Rantang

1061 Words
Freya sudah setengah jam berdiri di depan pintu rumah Agam. Ia bahkan membawakan makanan untuk Agam. Berharap Agam akan menerima dirinya. Motor milih Agam masih belum terlihat. Itu menandakan jika ia masih belum pulang. Freya akan tetap berdiri menunggu kedatangan Agam. Ia tidak akan berlama-lama tidak berbicara kepada Agam. Ia ingin mereka kembali baikan dan seperti dulu lagi. Tidak beberapa lama kemudian, akhirnya suara motor Agam mulai terdengar oleh Freya. Freya langsung menegakkan badannya. Agam pun dapat melihat kehadiran Freya. Ia mematikan mesin motornya dan memarkirkan motor miliknya. Setelah itu, Agam berjalan menuju pintu rumahnya dan hendak membuka pintu rumahnya dengan kunci yang sudah ia pegang. Agam sama sekali tidak melirik ke arah Freya. Ia seakan-akan tidak melihat kehadiran Freya. "Gam.. Gue ada buatin lo makanan kesukaan lo ini. Mau makan bareng gak?" Ucap Freya membuka suara. Tetapi Agam sama sekali tidak menjawab perkataan Freya. Pintu Agam sudah terbuka. Agam hendak masuk ke dalam rumahnya. Melihat hal itu, Freya langsung memegang tangan Agam berusaha untuk mencegah pria itu. "Gam lo gak bisa diemin gue gini terus. Please lah maafin gue. Gue tau gue salah. Gue udah nungguin lo di sini dari tadi. Masa lo tega biarin gie begini." Jelas Freya kepada Agam. Agam menghela napas panjang. Ia menoleh kearah Freya. "Gak ada yang nyuruh lo untuk nungguin gue kan? Gue capek. Gue mau istirahat. Lepas!" Balas Agam dengan nada dinginnya. Freya tetap tidak ingin melepaskan tangan Agam. Ia sangat tidak suka dengan sikap Agam yang seperti ini. Sikap dingin yang Agam berikan membuat Freya merasa sangat kecewa. Tetapi bagaimanapun juga semua ini adalah salah nya. Freya sangat menyesal berkata seperti kemarin kepada Agam. "Oke gue lepasin lo. Tapi ambil makanan yang udah gue buat ini ya. Gue tau gue salah sama lo dan lo masih belum bisa maafin gue. Tapi makana ini gak salah kan, Gam? Terima ya... Please." Ucap Freya. Ia melepaskan tangan Agam dan menyodorkan rantang yang ia bawa. Agam memejamkan matanya. Ia pun mengambil rantang tersebut dari tangan Freya. Setelah itu ia langsung masuk ke dalam rumahnya tanpa mengatakan apapun lagi kepada Freya. Freya yang melihat itu tersenyum sekaligus kecewa. Ia senang Agam mau mengambil makanan buatan dirinya. Tetapi ia juga kecewa ketika Agam sama sekali menghiraukan kehadiran dirinya di sini. Freya pun berjalan pergi meninggalkan rumah Agam. Ia pulang dengan rasa kecewa yang menyelimuti dirinya. Di lain tempat, Agam sedari tadi melihat Freya dari balik jendela rumahnya. Ia memastikan Freya jika ia sudah benar-benar pulang dengan baik. Agam meletakkan tasnya di sofa miliknya. Setelah itu ia membawa rantang yang Freya berikan tadi menuju meja makan. Agam meletakkan rantang tersebut di atas meja makan. Ia pun duduk dan hendak membuka rantang pemberian Freya tersebut. Ketika Agam membuka tutup rantang tersebut. Ia dapat melihat sebuah potongan kertas yang ada tulisannya. Agam pun langsung mengambil kertas tersebut dan membacanya. "Jangan marah terus dong sama gue. Gue nya kangen.." Freya Agam tersenyum membaca tulisan yang ada di kertas tersebut. Ia sebenarnya juga sudah sangat merindukan Freya. Bercanda dengan Freya dan menonton bersama. Tetapi bagaimana pun juga ia masih kesal kepada Freya. Ia juga masih kecewa dengan Freya. Freya sesudah mengenal sosok Darel. Ia benar-benar berubah ketika sudah dekat dan mengenal Darel. Freya menjadi lebih berani dari sebelumnya. Agam merasa benar-benar menyesal telah membuat Freya bekerja di club. Kalau saja ia tidak memperkerjakan Freya di sana, Freya pasti tidak akan mengenal Darel dan bertemu dengan pria itu. Agam sangat menyesalkan hal tersebut. Ia pun meletakkan kertas tersebut di atas meja. Setelah itu, Agam pun menikmati makanan yang dibuatkan Freya untuk nya. Agam sangat menikmati makanan tersebut. Ia sangat rindu dengan masakan buatan Freya. Dan syukur nya ia akhirnya bisa merasakan masakan Freya lagi. Setelah selesai makan, Agam meletakkan rantang tersebut di tempat cuci piring miliknya. Ia akan mencuci rantang tersebut nanti. Sekarang ia hendak memeriksa handphone miliknya. Agam pun mengambil handphone nya. Ia langsung buru-buru memeriksa email miliknya ketika ia mengetahui jika ia mendapatkan satu email. Agam membaca dengan sangat teliti isi email tersebut. Dan setelah selesai membaca, ia langsung tersenyum dengan sangat senangnya. Agam diterima di salah satu perusahaan di kota yang sangat ingin ia tinggali. Kota dimana ia lahir. Agam hampir saja melempar handphone nya sangking senangnya. Ia benar-benar tidak percaya dapat di Terima di kantor tersebut. Bahkan sebelum ia lulus kuliah. Agam sangat ingin memberitahukan semuanya kepada Freya. Tetapi ia tidak bisa. Ia tidak mau dengan gampang memaafkan Freya. Ia ingin Freya benar-benar berubah terlebih dahulu. Agam akan pergi meninggalkan kota ini. Ia akan memulai kehidupan barunya di sana. Sebentar lagi. Hanya tinggal sebulan setelah ia lulus. Ia akan langsung pergi. Mungkin juga Agam akan meninggalkan Freya di sini. Bersama kenangannya. Ia sangat ingin mengajak Freya ke sana. Tetapi Freya juga memiliki kehidupan nya sendiri. Agam tidak mungkin memaksakan kehendak nya. Freya berhak menentukan kehidupan nya. Dan mungkin untuk tidak memberitahu kan semuanya adalah ide yang sangat baik saat ini. Ketika ia sudah pergi nanti, Freya juga akan mencari dirinya. Freya pasti akan merindukan dirinya. Freya mungkin juga akan membutuhkan dirinya. Tetapi di saat itu, ia tidak akan bisa berada di samping Freya. Karena cepat atau lambat, mereka juga akan di pisahkan oleh takdir mereka masing-masing. --- Freya tersenyum ketika melihat Agam yang sedang berada di perpustakaan kampus. Agam terlihat sangat serius sekarang. Ia membaca sebuah buku dengan sangat fokus. Ia pun langsung berjalan menghampiri Agam. Freya duduk tepat di sebelah Agam. Bahkan sekarang pun Agam tidak merasakan kehadiran dirinya. Freya meletakkan tangannya di atas meja. Ia membuat tangannya menumpuh pipinya. Freya tersenyum melihat wajah Agam dari dekat seperti ini. Agam yang menyadari jika ada seseorang di sampingnya, ia pun menoleh. Ia sangat terkejut melihat kehadiran Freya. "Lo ngapain di sini?" Tanya Agam kepada Freya. Ia menutup buku miliknya dan menatap Freya. "Lihatin lo. Lo ternyata tampan juga ya kalau lagi konsen begini." Ucap Freya lagi. "Pindah." Perintah Agam kepada Freya. Freya yang mendengar itu langsung menggelengkan kepalanya. "Gak mau." Ucap Freya. "Yaudah kalau gitu gue yang pindah." Putus Agam. Ia mengambil tasnya di bangku sebelah dan hendak berdiri. Freya yang melihat itu tersenyum miris. Ia langsung memegang lengan Agam. Freya menatap Agam lembut. "Yaudah. Gue yang pergi." Putus Freya. Ia pun berdiri dari duduknya. Freya berjalan pergi meninggalkan Agam yang kembali duduk di tempatnya dan menatap ke arah Freya. Ia menghela napas panjang ketika melihat punggung Freya yang mulai menjauh dari pandangan nya. "Sorry, Frey." Ucap Agam. ---
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD