Zein

1128 Words
Freya menatap Agam dari jauh. Ia sekarang tidak berani untuk mendekat lagi kepada pria itu. Mungkin dengan melihat Agam dari jauh, perlahan-lahan Agam akan membuka hatinya untuk Freya dan memaafkan dirinya. Sudah lebih dari tiga puluh menit Freya menatap Agam yang sedang membaca bukunya di perpustakaan ini. Tidak beberapa lama kemudian, Agam menyimpan buku yang ia baca ke dalam tasnya. Freya tau pasti Agam hendak keluar dari perpustakaan ini. Freya pun tidak bisa melakukan apapun lagi. Ia hanya dia dan menatap setiap gerakan Agam. Dan benar saja, setelah selesai meletakkan bukunya, Agam berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan perpustakaan ini. Freya yang melihat itu menghela napas panjang. Ia tidak tau harus melakukan apa lagi sekarang. Freya pun hanya diam dan menatap orang-orang yang berlalu lalang di perpustakaan ini. Beberapa saat kemudian, Freya dikejutkan dengan seseorang yang memegang pundaknya. Freya pun langsung menoleh dan mendapatkan Zein, salah satu teman Darel yang berdiri di belakangnya dan sedang memegang sebuah buku. Freya yang melihat kedatangan Zein pun langsung tersenyum tipis. "Hai.. Zein" Sapa Freya. Zein pun hanya mengangguk kan kepalanya. Ia tidak membalas perkataan Freya. "Kosong?" Tanya Zein kepada Freya sambil menunjuk kursi yang di sebelah Freya. Freya yang mengerti apa maksud Zein pun langsung mengangguk kan kepalanya. "Kosong kok. Duduk aja." Ucap Freya. Zein pun duduk di samping Freya dan meletakkan bukunya di depannya. "Lo lagi baca buku di sini?" Tanya Freya. Ia tidak tau harus berkata apa kepada zein. "Menurut lo?" Tanya Zein balik. Freya pun langsung cengengesan. "Menurut gue iya. Tapi kok tumben?" Tanya Freya lagi. "Tumben? Gue sering kok ke sini. Lo aja yang gak tau. Seharusnya gue yang nanya itu ke lo. Kok tumben lo kesini? Kenapa?" Tanya Zein lagi. Ia sudah tidak membaca bukunya lagi. Sekarang ia menatap Freya. "Gak papa. Gue bosen aja di luar. Makannya gue mau belajar di sini. Lagian ini kan udah mau kelulusan. Ya jadi sekalian gue lebih belajar lagi. Biar gue lulus dengan peringkat terbaik." Jelas Freya kepada Zein. Zein yang mendengar itu tersenyum tipis. "Kenapa? Lo gak percaya?" Tanya Freya lagi. "Iyalah. Bahkan di depan lo aja gak ada satu buku pun. Dan lo bilang lo belajar? Belajar apa lo?" Tanya Zein. Freya yang mendengar itu pun tidak bisa berkata lagi. Ia sudah tertangkap basah. Bodoh sekali ia tidak mengambil buku yang bisa membuatnya seperti mahasiswa yang terlihat rajin di sini. Freya pun hanya tersenyum menatap Zein. Zein yang melihat itu juga ikut tersenyum melihat Freya. "Gimana?" Tanya Zein tiba-tiba. "Apanya?" Tanya Freya lagi. Ia tidak mengerti maksud Zein. "Agam. Udah baikan kalian? Tapi se penglihatan gue tadi, seperti nya belum." Ucap Zein kepada Freya. "Kalau lo dah tau ngapain nanya lagi?" Kesal Freya. "Ya biar ada percakapan aja diantara kita." Balas Zein. "Iya. Susah banget Agam maafin gue. Gue tau emang gue salah. Tapi ngelihat dia ngejauh dari gue, buat gue semakin stress tau gak? Padahal gue udah coba segala cara buat minta maaf dari dia." Curhat Freya kepada Zein. "Emang gitu, Frey. Lo akan tau rasa kehilangan ketika orang yang lo abaikan malah menjauh dari lo." Ucap Zein. "Gue gak pernah ngabaikan Agam. Gue selalu ada buat dia." Bantah Freya kepada Zein. Zein yang mendengar itu langsung tertawa. "Lo kok ketawa, sih?" Tanya Freya. Ia sangat kesal melihat Zein yang tertawa seperti ini. "Ya.. Perkataan lo itu lucu, Frey. Lo yakin gak pernah ngabaikan Agam? Bukannya selama ini, setelah lo kenal sama Darel lo semakin menjauh dari dia? Lo gak sadar akan hal itu? Gue aja sadar. Agam selalu ada buat lo, Frey. Tapi lama kelamaan lo semakin menjauh dari dia. Karena kerja sama Darel atau pun karena lo udah bosan sama Agam?" Freya yang mendengar perkataan Zein langsung terdiam. Dia benar-benar tidak menyadari hal itu. Bagaimana bisa ia semakin menjauh dari Agam. Dan apa yang dikatakan oleh Zein ada benarnya. Selama ini, ia mengabaikan keberadaan Agam. Dan ia sama sekali enggak pernah menyadari hal itu. Zein yang melihat ekspresi Freya langsung tersenyum. "Kenapa? Udah sadar sekarang? Agam baik banget sama lo, Frey. Gue dengar apa yang lo katakan sama dia di club kemarin. Gue rasa lo udah benar-benar jahat sama dia. Mungkin kalau gue jadi dia, gue akan mengatakan dan ngelakuin hal yang sama seperti apa yang ia lakukan ke lo. Dia hanya ingin melindungi lo, Frey. Dan lo gak sadar akan hal itu. Lo terlalu terfokus dengan Darel." Jelas Zein. Setelah mengatakan hal itu Zein membuka buku yang ada di depannya. Ia pun langsung membaca buku tersebut dan membuat Freya terdiam. Freya pun meletakkan kepalanya di atas kedua tangannya di atas meja. Ia benar-benar sangat lelah memikirkan semua ini. "Udah lah.. Lama kelamaan juga Agam pasti akan kembali lagi sama lo." Ucap Zein berusaha untuk menenangkan Freya. Freya kembali menegakkan badannya. Ia menatap Zein yang sangat konsentrasi dengan buku yang ada di depan nya itu. "Lo tau gak, dari kalian berempat, gue pikir lo yang paling gak suka sama gue. Karena sikap lo yang dingin banget itu. Ternyata lo gak seburuk yang gue pikir." Ucap Freya sambil menatap Zein. "Gue tau. Banyak yang bilang gitu ke gue." Balas Zein. "Tapi gue rasa dari kalian berempat lo yang gak pernah mainin hati cewek. Yakan?" Tanya Freya. Zein tertawa mendengar pertanyaan Freya. Ia pun menatap ke arah Freya. "Kenapa lo bisa nyimpulkan hal seperti itu? Emangnya lo pernah lihat gue gak pernah mainin hari cewek?" Tanya Zein balik. "Ya.. Feeling gue aja, sih. Kan lo terlihat sangat cool dan berwibawa seperti ini. Jadi ya lo terlihat gak cocok aja gitu." Jelas Freya. "Pemikiran yang aneh. Lo gak bisa nilai orang dari luarnya aja, Frey. Lo juga harus lihat dia dari dalamnya. Menurut lo ketika lo masih belum kenal sama Darel dan sesudah lo kenal sama dia, dia berbeda kan? Gak sesuai sama ekspektasi lo yang lo dengar dari orang-orang sekitar lo?" Tanya Zein kepada Freya. "Iya. Lo benar.. Darel beda banget. Gue pikir dia orang kasar tapi ternyata enggak. Dia baik banget. Beda sama apa yang gue dengar dari orang-orang sekitar gue." Balas Freya. "Lo yakin?" Tanya Zein "Apanya?" "Lo yakin lo udah tau semua sifat Darel? Lo baru kenal sama dia belum sampai sebulan. Dan udah nyimpulkan hal seperti itu. Darel gak seperti yang lo banyangin Frey. Dia akan benar-benar berubah dalam satu hari. Lo harus siap akan perubahan dia itu." Ucap Zein. Setelah mengatakan itu, Zein menutup bukunya. Ia berdiri dari duduknya. "Gue balik duluan ya." Ucap nya kepada Freya. Setelah mengatakan itu, Zein pergi meninggalkan Freya yang masih terdiam tidak tau harus berkata apa. Perkataan Zein masih terus terngiang dalam kepalanya. Darel bisa berubah dalam satu hari. Freya sangat takut akan hal itu. Ia tidak tau apa yang akan ia lakukan jika Darel berubah dalam semalam. Mungkin saat hal itu terjadi, ia harus pergi meninggalkan pria itu dan memulai kehidupan barunya kembali. ---
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD