Bab 13

1036 Words
Buku Darma mengambang satu setengah meter di atas permukaan, membuka diri. Cahaya keemasan memancar. Bu Darma sedang memasang selaput transparan. “Selamat datang di pelajaran pertama kalian,” sambut Bu Bertha dengan penuh senyuman. Arjuna, Kinara, Anggara, dan Adelina tengah duduk bersila di halaman belakang Bu Bertha. Bu Bertha berdiri. Kinara merasakan sesuatu yang menyenangkan saat ini. Ternyata belajar secara outdoor seperti ini sangat menyenangkan. Selain bisa menghirup udara segar, setiap hari Kinara bisa bertemu dengan Bu Bertha. Itu adalah hal yang membuatnya merasa menikmati pelajaran outdoor ini. Buku Darma mengambang di samping Bu Bertha. “Kalian pasti penasaran bukan tentang apa kekuatan kalian? Kekuatan kalian tidak akan jauh-jauh dari orang tua kalian. Seperti yang Ibu katakan kemarin, percampuran antara gen manusia berkekuatan super dan gen manusia biasa tidak akan menghilangkan kekuatan super anak yang lahir, melainkan menjadikan kekuatan anak tersebut semakin kuat. Untuk yang bukan gen campuran tidak perlu berkecil hati.” Kalimat itu ditujukan kepada Adelina. “Anak yang lahir dari gen serupa, sama-sama gen manusia berkekuatan super akan bergabung. Dengan arti lain, anak yang dilahirkan akan memiliki penggabungan kekuatan dari ayah dan ibunya.” “Adelina akan menguasai kekuatan api dan listrik, Arjuna air, Anggara udara, dan Kinara, tanah,” terang Bu Bertha. Wajah mereka berempat terlihat senang dan antusias sekali. “Baiklah, sekarang kalian akan memulai latihan perdana.” Latihan perdana dimulai. Bu Bertha menunjuk Kinara pertama kali untuk maju dan melihat apakah salah satu murid kesayangannya itu bisa menggunakan kekuatannya atau tidak. Bu Bertha adalah yang paling kuat di antara semua orang tua. Bu Bertha menguasai lima elemen kekuatan. Api, tanah, air, dan udara. Masing-masing orang tuanya menguasai dua elemen kekuatan, mereka menikah, dan lahirlah Bu Bertha dengan empat elemen kekuatan hasil percampuran dari kedua orang tuanya. Kebanyakan dari mereka melakukan hal tersebut dengan sengaja agar bisa menguasi banyak elemen kekuatan dalam satu tubuh. Namun, tidak jika melebihi tujuh elemen. Tidak ada bayi yang berhasil hidup jika dia memiliki lebih dari elemen kekuatan, namun konon katanya, ada legenda yang mengatakan bahwa dari kaum mereka, ada yang menguasai sebelas elemen. Entah itu nyata atau tidak, yang pasti legenda itu sudah terdengar di seluruh penjuru negeri asal mereka. Bu Bertha mengentakkan kakinya ke tanah. Gundukan tanah setinggi pinggang orang dewasa muncul. “Coba kamu masukkan kembali gundukan tanah ini. Ratakan,” suruh Bu Bertha. Kinara mengangguk. Jarak antara Kinara dan gundukan tanah sejauh dua puluh meter. Kinara menatap gundukan tanah itu tanpa berkedip. Dia mencoba berkonsentrasi. Sama seperti yang Bu Bertha lakukan, Kinara mengentakkan kakinya. Gundukan tanah berhasil masuk ke dalam tanah, namun dengan definisi yang sebenarnya dimasukkan. Kinara membuat lubang di sekitar gundukan tanah Bu Bertha. Tanah itu masuk ke dalam lubang. Namun bukan itu yang Bu Bertha inginkan. Dia meminta Kinara untuk meratakan gundukan tanah, membuatnya kembali seperti semula seolah-olah gundukan tanah itu tidak pernah ada. Kinara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Tidak masalah. Ini latihan pertamamu. Sudah bagus Kinara. Setidaknya kamu sudah bisa menggunakan kekuatanmu.” Selanjutnya Arjuna. Bu Bertha berkonsentrasi. Bu Bertha menjentikkan jarinya. Muncul api mengambang satu setengah meter di atas permukaan. Tugas Arjuna sekarang adalah harus memadamkan api tersebut. Arjuna mengangguk, tanda siap menerima tugas pertamanya sebagai pemilik kekuatan air. Arjuna memejamkan matanya, menarik napas dalam. Satu detik, matanya terbuka. Arjuna melakukan tarian tangan yang sangat indah. Perlahan bulir-bulir air muncul dan semakin banyak. Bulir air itu bersatu membentuk ekor air, Ekor air itu bergerak indah mengikuti gerakan tangan Arjuna. Saat dirasa cukup, Arjuna mengempaskan air ke api. Terdengar bunyi mendesis. Api padam. Kinara bertepuk tangan semangat. Bu Bertha mengangguk-angguk. “Bagus, Arjuna!” “Sekarang giliran Anggara.” Bu Bertha memunculkan api lagi. “Angin dan api terkadang menjadi sahabat. Embusan angin kerap kali menjadikan si jago merah besar dan ganas. Tapi angin juga bisa memadamkan api. Begitu, bukan?” Anggara mengangguk. “Tugasmu padamkan api itu.” Anggara berkonsentrasi. Lima detik kemudian, satu ayunan tangan, dan …wush. Api padam. Kinara bertepuk tangan lagi. Dia sangat menyukai pelajaran ini. “Bagus, Anggara. Kamu terlihat mudah sekali memadamkannya.” “Terima kasih, Bu.” Dan yang terakhir giliran Adelina. Kekuatan api dan listrik. “Latihan ini sangat simpel sekali.” Bu Bertha menjentikkan jarinya. Miniatur rumah terbuat dari kayu muncul seketika. Inilah kekuatan Bu Bertha yang kelima, yakni memunculkan benda sesuai dengan yang dia inginkan. Tapi tetap, kekuatan Bu Bertha yang ini punya batasannya. “Bakar miniatur rumah itu.” Adelina mengangguk. Dia memejamkan matanya. Lima detik kemudian, Adelina mengangkat tangannya, muncul api di dua telapak tangan Adelina. Mata Kinara membulat melihat betapa kerennya Adelina. Satu ayunan tangan, bola api terlempar ke arah miniatur rumah. Satu detik, bola api membakar seluruh bagian minatur rumah. Kinara bertepuk tangan bangga melihat betapa kerennya Adelina dengan bola apinya. Bu Bertha juga bertepuk tangan. “Itu bola api yang keren, Adelina!” ujar Bu Bertha senang. Keempat muridnya berhasil melalui latihan pertama mereka dengan baik. Saat pengunci kekuatan dilepas dari tubuh mereka, maka kekuatan mereka akan otomatis langsung bisa digunakan. Namun tidak langsung kuat, hanya beberapa teknik dasar saja. Akan tetapi, beberapa teknik dasar itu justru bisa menjadi ancaman bagi mereka semua jika mereka tanpa sengaja menggunakannya dan dilihat oleh para manusia biasa. Mereka akan terancam. Bu Bertha tersenyum senang. Usulannya belasan tahun lalu cukup bijak untuk menyelamatkan mereka semua. “Latihan pertama kalian cukup bagus! Kalian tahu cara berkonsentrasi dengan baik untuk mengendalikan kekuatan,” kata Bu Bertha. Buku Darma juga berpendar-pendar. Dia senang melihat anak-anak yang mencurinya dari perpustakaan bisa menguasi teknik dasar kekuatan dengan baik. Soal berkonsentrasi, sebenarnya itu bukan sesuatu yang sulit bagi mereka berempat. Mereka sudah terbiasa soal itu. Arjuna, Kinara, Adelina, dan Anggara adalah peringkat parallel di sekolah. Mereka juara umumnya. Mereka bagus dalam belajar. Berkonsentrasi adalah makanan mereka sehari-hari agar bisa menangkap materi yang diberikan para guru dengan mudah. Meski berkonsentrasi dalam belajar dan menggunakan kekuatan tidak seluruhnya sama, akan tetapi setidaknya mereka berempat bisa memusatkan pikiran pada apa yang dibutuhkan di waktu itu juga. Kalian jelas paham maksudnya, bukan? Kinara memandangi kedua tangannya. Akhirnya hayalannya selama ini menjadi kenyataan. Kinara mempunyai kekuatan. Anggara masih berharap kalau kekuatannya adalah menggoda wanita dengan mudah. Adelina merasa bangga terlahir sebagai pemilik kekuatan api. Sedangkan Arjuna masih berpikir apakah dia harus bersyukur dengan kenyataan ini?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD