dan meninjau gubuk itu. Gubuk yang terlihat sangat rapuh dan baru tersadar jika hayato tidak terlihat dibelakangnya. “hayatooo” teriak sathoru Sathoru meninggalkan gubung dan berjalan kembali mundur kebelakang untuk mencari hayato. Tak lama Sathoru melihat Hayato yang sudah tergeletak lemas ditengah jalan. “hayaatoo” sathoru berlalri menghampiri “ hayato, hayatoo, bangun…” shatoru membangunkan hayato namun hayato tidak juga terbangun dari pingsannya. Sathoru langsung menggendong Hayato dan membawanya ke gubuk yang sudah rapuh tadi. Lalu Sathoru bergegas mencari sumber mata air untuk menyadarkan hayato. Karena Sathoru sepanjang perjalanan tak pernah memberinya air minum. Tak jauh dari gubuk sathoru melihat sumber mata air yang sangat jernih lalu dia segara mencari wadah untuk membawa air. Lalu dia menemukan bambu yang berbentuk seperti gelas. Sathoru bergegas membawa air itu untuk Hayato. Sathoru meminumkan air tersebut pada hayato sembari membukakan mulutnya. tak selang lama air itu masuk pada mulutnya Hayato tersadar dari pingsannya. “Hayato,hayato.. kau bisa mendengarku” Tanya Sathoru Hayato perlahan membukakan matanya dan berusaha memandangi sekitarnya. “ sathoru aku lelah sekali” ucap Hayato “ kau minum dulu, Hayato” jawab Sathoru Hayato meminum air yang dibawa Sathoru. Hayato sangat dehidrasi sampai air yang penuh dibawa Sathoru habis diminumnya. Sathoru pun merasa kasian dengan Hayato yang wajahnya terlihat sangat pucat. “ baiklah hayato kita akan bermalam digubuk ini, kita akan mengistirahatkan terlebih dahulu lelah perjalanan hari ini karena waktu sudah mulai gelap”. Hayato mengangguk setuju, tak ada lagi yang bisa ia lakukan karena mau tak mau ia harus mengikuti kemana Shatoru pergi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD