Korban Kedua di Asrama

1707 Words
Seminggu berlalu dari kematian Wayne, Jason melihat Jhon yang terus menyendiri. Anak itu memberanikan diri mencoba berteman dengan kakak kelas yang lima tahun lebih tua darinya. Tak ada yang mau berteman dengan Jhon karena teringat dengan kelakuannya bersama Wayne. Ia dikucilkan oleh teman sebayanya. Akan tetapi, tidak dengan Jason dia malah sering menghampiri Jhon hanya untuk mengajaknya bermain. Sebenarnya di usia yang 12 tahun, Jhon sudah merasa tak lagi seperti anak kecil, jadi dia enggan bermain. Tapi, berhubung tak ada yang mau bermain dengannya, ia akhirnya mau bermain dengan Jason meskipun hanya bermain sepak bola. Hubungan persahabatan keduanya mulai terjalin. Namun, Elthon terus-terusan mengganggu Jason tiada henti. Sampai akhirnya anak itu meminta kepada Nyonya Harvey untuk pindah kamar. Ia ingin tinggal satu kamar bersama Jhon saja menggantikan Wayne. Awalnya wanita pemilik asrama itu tampak tak yakin, akan tetapi ia akhirnya menyetujui hal tersebut. * Malam sebelum pameran di buka, Nyonya Harvey memberikan sejumlah uang pada Jason. "Kau sudah terlalu baik kepadaku, aku tak seharusnya menerima ini," ucap Jason. "Aku sudah bersedia menjadi wali untukmu menurut Dinas Sosial Kota, jadi jika kau perlu sesuatu datanglah kepadaku untuk meminta uang," ucap Nyonya Harvey mencoba menjelaskan. Entah kenapa bibir Jason kecil seolah bergetar dan tak tau lagi apa yang ingin dia lakukan selain memeluk wanita itu. "Terima kasih, Nyonya. Aku merasa beruntung bertemu seorang malaikat sepertimu yang dikirim ibuku untuk menjagaku," ucap Jason. "Pergilah, bersenang-senanglah di pameran." Senyum Nyonya Harvey tampak berbeda saat memandangi punggung Jason yang sudah menjauh. Keesokan harinya di pameran sekolah yang dibuka untuk umum, tampak berbagai stand bazar makanan, minuman, dan barang aksesoris pernak-pernik lainnya. Para murid pun bergantian menampilkan pertunjukan. Tarian, pertunjukan musik, pertunjukan menyanyi, drama bahkan pertunjukan sulap mereka pertontonkan secara bergantian. Jason melihat Cathy saat memandangi sebuah boneka perempuan berkepang dua yang menggantung di stand penjual boneka. Boneka tersebut memakai gaun seorang putri berwarna putih. "Kau menyukainya?" tegur Jason mengejutkan Cathy. "Iya, cantik sekali boneka itu," ucap Cathy. Jason menghampiri penjual dan membeli boneka yang disukai Cathy tersebut. "Dari dulu aku ingin sekali punya saudara perempuan, tapi sayangnya aku hanya anak tunggal, nah ini untukmu, hadiah dariku." Jason menyerahkannya pada Cathy. "Wah, terima kasih kau baik sekali. Terima kasih sudah menganggapku saudara perempuanmu." Cathy tersenyum pada Jason. "Ups, maaf ya, aku tak sengaja." Elthon sengaja menyenggol Cathy sampai boneka di tangan gadis itu terjatuh lalu anak laki-laki itu menginjak boneka tersebut sampai kotor. "Lepaskan!" pinta Cathy. "Oh, ini punyamu, ya?" Elthon meraih boneka itu lalu menarik kedua lengan boneka itu sampai tangan sebelah kanan boneka itu putus. "Ini ku kembalikan." Anak itu menghempas boneka itu menuju d**a Cathy dengan keras. "Ouch!" pekik Cathy. "Cathy apa kau baik-baik saja?" Jason datang menghampiri bersama Jhon. "Aku baik-baik sajam" "Rasanya aku ingin memberi pelajaran pada si hitam itu," ucap Jhon yang ingin menghampiri Elthon tapi ditahan oleh Jason. "Sudahlah, Kak. Aku juga ingin membalas semua perbuatannya, tapi jangan seperti ini," sahut Jason. Ia ingin menghampiri Cathy dan meminta maaf karena boneka pemberiannya telah rusak. Namun, anak perempuan itu sudah berlari menjauh. Jason akhirnya kembali ke asrama bersama Jhon menghindari Elthon yang terus saja berkelakar sok hebat dan sok kuat. * Malam itu saat pameran telah selesai, Elthon melihat sesuatu di dalam taman labirin di dekat asrama. Anak itu tanpa sadar mengikuti sosok misterius berjubah hitam masuk ke dalamnya. Dia akhirnya tersadar saat tersesat di dalam sana. Ia tersadar dan mulai cemas. Namun, betapa malangnya Elthon, saat dia menemui sosok misterius itu, ia malah dibekap dan dibawa menuju pohon besar dekat labirin. Mulut anak itu tertutup rapat sampai tak bisa berteriak. Bola matanya berubah hitam dengan tatapan kosong. Elthon digantung sama persis seperti Wayne tempo hari. Kaki di atas dan bagian kepala berada di bawah. Anak itu tidak langsung dibunuh, tetapi dipotong putus jari - jarinya dengan menggunakan sebilah pisau yang kelihatan tumpul. Setelah itu lengan kanannya dipotong hingga putus. Sosok misterius itu melanjutkan lagi dengan memotong lengan kiri Elthon sampai putus. Darah segar tersembur begitu saja dari tubuh anak lelaki itu. Parahnya lagi semua dilakukan sosok misterius itu saat si korban masih dalam keadaan hidup, dan sadar. Namun, tak ada orang yang mendengarkan teriakannya karena mulutnya yang dibekap dengan sumpalan kain lalu diberi lakban sekeliling. Klimaks pembunuhan Elthon yaitu saat lehernya dipenggal. Tubuh anak itu masih bergerak dan meronta karena ditebas berulang kali secara sadis dan mengerikan. Suara berat sosok misterius itu tertawa menyaksikan tubuh si korban yang menggelepar lalu berhenti karena tak ada pasokan oksigen yang masuk dan pompa darah yang menuju jantung anak lelaki itu. Elthon akhirnya menghembuskan napas terakhir. Ia tewas menggantung di pohon besar dekat taman labirin dengan kondisi tubuh mengerikan malam itu. Sisa potongan tubuh korban dikumpulkan jadi satu yang ditumpuk di bawah tubuh lain milik korban yang masih menggantung. *** Di dalam asrama, kamar Tony dan Elthon. "Di mana Elthon, ya? Apa dia sedang mengganggu Jason ya?" gumam Tony seraya merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Karena rasa kantuk yang semakin berat menyerangnya, ia langsung memejamkan kedua matanya dan langsung tertidur pulas. Pagi menjelang, pantulan sinar mentari pagi terpancar memantul ke wajah Tony. Ia lupa menutup tirai kamarnya semalam. Gadis itu bangkit berdiri dan menoleh ke atas ranjang Elthon yang masih kosong. Ia segera menanyakannya pada Nyonya Martha. "Nyonya Martha, apa kau melihat Elthon?" tanya Tony dengan perasaan mulai cemas. "Aku tidak lihat, mungkin sudah pergi ke sekolah," ucap Nyonya Martha. "Hmm... apa iya dia meninggalkanku pergi lebih dulu ke sekolah?" gumam Tony. "Hei, sebelum pergi ke sekolah, rapikan kamar mu dulu, ya!" pinta Nyonya Martha . Langkah malas dan gontai memaksa Tony berbalik ke dalam kamar. Ia bergegas merapikan tempat tidurnya untuk melaksanakan perintah Nyonya Martha. Lalu setelah semua dirasa beres ia bergegas untuk mencari kawan sekamarnya. Murid asrama yang bernama Harry terdengar berteriak saat melihat tubuh Elthon tergantung di pohon besar dekat taman labirin dari jendela kamarnya di lantai tiga. Jhon yang juga sedang membuka tirai jendela kamarnya ikut berteriak melihat tubuh tanpa kepala itu menggantung. Keriuhan dan teriakan anak-anak asrama timbul kembali seiring dengan langkah mereka yang ingin bergegas mendekat menuju taman labirin untuk melihat jasad mengerikan milik Elthon dari dekat. Jason kembali melihat bayangan hitam saat dia ingin keluar dari kamarnya menyusul Jhon. Namun, bayangan itu kembali menghilang. Ia hanya menyangka hal itu adalah halusinasi belaka. Asrama di sekolah kembali ramai dengan beberapa mobil polisi yang menyelidiki pembunuhan kedua di sekolah itu. Nyonya Harvey dimintai keterangan terkait pembunuhan di asrama tersebut. Beberapa staf guru dan para pelayan sekolah juga dimintai keterangan. Para wartawan juga berkerumun karena mendengar berita kematian tersebut. Kali ini berita kematian di sekolah Nyonya Harvey sampai ke walikota. Pria bernama Tuan Edward Thompson itu datang ke sekolah asrama tersebut. "Apa kau tak mencurigai seseorang yang ada di sini?" tanya sang walikota saat berada di ruangan Nyonya Harvey. "Entahlah, semua staf guru dan pelayan juga sudah dimintai keterangan. Atau mungkin ada pembunuh keji yang bersembunyi di wilayah Anda dan mengincar para muridku?" "Kalau kecurigaan Nyonya benar adanya, maka aku akan memerintahkan beberapa perwira polisi untuk berjaga di sekitar sekolah Anda. Apa Nyonya keberatan?" "Selama itu tak mengganggu kegiatan belajar mengajar dan menakuti para murid, silakan saja Anda lakukan pengamanan ketat," ucap Nyonya Harvey dengan tegas. "Baiklah, kalau begitu saya pamit. Dan pastikan berita ini tidak sampai ke kota lain karena akan menganggu nama baik kota ini," ucap pria itu. "Kalau begitu, enyahkan para wartawan di sekitar sekolahku, bungkam mereka!" "Tentu, aku akan melakukannya." Tuan Edward lantas pergi meninggalkan Nyonya Harvey. "Kalau dugaanku ini benar, harusnya makhluk itu belum bisa keluar dari tubuh anak itu. Lantas kenapa ia bisa keluar dan membunuh begitu saja," gumam Nyonya Harvey memandangi labirin dari balik jendela ruangannya. * Jason kembali menemukan Tony yang menyiksa binatang. Kali ini anak itu menyiksa seekor kelinci di kebun belakang sekolah. "Apa yang kau lakukan, Tony?" Tony langsung bangkit dan tersenyum menyeringai. Ia langsung pergi meninggalkan tubuh kelinci putih yang sudah mati bersimbah darah itu. Jason terpaksa mengubur bangkai hewan tersebut. Ron melihat Jason mengubur bangkai kelinci dan menganggap Jason lah yang membunuh hewan tersebut. Hal itu malah ia ceritakan kepada Harry saat melintas di jalan setapak yang sama. "Jason seorang psychopat kalau dia tega membunuh dan menyiksa hewan," ucap Ron. Jhon yang mendengar desas desus tersebut sempat tak percaya. Ia berusaha membela Jason. Sayangnya anak yang bernama Ron dan Harry terus mengganggu Jhon dan merundungnya. Wayne sudah tiada, kini kekuasaan sekolah beralih kepada Ron. Lagipula masih banyak anak-anak yang sok hebat dan bangga menjadi perisak dan menyakiti anak lain. Sepulang sekolah menuju asrama, Jhon dihadang oleh kawanan Ron dan Harry. Jason yang melihat temannya dipukuli tak tinggal diam. Ia berusaha untuk balik memukul. Perkelahian tak terelakkan sampai Tuan Blast melerai mereka. Tuan Blast baru saja dibebaskan karena tak ada bukti yang akan memberatkannya. Dengan wajah garang dan seruan sangarnya, ia berhasil membuat kawanan anak-anak nakal itu kabur. "Terima kasih, Tuan Blast," ucap Jason. Tuan Blast tak menjawab dan berlalu begitu saja. Jason dan Jhon akhirnya kembali ke asrama. Namun, keusilan Ron belum berakhir. Saat berada di lantai lima, ia menghadang Jason yang hendak pergi ke ruang makan. "Sudahlah, Kak, aku hanya ingin makan." "Aku hanya ingin makan, hahaha…" Ron mengulangi perkataan Jason dengan gaya mengejek. "Kau hanya anak kelas satu, tapi gayamu sudah seperti anak kelas enam. Cih… dasar penjilat, kau memikat Nyonya Harvey dan para guru di sini dengan wajah polos dan menjijikanmu itu," ucap Ron. Jason tak ingin membalas, ia mencoba berlalu tanpa menghiraukan kawanan Ron. Namun, anak nakal itu menghadang kaki mungil milik Jason dan membuatnya jatuh terjerembab. Lutut Jason berdarah karena benturan. Ron dan para temannya lantas menertawai Jason yang meringis kesakitan. Nyonya Martha yang sedang melintas datang untuk menolong. Ron dan dua rekannya langsung pergi menuruni tangga. Namun, ada keanehan yang membuat Nyonya Martha terkejut. Wanita itu melihat bola mata milik Jason menghitam. Begitu juga dengan sekeliling kelopak mata itu. Ia sempat berpikir kalau anak itu kerasukan sampai ia mundur beberapa langkah. Akan tetapi, tak lama kemudian Jason menatapnya normal dan tersenyum. "Terima kasih, Nyonya Martha." "Ja-Jason, apa kau baik-baik saja?" tanya Nyonya Martha yang masih ketakutan tetapi ia langsung berpikir positif dengan mengira kalau ia salah lihat. "Aku baik-baik saja, hanya perlu sedikit," ucap Jason memegangi lututnya. "Mari aku bantu obati lukamu, anak-anak nakal tadi biar nanti aku yang beri pelajaran," ucap Nyonya Martha. * To be continue.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD